Jumat, 20 Juli 2012

SIFILIS


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 )
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )
Penatalaksanaan sifilis ada  dua pada sifilis primer dan sekunder, sifilis laten dan sifilis  stactom III
A. Sifilis Primer dan Sekunder
- Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan
diberikan satu kali seminggu, atau.
-    Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari
selama 10 hari, atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
B. Sifilis Laten
- Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit
- Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit       (600.000 unit sehari)
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
C. Sifilis Stactom III
- Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit
- Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari)
- Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
1.2        Rumusan Masalah
1.2.1        apa definisi dari sifilis?
1.2.2        apa etiologi dari sifilis?
1.2.3        bagaimana patofisiologi dari sifilis?
1.2.4        bagaimana WOC darisifilis?
1.2.5        bagaimana manifestasi klinis dari sifilis?
1.2.6        apa saja penatalaksanaan dari sifilis?
1.2.7        apa saja komplikasi dari sifilis?
1.2.8        bagaimana pemeriksaan diagnostic dari sifilis?
1.2.9        bagaimana diagnosis pada sifilis?
1.3        Tujuan
1.3.1        untuk mengetahui definisi dari sifilis
1.3.2        untuk mengetahui etiologi dari sifilis
1.3.3        untuk mengetahui patofisiologi dari sifilis
1.3.4        untuk mengetahui WOC dari sifilis
1.3.5        untuk mengetahui manifestasi klinis dari sifilis
1.3.6        untuk mengetahui penatalaksanaan dari sifilis
1.3.7        untuk mengetahui komplikasi dari sifilis
1.3.8        untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari sifilis
1.3.9        untuk mengetahui diagnosis pada sifilis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 )

II.2 ETIOLOGI
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )
II.2.1Bakteriologi
Treponema pallidum tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium
atau di medium biokimia lain. Namun Treponema pallidum dapat ditumbuhkan pada makhluk hidup (hewan coba) yaitu digunakan testis kelinci.
Treponema pallidum dapat dilihat di mikroskop lapangan gelap. Warnanya pucat, bentuknya halus dan memiliki koil (gulungan) sehingga terlihat spiral. Panjangnya bervariasi mulai dari 6 sampai 15 μm dan panjang koilnya mulai dari 0.09 sampai 0.18 μm. Setiap bakteri memiliki sekitar 8 sampai 20 koil.

Adanya enzim hialuronidase pada permukaan bakteri memungkinkannya untuk menimbulkan respons inflamasi dan menyebar selama infeksi primer.

II. 3 PATOFISIOLOGI

  1. Stadium Dini

    Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
  2. Stadium Lanjut

    Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
II.4 WOC
 
II.5 PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Sifat-sifat yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak ada tanda- tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama ,yaitu selama masa asimtomatik merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia.
Sifilis merupakan penyakit kronik Granulomatosa dimana perjalanan penyakitnya berlangsung lama. Lesi pada stadium akhir mungkin baru muncul 30 tahun setelah infeksi pertama. Pada penyakit sifilis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium primer, sekunder dan tersier.ketiga stadium ini dipisahkan oleh periode asimtomatik, yang masa tunasnya 3-4 minggu muncul lesi primer yang terlokalisasi yang akan sembuh setelah 2-6 minggu. Stadium ini disusul dengan stadium sekunder, dijumpai lesi diseluruh tubuh atau generalisata luka ini sembuh dalam waktu 2- 6-minggu. Stadium ini disertai dengan periode laten selama beberapa tahun. Selama periode tersebut tidak dijumpai manifestasi klinik tetapi dalam tubuh sejumlah kecil penderita berlangsung proses yang mengarah kebentuk sifilis yang lebih berat yaitu sifilis tersier. ( Parvin azini ,1996 )

II. 6 EPIDEMOLOGI
Penularan utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai dipakai oleh penderita sifilis dan penularan perenteral melalui jarum suntik dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6 minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit tersebut ( coitus suspectus ).
Secara garis besar penularan sifilis dibagi atas :
1.      Sifilis kongenital atau bawaan
Sifilis kongenital akibat dari penularan spirokaeta tranplasenta; bayi jarang berkontak langsung dengan Chancre ibu yang menimbulkan infeksi pasca lahir. Resiko penularan transplasenta bervariasi menurut stadium penyakit yang diderita oleh ibu. Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia yang tidak diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum dilahirkan daripada wanita dengan infeksi laten. Penularan dapat terjadi selama kehamilan. Insiden dari infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4 tahun pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan penyakit laten awal.
2.    Sifilis Akuisita ( dapatan )
Sifilis dapatan penularanya hampir selalu akbat dari kontak seksual walupun penangananya secara kuratif telah tersedia untuk sifilis selama lebih dari empat dekade, sifilis tetap penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang lazim di Indonesia. Pembagian sifilis dapatan berdasarkan epidemiologi , tergantung sifat penyakit tersebut menular atau tidak. Stadium menular bila perjalanan penyakit kurang dari 2 tahun dan stadium tidak menular perjalanan penyakit lebih dari 2 tahun.
Pembagian secara klinis :
Stadium I
Stadium II                                                        Stadium menular
Stadium Laten Dini
Stadium Rekurens

Stadium Laten Lanjut
Stadium III                                                      Stadium tidak menular
Kardiovaskuler Dan Neuosifilis

II. 7  MANIFESTASI KLINIS
II. 7. 1 Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri  tampakpada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segra berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi ( chancre ) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
II. 7. 2 Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2 – 10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab disekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata  ( plak seperti veruka, abu – abu putih sampai eritematosa ). Dan plak putih  disebut ( Mukous patkes ) dapat ditemukan padfa membrana mukosa, gejala yang  ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30 % penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein   serebrospinal (CSS ), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
II.7. 3 Relapsing sifilis
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS ( Serologis Test for Syfilis ) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder.
Relapsing sifilis yang ada terdiri dari :
a.            Sifilis laten
Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten ( laten awal ). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama  disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b.           Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat ( neurosifilis ).
c.            Sifilis kongenital
Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan,  juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel – nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang – kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan ( Soedarto, 1990 ).

II.8 PENATALAKSANAAN
II.8.1 Medikamentosa
A. Sifilis Primer dan Sekunder
- Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau.
- Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari, atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
B. Sifilis Laten
- Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau
- Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
C. Sifilis Stactom III
- Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau
- Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit    (600.000 unit sehari) atau
- Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu).
Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan :
- Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap
penisilin,
dapat dierikan :
- Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
- Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari
“Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyusui,
dan anak- anak.
1.      Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun
pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua.

2. Non medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal
sebagai beriut:
- Bahaya PKTS dan Komplikasinya
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
- Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi.
- Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang.

II. 9 Komplikasi
a.       Benjolan kecil atau tumor
b.      Masalah Neurologi
c.       Masalah kardiovaskular
d.      Infeksi HIV
e.       Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

II. 10  Diagnosis Test
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :
  1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field).
  2. Mikroskop fluoresensi.
    3. Penentuan antibodi di dalam serum.
Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan IgM da juga IgG, ialah:
     a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik.
      - Tes Wasserman.
      - Tes Khan
      - Tes VDRL ( Venereal Diseases Research Laboratory).
      - Tes RPR (Rapid Plasma Reagin).
      - Tes Automated Reagin.
     b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter
Protein Complement Fixation)
d.      Yang menentukan antibodi yaitu :
·         Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization)
·         Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed).
·          Tes TPHA ( Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
·          Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).
II. 11  DIAGNOSIS
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap ( darkfield microscope ). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif ( gagal pengobatan atau reinfeksi ) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma  venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
III.1 Pemgkajian
III.1.1 Identitas
Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
III.1.2 Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi
pada kulit.
III.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi
pada kulit.
III.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
III.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga
lainnya sangat menentukan.
III.1.6 Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
       Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula,
postula.
b. Kepala dan Leher
 Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
   Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
   Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
   Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
   Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
   Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
    c. Sistem Pernafasan
    d. Sistem kardiovaskuler
    Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit
    jantung reumatik sebelumnya.
     e. Sistem penceranaan
        Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
f. Sistem muskuloskeletal
    Pada neurosifilis terjadi athaxia.
g. Sistem Neurologis
     Biasanya terjadi parathesia.
h. Sistem perkemihan
        Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.
III.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan penyakit.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
3.  Ansietas berhubungan dengan kematian.
4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.
5. Kematian pada bayi berhubungan dengan perdarahan hidung saat lahir
III.3 Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan
penyakit.
Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal.
Intervensi dan rasional :
    1. Berikan pejelasan tentang penyakit yang di derita
R/ : mengerti perjalanan dan penyebab penyakit
    1. Berikan penyuluhan tentang proses penyakit
R/ : mengurangi angka penderita.

3. Kolaborasi dengan tim medis lain.
R/ : Untuk mencegah proses penyakit.
   Dx 2 :
     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
 peradangan.
 Kriteria hasil : Nyeri berkurang
 Intervensi dan Rasional :
 1. Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.

3. Berikan posisi yang nyaman
R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin.
       R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.
  Dx 3 :
Ansietas berhubungan dengan kematian.
Kriteria hasil : cemas berkurang
   Intervensi dan Rasional
1. berikan dukungan psikologi.
R/ : Agar pasien merasa lebih tenang.
2. Pertahankan hubungan yang sering dengan pasien
R/ : menciptakan interaksi yang lebih baik dan menurunkan rasa takut.
3. Libatkan orang terdekat
R/ : menjamin adanya sistem pendukung bagi pasien
  Dx 4 :
  Gangguan konsep diri berhubungan dengan anatomi kulit dan
bentuk tubuh.
Kriteria hasil :
- dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
- Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam
cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.
 
Intervensi dan Rasional :
    1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.
R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan.
2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan perasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri.
R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi.
Dx 5 :
Kematian pada bayi berhubungan dengan perdarahan hidung saat
Lahir.
Kriteria hasil : mengurangi angka kematian pada bayi

III.4 Implementasi
III.5 Evaluasi
1. Apakah integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ?
2. Apakah gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ?
3. Apakah sudahtidak cemas ?
4. Apakah gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ?



BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. ( Soedarto, 1990 )
Pembagian secara klinis :
Stadium I
Stadium II                                                        Stadium menular
Stadium Laten Dini
Stadium Rekurens

Stadium Laten Lanjut
Stadium III                                Stadium tidak menular
Kardiovaskuler Dan Neuosifilis

DAFTAR PUSTAKA
http://bangeud.blogspot.com/2011/09/asuhan-keperawatan-pada-sifilis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)