Selasa, 30 Oktober 2012

OSTEOMALASIA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga semakin lama  akan terjadi perubahan pada struktur tulang. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak atau patah.
Osteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50% rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang

1.2.       Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa pengertian dari Osteomalasia ?
1.2.2.      Etiologi dari Osteomalasia ?
1.2.3.      Apa manifestasi klinis dari Osteomalasia ?
1.2.4.      Patofisiologi dari Osteomalasia ?
1.2.5.      Bagaimana penatalaksanaan yang tepat penderita Osteomalasia ?
1.2.6.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada  Osteomalasia ?

1.3.       Tujuan Penulisan
1.3.1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Musculoskeletal yang berupa makalah tentang osteomalasia.
1.3.2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalasia .
b.      Untuk mengetahui penyebab dari Osteomalasia.
c.       Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalasia.
d.      Untuk mengetahui Patofisiologi dari Osteomalasia.
e.       Untuk mengetahui tatalaksana yang tepat pada Osteomalasia.



1.4.       Manfaat Penulisan
1.4.1.      Bagi Pembaca:
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari Osteomalasia tersebut.
1.4.2.      Bagi Penulis:
Terpenuhinya tugas sistem musculoskeletal yang berupa makalah Osteomalasia.



BAB 2
ISI

2.1.       Anatomi Fisiologi Tulang
Anatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh manusia ,yang terbagi dalam kategori tulang panjang ,tulang pendek ,tulang pipih dan tulang tak teratur .Bentuk dan kontriksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya

Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang tulang ( diafisis ) yang terdiri darikortikal . ujung tulang panjang yang disebut epifisis dan terutama tersusun oleh tulang canselus .plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak – anak .ujung tulang panjang di tutup oleh kartilago artikular pada sendi – sendinya .tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan .tulang pendek terdiri dari tulang canselus ditutpi selapis tulang kompak ,tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoesis ,dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital .tulang pipih tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak .tulang tak tetratur mempunyai bentuk yang unik ,sesuai dengan fungsinya.secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.

Tulang tersusun atas sel ,matriks tulang ,protein dan deposit mineral ,sel – sel nya terdiri atas 3 jenis dasar yaitu Ostoblas ,Osteosit dan Osteosklas . 

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang .matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar dan proteiglikan .matrik merupakan kerangka dimana garam – garan mineral anorganik ditimbun.


Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon . Osteoklas adalah sel multi nuclear yang berperan dalam penghancuran , resobsi dan remodeling tulang .osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa .di tengah osteon terdapat kapiler .di keliling kapiler tersebut merupakan matrik tulng yang disebut lamella .di dalam lamella terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi melaui proses yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus .



Pertumbuhan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses pembentukan tulang dalam tubuh. Karena adanya matriks yang keras dalam tulang,maka pertumbuhan interstisial tulang,seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin terjadi dan tulang terbentuk melalui penggantian jaringan yang sudah ada. Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa pertumbuhan akibat proses reorganisasi konstan, disertai proses pengerassan tulang dan proses resorpsi yang terjadi pada pada permukaan di dalam tulang.Tulang adalah jaringan plastik yang hidup. Tulang mengadaptasikan bentuk dan arsitekturnya terhadap stress, aktifitas, saat pemakaian, saat tidak dipakai, dan penyakit melalui keseimbangan kerja osteoblas dan osteoklas yang dikendalikan oleh faktor hormon dan nutrisi.

DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001 ) 


Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa,osteomalasia bersifat kronis dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai.pada pasien ini, sejumlah besar osteosid atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi. (Suratun,Heriyati,Santa manurung,Een raenah. 2008)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

2.1.       Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:
2.3.1.      Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi dalam makanan tulang-tulang anak menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses - proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
Kebutuhan Kalsium Per Hari pada anak:
Umur
Kebutuhan Kalsium
Usia 0 - 6 bulan
Kalsium 210 Mg/ hari
Usia 6 bulan - 1 tahun
Kalsium 270 Mg/ hari
Usia 1 ­- 3 tahun
Kalsium 500 Mg/ hari
Usia 4 ­ -8 tahun
Kalsium 800 Mg/ hari

2.3.2.      Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
2.3.3.      Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
2.3.4.      Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
2.3.5.      Gangguan malabsorbsi
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
a.       Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
b.      Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
c.       Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
2.3.6        Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
a.       Hormon somatotrof (growth stimulating hormane)
Hormon ini berfungsi dalam menstimulasi pertumbuhan tubuh terutama pada bagian epifisis tulang panjang. Hormon pertumbuhan ini disekresi terutama selama masa pertumbuhan, tetapi kemudian berkurang pada waktu pubertas.
Somatotropin berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ serta memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh dengan memberikan stimulasi kepada hati untuk mensekresi hormon somatomedin, sebuah hormon perkembangan yang memberikan stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembangbiak.
Setelah pubertas, sekresi berlangsung dengan kecepatan hampir sama seperti waktu anak-anak. Selanjutnya kecepatan sekresi meningkat atau menurun dalam keadaan seseorang stres, gerak badan, gelisah, dan trauma.
Kekurangan hormon ini pada usia dini menyebabkan berhentinya pertumbuhan sehingga menjadi kerdil (dwarfisme), sedangkan kelebihan hormon ini akan menyebabkan pertumbuhan menjadi bertambah secara abnormal sehingga tubuh menjadi sangat tinggi (gigantisme). Jika kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa, yaitu ketika pertumbuhan tulang dan cakram epifise sudah bergabung, maka keadaan ini disebut akromegali. Akromegali ditandai dengan pertumbuhan tak seimbang pada tulang rahang, jari, tangan, kaki, dan hidung.
Hormone paratiroid


Kelenjar paratiroid adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang memproduksi hormon paratiroid. Manusia biasanya mempunyai empat kelenjar paratiroid, yang biasanya terdapat di bagian belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan kelenjar tiroid sehingga disebebut dengan "paratiroid".
Hormon paratiroid mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Hormon Paratiroid bisa menurun sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid karena ikut terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan kadar kalsium dalam darah hipokalsemia.
Hormon Paratiroid mengakibatkan : peningkatan resorpsi kalsium dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di Saluran cerna oleh Vitamin D. Namun, Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan penurunan kadar fosfat dalam darah, karena hormon ini meningkatkan sekresi fosfat dalam darah.
c.     Hormone Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid. Kalsitonin dapat mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix ekstraseluler. Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative.
Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam darah dengan menghambat resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix ekstraseluler tulang. Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan salmon sepuluh kali lebih manjur daripada kalsitonin hasil sekresi dari tubuh manusia, ini dapat menjadi resep untuk mencegah osteoporosis.
Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar kalsium plasma. Seperti PTH, kalsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini kedua efek menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek kalsitonin menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma. Kedua, dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan resorpsi tulang menurunkan kadar fosfat serta mengurangi konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin seluruhnya disebabkan oleh efek hormon ini pada tulang. Hormon ini tidak berefek pada ginjal atau usus.




Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk perkembangan osteomalasia diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi, gastrectomy, gagal ginjal kronik, terapi anticonvulsan jangka lama (phenyton, phenobarbital) dan insufisiensi vitamin D (diet, sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering digolongkan dalam hal kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju kerusakan, tetapi faktor makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kurangnya sinar matahari. 
Osteomalasia kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium atau kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia. Kekurangan lain selain vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak (fatty acid). Sebagai contoh dapat terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi sistem pencernaan kronik, pankreatitis kronis dan reseksi perut yang kecil. Lagi pula penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karenanya organ-organ tersebut mengubah vitamin D ke dalam bentuk aktif. Terakhir, hyperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan pembentukan calsium, dengan demikian osteomalasia menyebabkan kenaikan ekskresi fosfat dalam urine. 
2.6.1.      Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
a.       Nyeri tulang dan kelemahan.
b.      Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot,
c.       Pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah..
d.      Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
e.       Kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
f.       Vertebra menjadi tertekan,
g.      Pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
h.      Penurunan berat badan
i.        Anoreksia
2.6.2.      Pada anak – anak
a.       Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada.
b.      Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
c.       Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
d.      Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
e.       Merasakan sakit saat duduk & mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.  
f. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki.

2.1.       Penatalaksanaan
2.7.1.      Penatalaksanaan medik
a.       Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b.      Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2.7.2.      Penatalaksanan non medik
Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 –­ 17
a.    Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D
1.      Yogurt
Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari, tapi makanan tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan vitamin D. Satu cangkir yoghurt bebas lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian Anda.
2.      Susu
Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah produk susu tanpa lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk mendapatkan manfaat ganda. Seandainya tidak gemar susu murni, bisa juga digantikan produk olahan seperti smothies atau jus buah yang dicampur dengan susu.
3.      Keju
Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju berlebihan. Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari 30% dari nilai harian kalsium. Kebanyakan keju mengandung sedikit vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalsium.
4.      Ikan sarden
Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng. Ia memiliki pemenuhan kalsium dan Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad.
5.      Telur
Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan memilih hanya bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi kalori. Vitamin D justru terdapat dalam bagian kuning telurnya.
6.      Ikan salmon
Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik untuk jantung. Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi 100 persen kebutuhan vitamin D Anda.
7.      Bayam
Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit  Anda untuk mendapatkan kalsium. Satu cangkir bayam yang dimasak mengandung hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian Anda. Bayam diperkaya serat, besi, dan vitamin A.
8.      Sereal
Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada memasak ikan salmon atau mesti berjemur.
9.      Ikan tongkol
Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons tuna kaleng mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian Anda dari vitamin sinar matahari.
10.   Sawi hijau
Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium. Satu cangkir sawi yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk kebutuhan harian Anda. Sawi ini mudah diselipkan dalam makanan Anda.
11.      Jus jeruk
Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau vitamin D. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam jus jeruk dapat membantu dengan penyerapan kalsium, sehingga Anda akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari minuman ini.

2.2.       Pemeriksaan Penunjang
2.8.1.      Kalsium dan fosfat anorganik rendah atau di bawah normal
2.8.2.      Fosfatase alkali meninggi
2.8.3.      Rontgen menunjukkan fraktur yang khas (Looser's zones) pada tulang-tulang pelvis dan tulang panjang dan terutama metatarsal dan metacarpal
2.8.4.      Kadar vitamin D

2.3.       Diagnosa Banding
2.9.1.      Osteoporosis (senilis atau pasca-menopause)
2.9.2.      Demineralisasi dan tulang yang tidak pernah dipergunakan
2.9.3.      Kelainan tulang akibat hipoparatiroidisme
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMALASIA

3.1.       Pengkajian
3.1.1.      Biografi Klien
Nama lengkap        :
Umur                      :
Jenis kelamin          :
Alamat                   :
Pekerjaan               :
Agama                   :
Status                     :
3.1.2.      Riwayat Kesehatan
a.        RKS
1.      Pasien mengeluh nyeri tulang
2.      Ekstremitas disertai nyeri tekan
3.      Kelemahan otot
4.      Cara jalan bebek atau pincang
b.      RKD
1.      Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi
2.      Kekurangan calsium dalam diet
3.      Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik
4.      Klien pernah mengalami gangguan hati
c.        RKK
1.      Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia
3.1.3.      Pemeriksaan Fisik
a.       Ekstermitas
1.      Deformitas skelet
2.      Deformitas vertebra
3.      Deformitas lengkungan tulang panjang
4.      Otot Lemah



3.1.4.      Data dasar Pengkajian
a.       Aktivitas / istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri
b.      Sirkulasi
Tanda : takikardia ( Respon stress )
c.       Neurosensori
Gejala : hilang gerakan
Tanda : Deformitas local, kelemahan
d.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan
3.1.5.      Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata. Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi urine calsium dan creatinin lambat.

3.2.       Diagnosa Keperawatan
3.2.1.      Nyeri b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringis
3.2.2.      Suplay nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia d.d kelemahan 
3.2.3.      Intoleransi aktifitas b.d  kelemahan d.d cemas
3.2.4.      PK: anemia
3.2.5.      Resiko pola napas tidak efektif b.d dipsnea, hipoksia d.d penurunan kadar hb dalam darah.
3.2.6.      Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d . kelemahan.
3.2.7.      Gangguan eliminasi urine b.d. pembentukan batu ginjal d.d. dari abdomen bagian posterior kuadran bawah.
3.2.8.      Sindrome disuse b.d kerusakan saraf vertebra d.d gangguan ADL
3.2.9.      Gangguan ADL b.d. defisit pengawasan diri d.d. kelemahan.
3.2.10.  Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d  tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra

3.3.       Rencana Keperawatan
Diagnosa

1. Nyeri b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringis

Ds:
Px mengatakan merasa Keletihan dan takut kembali Terluka
Do:
Atrofi kelompok obat    yang terlibat
1.    Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas seterusnya
2.    Anoreksia
3.    Perubahan pola tidur
4.    perubahan berat badan.
Tujuan dan NOC

Tujuan: setelah diberi tindakan selama 2 x 60 menit nyeri px berkurang.
NOC:
1.    Tingkat kenyamanan : perasaan senang secara fisik dan psikologi
2.    Tingkat nyeri : jumlah nyeri yang ditunjuk kan atau dilaporkan
3.    Tingkat nyeri dibuktikan dengan indikator berikut (sebutkan nilainya (1-5:extrem,berat,ringan,tidak ada).
P:degenerasi (penuaan),inflamasi
Q:qualitas nyeri
R:sendi(lutut,tulang belakang)
S:skaka nyeri
   0=tidak nyeri
   1-3=nyeri ringan
   4-6=nyeri sedang
   7-10=nyeri meringis
T:tergantung pada etiologi
NIC

NIC:
1.      Pemberian analgesik:penggunaan agen agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
2.      Penatalaksanann nyeri :meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh paasien
Rasional


1.      nyeri berkurang atau terkontrol
2.      Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.





Diagnosa

Tujuan dan NOC

NIC
Rasional


2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d . kelemahan.
Ds :
Px mengatakan mengalami kesulitan bergerak dan mengalami keterbatasan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Do:
1.      Kesulitan bergerak.
2.      Pergerakan melambat.
3.      Ketidakstabilan posisi tubuh saat melakukan rutinitas

Tujuan: setelah di lakukan tindakan selama 3 x 24 jam mobilitas fisik pasien mulai membaik.
NOC
1.      Menunjukkan tingkat mobilitas di tandai dengan indikator berikut (sebutkan nilainya 1-5 {ketergantungan tidak berpartisipasi} membutuhkan bantuan orang lain dan alat, mandiri dengan alat bantu, atau mandiri penuh)
2.      Menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
3.      Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

NIC
1.      Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan yang tahan lama
2.      Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas ( misalnya : tongkat, walker, kruk,atau kursi roda)
3.      Kaji kebutuhan pasien akan pendidikan kesehatan.

1.    Membantu meenentukan intervensi yang akan dilakukan.
2.    Membantu perawatan diri dan memandirikan pasien tehnik pemindahan yang tepat mencegah abrasikulit dan jatuh.
3.    Untuk menentukan tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.

Diagnosa
NIC
NOC
Rasional

3.      Intoleransi aktifitas b.d  kelemahan d.d cemas
Ds:
Px Mengatakan keletihan atau kelemahan secara verbal.
Do:

Tujuan : setelah di lakukan tindakan pada pasien selama 2 x 24 jam maka nyeri berkurang.
NIC
1.      Mentoleransi aktivitas yang biasa di lakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi, dan perawatan diri: aktifitas kehidupan sehari- hari.
2.      Mengidentifikasi aktifitas dan / atau yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktifitas.
3.      Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya: eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi).
NOC
1.      Kaji respon emosi , sosial dan spiritual terhadap aktivitas
2.      Evaluasi ke inginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
3.      Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
4.      Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan atau memantau program aktivitas , sesuai dengan kebutuhan.
5.      Hindarkan dari menjadwalkan aktifitas perawatan selama periode istirahat.
1.Tirah baring lama dapat menurunkan .ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.












BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap  .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasia
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemudian kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya.

4.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.



DAFTAR PUSTAKA


Adelina. 2009. Askep osteomalasia. http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteomalasia.html. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 19.30 WIB

Anonimus. 2011. Askep klien dengan osteomalasia. http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-osteomalasia.html. Diakses tanggal 22 september 2012 pukul 16.20 WIB

Anonimus. 2011. Asuhan keperawatan osteomalasia.http://www.scribd.com/doc/56775038/Asuhan-Keperawatan-Osteomalasia. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 20.30 WIB

Anonimus. 2011. Osteomalasia. http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/10/osteomalasia.html. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 20.30 WIB

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Ganong, W.F. 1999. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suratun, Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan sistem musculuskeletal. Jakarta : EGC.

Teguh, Aris.2011. Askep osteomalasia.  http://aries-teguh.blogspot.com/2011/11/askep-osteomalasia.html. Diakses tanggal 23 september 2012 pukul 08.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)