Jumat, 15 Juni 2012

HIPOPARATIROIDISME






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Hipotalamus merupakan pusat utama pengintegrasian sistem endokrin dengan sistem saraf otonom, membantu mengendalikan sebagian kelenjar endokrin melalui lintasan saraf dan hormonal. Kelenjar paratiroid menyekresi hormon paratiroid (PTH) yang mengatur metabolisme kalsium dan fosfat. Hormon paratiroid menaikkan kadar kalsium serum dengan menstimulasi resorpsi kalsium serta ekskresi fosfat dari tulang dan dengan merangsnag perubahan vitamin D menjadi bentuk yang paling aktif akan meningkatkan absorbsi kalsium traktur GI.
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme meliputi : pankreatitis akut atau malabsorbsi, gagal ginjal, osteomalasia, dan gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya kelenjar paratiroid (idiopatik).

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroidisme ?

1.3              Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hipoparatiroidisme serta mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien hipoparatiroidisme

1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi folikel
b.      Untuk mengetahui definisi hipoparatiroidisme
c.       Untuk mengetahui etiologi hipoparatiroidisme
d.      Untuk mengetahui patofisiologi hipoparatiroidisme
e.       Untuk mengetahui WOC hipoparatiroidisme
f.       Untuk mengetahui manifestasi klinis hipoparatiroidisme
g.      Untuk mengetahui komplikasi hipoparatiroidisme
h.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipoparatiroidisme
i.        Untuk mengetahui penatalaksanaan hipoparatiroidisme
j.        Untuk mengetahui prinsip etik keperawatan pada hipoparatiroidisme
k.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipoparatiroidisme

1.4              Manfaat
1.         Memberikan informasi pada mahasiswa tentang hipoparatiroidisme serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.
2.         Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit hipoparatiroidisme
3.         Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain yang ada kaitannya dengan penyakit hipoparatiroidisme




BAB 2
PEMBAHASAN

1.1         Anatomi dan Fisiologi Hormon Paratiroid
Kelenjar paratiroidisme terdiri dari 4 organ kecil yang masing-masing sebesar biji apel. Kelenjar paratiroidisme terletak pada posterior kelenjar tiroid. Secara histologis terdapat dua jenis sel yaitu sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) dan sel oksifilik.




Kelenjar paratiroid mensekresi hormon paratiroid. Fungsi utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plasma (CES) dan mencegah hopokalsemia.
1.1.1        Efek pada Tulang
99% kalsium dalam tubuh terletak di kerangka. Tulang memiliki 3 jenis sel yaitu :
a.    Osteoblas : mengeluarkan matriks organik tempat kristal kalsium mengendap
b.    Osteosit : osteoblas yang sudah “Pensiun” dan terperangkap dalam dinding tulang
c.    Osteoklas : mengeluarkan asam-asam yang melarutkan kristal kalsium fosfat dan menguraikan matriks organik.
1.1.2        Efek terhadap ginjal
a.    Merangsang penghematan kalsium dan mendorong pengeluaran fosfat.
b.    Merangsang peningkatan reasorbsi kalsium oleh ginjal
c.    Meningkatkan sekresi fosfat
1.1.3        Efek pada usus
Hormon paratiroid tidak memiliki efek langsung terhadap usus. Secara tidak langsung meningkatkan reasorbsi kalsium dari usus melalui pangaktifan vitamin D



 

1.2         Definisi
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)

1.3         Etiologi
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme meliputi:
1.        Pankreatitis akut atau malabsorbsi
2.        Gagal ginjal
3.        Osteomalasia
4.        Gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya kelenjar paratiroid (idiopatik)
5.        Secara tidak sengaja terjadi pengangkatan atau cedera kelenjar paratiroid (idiopatik) ketika dilakukan tiroidektomi atau pembedahan leher lain atau kadang-kadang radiasi yang masif pada kelenjar paratiroid (akuisitas)
6.        Infark iskemik kelenjar paratiroid selama pembedahan, amiloidosis, neoplasma, atau trauma (akuisitas)
7.        Kerusakan sintesis dan pelepasan hormon akibat hipomaknesemia, supresif fungsi kelenjar yang normal akibat hiperkalsemia, dan keterlambatan maturasi fungsi paratiroid (akuisitas), reversibel.



 
 

1.4         Patofisiologi
Produksi hormon paratiroid (PTH) yang kurang akan menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Pembedahan dengan manipulasi leher dapat merusak kelenjar paratiroid dan kejadian ini mungkin timbul karena tindakan tersebut menyebabkan iskemia. Derajat hipoparatiroidisme dapat bervariasi mulai dari penurunan simpanan hormon paratiroid hingga gejala tetani yang nyata. Hipomagnesemia dapat mencegah sekresi hormon paratiroid pada pasien dengan kehilangan magnesium yang kronis melalui traktus GI, defisiensi gizi dan kehilangan magnesium melalui ginjal.
Hipoparatyroidisme (rendahnya kadar PTH) merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan hipokalsemia, yang secara klnik akan mengakibatkan tetani. Dalam keadaan normal, kadar kalsum dalam plasma adalah 2,3 – 2,6 mmol. Hperkalsemia sampai 3.00 mmol/l, masih belum menimbulkan gejala. Demikian pula hipokalsemia derajat ringan (kalsium turun sampai 2.00 mmol/l ) masih belum menimbulkan gejala. Terdapat 2 ts klink utama untuk mendeteksi terdapatnua titan, yaitu tanda chvostek dan tanda trousseau.
Penyebab umum adalah ikut terangkatnya kelenjar paratyrod pada saat tyroidektomi (angkanya berkisar  0 – 25 %). Penyebab lannya adalah ideopatik. Pemberian tera radioyodin terdapat kelanan kelenjar tyroid serng berpengaruh pula terhadap rendahnya hormon PTH.
Hipoparatyroidisme merupakan kelainan metabolik dengan gejala klink yang nyata, tetapi perubahan morfologik yang minimal. Terdapat abnormalitas biokimia ( hipokalsemia dan hiperfosfatemia) dengan manifestasi klinik yang sangat luas. Yang menonjol adalah tetani, konvulsi, laringospasme   ( dapat menimbulkan anoksia yang fatal). Hipokalsemia akan merangsang timbulnya manifestasi neuromuskuler, yaitu paraestasi dan kejang. Iritabilitas neuomuskuler ini dapat diperiksa dengan memeriksa ada tidaknya tanda chvostek (chvostek's sign). Disamping itu terdapat barbagai abnormaitas sistem saraf lainnya.

1.5         Manifestasi Klinis
1.5.1        Hipoparatiroidisme yang ringan dapat asimtomatik kendati biasanya  menyebabkan :
a.       Hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang tinggi yang mengenai sistem saraf pusat dan sistem lain.
1.5.2        Hipoparatiroidisme kronis :
a.       Iritabilitas neuromuskuler, peningkatan refleks tendon dalam, tanda Chvostek (spasme nervus fasialis yang hiperiritabel ketika saraf tersebut diketuk), disfagia, sindrome otak organik, psikosis, defisiensi mental pada anak-anak dan tetani.
b.      Sulit berjalan dan tendensi terjatuh atau roboh (tetani kronis)



 
1.5.3        Hipoparatiroidisme akut meliputi :
a.         Rasa kesemutan pada ujung-ujung jari tangan, disekitar mutut dan kadang-kadang pada kaki (gejala pertama); ketegangan serta spasme otot yang menjalar serta bertambah parah dan akibatnya aduksi ibu jari tangan, pergelangan tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang bervariasi menurut derajat ketegangan otot tetapi jarang mengenai wajah, tungkai dan kaki (overt tetany yang akut)
b.        Laringospasme, stridor, sianosis dan serangan kejang/bangkitan (kelainan SSP) semakin parah pada hiperventilasi, kehamilan, infeksi, penghentian terapi hormon tiroid atau pemberian diuretik dan sebelum menstruasi (tetani akut)



 

c.         Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore; rambut kering dan kusam; kerontokan rambut spontan; kuku jari tangan rapuh; dan memiliki garis tonjolan (krista) atau terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email gigi yang lemah sehingga gigi mudah berubah warna, pecah dan keropos (efek hipokalsemia)



1.6         Text Box: Pembedahan.Text Box: IdiopatikText Box: Pankreatitis akutText Box: Gagal ginjalWOC

 







1.7         Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan berikut ini memastikan diagnosis hipoparatiroidisme :
1.        Radioimmunoassay untuk hormon paratiroid yang memperlihatkan penurunan kadar hormon tersebut
2.        Penurunan kadar kalsium serum dan urine
3.        Peningkatan kadar fosfor serum
4.        Penurunan kadar kreatinin
5.        EKG yang memperlihatkan pemanjangan interval QT dan ST akibat hipokalsemia




6.        Tindakan menggelembungkan manset tensimeter yang dipasang pada lengan atas hingga mencapai tekanan di antara tekanan sistolik dan diastolik serta mempertahankan penggelembungan manset tersebut pada tekanan ini selama tiga menit akan menimbulkan gejala Trousseau (spasme karpal) yang merupakan bukti klinis hipoparatiroidisme.


1.8         Penatalaksanaan
1.        Penyuntikan segera garam kalsium IV, seperti larutan kalsium glukonat 10% untuk meningkatkan kadar kalsium serum terionisasi (tetani akut yang mengancam nyawa pasien)
2.        Bernapas di dalam kantung kertas dan menghirup gas CO2 yang dihembuskan pasien sendiri akan menimbulkan asidosis respiratorik ringan yang meningkatkan kadar kalsium serum (pasien yang sadar dapat bekerja sama)
3.        Pemberian sedatif dan antikonvulasan untuk mengendalikan spasme sampai kadar kalsium meningkat
4.        Peningkatan asupan kalsium dari makanan
5.        Terapi rumatan dengan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D per oral (tetani kronis)
6.        Pemberian suplemen vitamin D dan kalsium karena absorbsi kalsium dalam usus halus memerlukan keberadaan vitamin D (terapi penyakit yang reversibel dan biasanya harus dilakukan seumur hidup)
7.        Pemberian kalsitriol (Calcijex, Rocaltrol) jika ada gangguan hepar atau renal yang membuat pasien tidak toleran terhadap vitamin D

1.9         Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
1.        Aritmia jantung, gagal jantung
2.        Katarak
3.        Kalsifikasi ganglia basalis
4.        Pertumbuhan yang terhenti, malformasi gigi, dan retardasi mental
5.        Gejala parkinson
6.        Hipotiroidisme

1.10     Prinsip Etik Keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
1.        Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
2.        Beneficience (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
3.        Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
4.        Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
5.        Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
6.        Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
7.        Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         Pengkajian
1.        Neurologis
Gejala :Paraestesia, kesemutan, tremor, peka rangsang, kejang, adanya tanda Chvostek's/trousseou's, perubahan tingkat kesadaran.
2.        Muskoleskeletal
Gejala : kekakuan dan kelelahan
3.        Kardiovaskuler
Gejala : sianosis, palpitasi dan disritmia jantung
4.        Pernafasan
Gejala : suara serak, strdor, edema laring
5.        Gastrointestinal
Gejala : mual dan muntah
6.        Integumen
Gejala : Kulit kering dan kuku keras/ kuku rapuh

3.2         Diagnosa Keperawatan
3.2.1        Pre Op
a.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema laring
b.        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan pada mulut
c.         Curah jantung menurun berhubungan dengan aritmia jantung
d.        Gangguan komunikasi  verbal berhubungan dengan kekakuan pada mulut
e.         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f.         Resiko cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia


3.2.2        Post Op
a.         Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
b.         Gangguan komunikasi  verbal berhubungan dengan trauma pita suara akibat operasi paratyroid
c.         Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan  dan pemasangan alat-alat medis

3.3         Rencana Intervensi
3.3.1        Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema laring
1.      Tujuan          : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas klien efektif
2.      KH               : suara nafas bersih, tidak apnoe, sputum dapat keluar dengan baik, tidak sesak, tidak batuk
3.      Intervensi
Intervensi.
Rasional.
Kaji kecepatan dan kedalaman pernafasan, catat penggunaan alat bantu pernafasan saat klien bernafas
perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
Beri posisi tdur semi fowler
memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
Dorong menelan bila pasien mampu
mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
Kolaborasi : Pemberian oksigen sesuai dengan peogram
fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.

3.3.2        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan pada mulut
1.      Tujuan          : dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
2.      KH
a.       Antropometri : berat badan klien ideal
b.      Biochemical : albumin normal : 3,5-5 g/dl
Hb wanita           : 12,0-16,0 g/dl
Hb pria               : 13,5-18,0 g/dl
c.       Clinical : pasien tidak lemah, bising usus normal (5-35 x/menit)
d.      Diet : porsi makan habis
3.      Intervensi

3.3.3        Penurunan curah jantung b.d aritmia jantung
1.      Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam curah jantung normal
2.      Kriteria hasil    :
a.       Melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan peninggkatan toleransi aktivitas
b.      Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung
3.      Intervensi        :
Intervensi
Rasional
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, TD
Takikardi dapat tejadi karena nyeri, cemas, hiposekmia, dan menurunnya curah jantung
Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi perifer
Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan murmur
S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam/melakukan aktivitas parawatan diri, sesuai indikasi
Penghematan energy, menurunkan kerja jantung
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan kerja miokard dan resiko kompensasi

3.3.4        Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan trauma pita suara akibat operasi paratyroid
1.      Tujuan          : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkomunikasi verbal  secara bertahap
2.      KH               :
a.         Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan kebutuhannya dengan tulisan atau bahasa isarat.
b.         Klien dapat memahami apa yang dijelaskan oleh perawat
c.         Kebutuhan klien dapat terpenuhi
3.      Intervensi
Intervensi.
Rasional.
Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan penglihatan
adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
Gunakan bahasa isarat saat berkomunikasi dengan klien
memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.
Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi (bila ada).
Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.

3.3.5        Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
1.      Tujuan          : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktifitas secara bertahap
2.      KH               :
a.         Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi dan personal hygiene secara mandiri
b.         Klien dapat melaksanakan aktifitas hariannya seperti semula
3.      Intervensi
Intervensi.
Rasional.
Kaji tingkat ketidakmampuan klien
Menentukan luasan toleransi
Bantu aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri (mandi, makan, minum, kebersihan diri/lingkungan dan eliminasi)
Membantu pasien dalam pemenuhan ADL
Secara bertahap libatkan klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari sesuai dengan kondisinya
Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan
Buat jadwal istirahat/ aktifitas klien
Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan

3.3.6        Resiko cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia
1.      Tujuan          :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien terhindar dari cidera
2.      KH               :
a.    Klien tidak cidera akibat rangsangan kejang
b.    Hasil elektrolit (khususnya kalsium pada batas normal)
c.    Klien tenang tidak kejang
3.      Intervensi
Intervensi.
Rasional.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang menggunakan pengaman dan di ruangan yang aman dan nyaman.
Mencegah klien terjatuh
Observas tanda-anda vital seelah klien kejang
Mengetahui keadaan umum klien
Sediakan dekan tempat tidur klien spatel lidah dan gudel.
mencegah lidah ke belakang apabila terjadi kejang

3.3.7        Nyeri b.d pengeluaran mediator kimia
1.      Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri hilang
2.      Kriteria hasil    :
a.       Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
b.      Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunkan tegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat
3.      Intervensi        :
Intervensi
Rasional
Berikan tindakan nyaman (contoh pijatan punggung,perubahan posisi) dan aktivitas hiburan (contoh melihat televise, duduk, membaca)
Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri/frekuensi analgesic.
Jadwalkan aktivitas perawatan untuk keseimbangan dengan periode tidur/istirahat adekuat
Mencegah kelelahan/terlalu lelah dan dapat partispasi dalam program pengobatan
Anjurkan penggunaan perilaku managemen stress, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
Meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan
Berikan analgesic sesuai indikasi
Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

3.3.8        Kerusakan komunikasi verbal b.d kekakuan pada mulut
1.      Tujuan             :
Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat berkomunikasi secara normal
2.      Kriteria hasil    :
a.       Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif
b.      Mengidentifikasi/merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh
3.      Intervensi        :
Intervensi
Rasional
Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain. Contoh pendengaran, penglihatan, literasi.
Adanya masalah lain akan mmpengaruhi rencana pilihan komunikasi
Berikan cara-cara yang cepat dan kontinu untuk memanggil perawat, contoh lampu/bel panggil
Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespon terhadap panggilan
Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat
Dpat menurunkan ansietas pasien tentang ketidakmampuan untuk bicara
Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien mis, papan dan pensil dll
Memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah
Berikan waktu yang cukup untuk berkomunikasi
Kehilangan bicara dan stress mengganggu komunikasi dan menyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi
Berikan komunikasi non-verbal. Contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi kebutuhan
Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain

3.3.9        Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka pembedahan
1.        Tujuan         : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien terhindar dari infeksi
2.        KH              :
a.    Suhu tubuh normal
b.    Hasil pemeriksaan leukosit pada batas normal
c.    Luka bersih dan kering, tidak menunjukkan tanda-tanda nfeksi
3.        Intervensi
Intervensi.
Rasional.
Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan yang baik
Efektif berarti menurunkan penyebaran/tambahan infeksi
observasi tanda-tanda vital, observasi adanya peningkatan suhu
Demam dapat terjadi karena infeks dan/atau dehidrasi
Batasi pengunjung untuk mencegah infeks silang
Mencegah infeksi silang terhadap pengunjung





BAB 4
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar para tyroid yang menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996)
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme meliputi : pankreatitis akut atau malabsorbsi, gagal ginjal, osteomalasia, dan gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya kelenjar paratiroid (idiopatik).




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. L. Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengos,E marlyn.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta

2 komentar:

  1. makalah yang menarik isimya lengkap dan detail..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih :)
      bantu share ya, supaya lebih bermanfaat
      :D

      Hapus

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)