Selasa, 26 Juni 2012

OTITIS EKSTERNA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, invasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokalotitis eksterna.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. (Abdul Gofar, 2006)

1.2        Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan otitis eksterna benigna ?
2.      Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan otitis eksterna maligna ?
3.      Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan massa di luar telinga ?

1.3        Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga serta mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga.

1.3.2        Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi telinga luar
b.        Untuk mengetahui definisi otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
c.         Untuk mengetahui etiologi otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
d.        Untuk mengetahui patofisiologi otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
e.         Untuk mengetahui WOC otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
f.         Untuk mengetahui manifestasi klinis otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
g.        Untuk mengetahui komplikasi otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
h.        Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
i.          Untuk mengetahui penatalaksanaan otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
j.          Untuk mengetahui prinsip etik keperawatan pada otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
k.        Untuk mengetahui asuhan keperawatan otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
1.4         Manfaat
1.        Memberikan informasi pada mahasiswa tentang otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.
2.        Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
3.        Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain yang ada kaitannya dengan penyakit otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga




BAB 2
ISI

2.1              Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar





Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Telinga adalah organ sensoris yang berfungsi dalam hal pendengaran dan keseimbangan. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara. Telinga luar terdiri dari pinna dan kanalis eksterna. Pinna terbentuk dari kartilago elastis yang dibalut dengan kulit. Kulit ini melekat baik dengan perikondrium yang ada pada permukaan luar dari pinna. Kadang terdapat hematom yang dapat melepaskan ikatan ini dan akan menyebabkan devaskularisasi dari kartilago itu sendiri. Kekurangan kartilago pada kanalis eksterna dapat membantu penyebaran infeksi dan malignansi dari parotis dan basis kranii

 
Fisiologi Telinga
1.         Fungsi Akustik
Telinga luar berperan sebagai suatu antena akustik. Pinna (bersama dengan kepala) memfokuskan gelombang suara, konka dan kanalis eksterna sebagai resonator. Baik level tekanan suara maupun fase dari gelombang akustik berganti saat menjalar dari sebuah ruang menuju gendang telinga melewati telinga luar. Perubahan ini bervariasi dalam hal frekuensi suara maupun setiap arah dari gelombang suara yang datang tersebut.
Telinga luar berfungsi sebagai amplifier langsung dari suara. Dinyatakan bahwa struktur yang kompleks dari pinna dan kanalis eksterna merupakan komponen signifikan bagi seseorang untuk dapat mengenali dan melokalisasi sumber suara pada suatu ruangan
2.         Fungsi Non-akustik
Fungsi proteksi dari telinga luar ini sangat tergantung dari struktur anatomisnya. Kedalaman dari kanalis akustikus eksterna serta bentuk dan dindingnya memberikan proteksi dari membrana timpani serta telinga tengah di belakangnya dari trauma secara langsung. Kanalisnya sendiri memiliki fungsi ‘self-cleaning’ yang akan selalu melindungi jalan suara bersih dari debris.


2.2              Otitis Eksterna Benigna
2.2.1        Pengertian Otitis Eksterna Benigna
Otitis adalah peradangan pada telinga dan eksterna artinya luar. Radang telinga dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan. Apabila infeksi terjadi di liang telinga bagian luar maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna. (Wikipedia, 2011)
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. (Alfarisi, 2011)



 

2.2.2        Etiologi Otitis Eksterna Benigna
a.       Kuman penyebab terbanyak ialah Streptococcus aureus dan psedomonas aeruginosa.
b.      Predisposisi
1.    Faktor endogen
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis, diabetes mellitus, atau alergi
2.    Faktor eksogen
a)        Trauma karena tindakan mengorek telinga.
b)        Suasana lembab, panas, atau alkalis didalam MAE (Meatus Akustikus Eksternus).
c)        Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema pada stratum korneum kulit MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap infeksi.
d)       Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan maserasi.
e)        Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
f)         Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan memperhebat perjalanan infeksi. (Subianto, 2010)

2.2.3        Klasifikasi
a.         Otitis eksterna akut
Otitis eksterna akut dibagi menjadi dua, yaitu :
1.    Otitis eksterna sirkumskripta
Terdapat pada 1/3 luar Meatus Acusticus Eksternus (MAE) mengandung adneksa kulit : folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar serumen. Pada tempat itu dapat terjadi furunkel
2.    Otitis eksterna difus
Biasanya mengenai 2/3 dalam Meatus Acusticus Eksternus (MAE)
b.        Otomitosis
infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi sering pula tanpa keluhan. (Sosialisman dan Helmi, 2001).

2.2.4        Patofisiologi
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003).
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang akan menyebabkan visualisasi membran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian, jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).
Hal ini terjadi karena adanya penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang menumpuk didaerah dekat gendang telinga menyebabkan penimbunan air yang masuk ke liang telinga ketika mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan lembut (Anonim, 2003)
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).


2.2.5        WOC

2.2.6        Manifestasi Klinis
a.         gatal-gatal
b.        keluarnya cairan berbau busuk.
c.         Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel-sel kulit yang mati, maka bisa terjadi gangguan pendengaran.
d.        Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran telinga ditekan, akan timbul nyeri.
e.         Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga tampak merah, membengkak dan penuh dengan nanah dan sel-sel kulit yang mati. (Anonymus, 2011)
f.         Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporomandibularis) (Suparyanto, 2012)

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
a.         Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
b.        Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c.         titis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d.        Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

2.2.7        Pemeriksaan Diagnostik
a.       Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
b.      Tes audiometrik, memperlihatkan dan mendokumentasikan jumlah kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.


c.       CT-Scan tulang tengkorak. Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur dan ada kerusakan tulang.




d.      Scan Galium-67 . Dengan kriteria hasil : terlihat focus infeksi akut yang akan kembali normal dengan resolusi infeksi


2.2.8        Penatalaksanaan
Tindakan pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung penyebab otitisnya. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan anti radang bisa diberikan bila terjadi infeksi bakteri dan pembengkakan. Obat tetes telinga yang mengandung anti ektoparasit atau injeksi obat golongan ivermectin dan selemectin bisa diberikan bila otitis disebabkan oleh tungau telinga atau ekto parasit lain. Pemberian obat-obatan ini harus mengikuti siklus hidup parasit tersebut. Untuk kasus tumor atau polip, diperlukan tindakan operasi/bedah untuk mengangkat jaringan yang abnormal. Otitis yang disebabkan oleh alergi dan gangguan hormon memerlukan tindakan pengobatan secara menyeluruh dan sistematis. Seringkali pengobatan hanya bersifat mengurangi efek saja, karena penyebab utamanya (alergi atau gangguan hormon) memang relatif sulit disembuhkan.
Pengobatan otitis eksterna dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1.   membersihkan telinga, pengobatan topikal menggunakan topikal insektisida, biasanya terdiri dari obat telinga yang dioleskan ke dalam telinga satu atau dua kali sehari.
2.   pemberian steroid untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
3.   terapi antibiotik untuk menghindari infeksi bakterial akut atau ulcerasi
4.   terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur
5.   terapi anti alergi serta ivermectin untuk parasit telinga eksternal (infestasi Otodectes) (Wikipedia, 2010)






2.3              Otitis Eksterna Maligna
2.3.1        Pengertian Otitis Ekterna Maligna
Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar. (Irga, 2008)





2.3.2        Etiologi Otitis Eksterna Maligna
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen penyebab yang lazim pada otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus. (Ghofar, 2006)
a.    Faktor Risiko
1.      Diabetik (90 % ), diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak perbedaan antara DM tipe I dan II.
2.      Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya immunosupresi karena penggunaan obat
3.      AIDS
4.      Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetik. (Irgi, 2008)


 








2.3.3        Patofisiologi
Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan meluas ke tulang temporal hingga ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut dan menderita penyakit diabetes serta pasien dengan disfungsi imun selular. OEM juga dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang melibatkan populasi yang lebih muda.
Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago dan tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang berat, meningitis dan kematian.
Nadol menjelaskan urutan progresifitas penyakit ini seperti berikut : liang telinga luar dengan invasi melalui fisura Santorini atau sutura timpanomastoid ke fossa retromandibular, keterlibatan foramen stilomastoid dan jugularis, trombosis sepsis dari sinus venosus lateral dan menyebar ke apeks petrosa melalui pembuluh darah dan lempeng fasial (Ghofar, 2006)



2.3.4        WOC








 















Text Box: Menyumbat liang telingaText Box: Pasien merasa maluText Box: Merangsang reseptor nyeri                    








 











2.3.5        Manifestasi Klinis
 Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.
Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bonycartilaginous junction) disertai lower cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membran timpani intak.

2.3.6        Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan Laboratorium
1.      Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
2.      Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes ini.


3.      Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya
4.      Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.
b.      Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan penyakit, dan respon terapi,
antara lain :
1.      Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
2.      Gallium citrate Ga 67 scan
3.      Indium In 111-labelled leucocyte scan
4.      CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial

2.3.7        Penatalaksanaan
Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi (jika bisa), pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan pembedahan.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di sekitarnya. Pasien otitis eksterna maligna harus dirumahsakitkan minimum 4-6 minggu. Pasang cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM, 3-5 perkilogram berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam. Karbenisilin harus diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam. Terapi antibiotik parenteral harus diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat telah teratasi. Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.
Telinga harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal, akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan ia dihindarkan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.





 







Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant lokal jaringan granulasi.

2.4              Massa di Telinga Luar
Tumor pada telinga bisa bersifat bukan kanker (benign) atau bersifat kanker (malignant). Banyak tumor telinga ditemukan pada saat seseorang memperhatikan tumor tersebut, atau ketika seorang dokter memeriksa ke dalam telinga karena seseorang merasa sepertinya pendengarannya berkurang.
Tumor yang tidak bersifat kanker kemungkinan terjadi di saluran telinga, menutup saluran telinga dan menyebabkan hilangnya pendengaran dan membentuk kotoran telinga. Beberapa tumor mengandung kantung kecil yang berisi kulit yang menonjol (kista sebaceous), osteomas (tumor tulang), dan berkembangnya jaringan parut sehabis luka (keloid). Kebanyakan pengobatan yang berhasil adalah operasi pengangkatan tumor. Setelah pengobatan, pendengaran biasanya kembali menjadi normal.
Kista sebaceous ditemukan di daerah crus helic. Terjadi karena incomplete fusi tubercle. Kista dapat berkembang dapat dalam trunkus & mengalami infeksi. Kista dermoid terdiri dari jaringan fibrous dengan epitel skuamus berlapis mengandung folikel rambut kelenjar sebasea.
Neoplasma jinak terdiri dari keloid, kista aterom dan hemangioma.
1.    Keloid
merupakan hipertrofi jaringan ikat padat bentuk bulat, keras, warna seperti kulit bentuk bulat, keras, warna seperti kulit. Isi jaringannya merupakan kolagen. Etiologi meliputi : trauma,irisan luka. Therapy yang bisa dilakukan adalah : extirpasi dan injeksi kortikosteroid.
2.    Kista aterom
Merupakan retensi kista sebasea. Isi berupa : produk kelenjar Sebasea. Lokasi terdapat pada : aurikula, post aurikula, lobules. Therapy dapat menggunakan : extirpasi.
3.    Hemangioma
Merupakan pelebaran pembuluh darah kapiler, sering terjadi di daerah muka bisa di daun telinga serta warna merah kebiruan. Tumbuh pada waktu tahun pertama usia bayi. dapat mengalami regresi setelah dewasa. Ada 3 jenis : 
a.       Hemangioma kapilare : bentuk spider nevi1.
b.      Hemagioma cavernosa : berlobuler tidak teratur.
c.       Hemangioma compacta : bercapsul









2.4.1        Daun telinga
a.       Benigna (jinak)
Sering timbul papiloma pada orifisium liang telinga. Ini merupakan kutil biasa dan ekstirpasi dapat dilakukan dengan anestesia lokal.








Papiloma orifisium liang telinga

b.      Maligna (ganas)
1.      Karsinoma dapat timbul setelah adanya ulkus roden atau pada daerah yang mengalami keratosis. Jenis karinoma yang sering dijumpai pada daun telinga adalah karsinoma sel basal lebih sering tumbuh pada bagian lain permukaan. Biasanya berbentuk papiliferus dengan ulserasi ditengahnya yang mudah berdarah apabila tersentuh. Pada stadium dini tidak dirasakan adanya nyeri. Tetapi setelah karsinoma menyerang tulang rawan penderita menjadi sangat menderita akibat rasa nyeri yang hebat.
2.      Ulkus roden terjadi pada orang yang bertahun-tahun bekerja dibawah terik matahari. Bentuk ulkus khas, dengan tepi yang rata disertai terbentuknya krusta di tengah ulkus.





 









c.       Penatalaksanaan
Radioterapi diberikan kepada karsinoma dini yang dangkal. Karsinoma yang telah meluas dan mengadakan invasi ke dalam tulang rawan memerlukan ekstirpasi sebagian atau seluruh daun telinga
2.4.2        Liang telinga
a.       Benigna (jinak)
Osteomata tumbuh didalam liang telinga bagian tulang. Tumor ini biasanya tidak bertangkai dan berbentuk dari tulang yang padat. Sering terjadi pada orang yang gemar berenang dan biasanya didapati dua atau lebih tumor pada tiap telinga.
1.      Gambaran klinis
Biasanya penderita tidak merasakan apa-apa jika tumornya masih kecil. Osteomata dapat tumbuh dan menyebabkan tertahannya serumen pada permukaan gendang telinga. Otitis eksterna dapat terjadi akibat osteomata tersebut dan pada keadaan ini sebaiknya tumor diangkat.


 






b.      Maligna (ganas)
Karsinoma dapat tumbuh dalam liang telinga luar atau akibat invasi tumor yang berasal dari telinga tengah. Penderita akan merasakan nyeri yang hebat pada telinga. Cairan yang keluar dari liang telinga adalah nanah yang bercampur darah. Kadang-kadang dapat mengakibatkan kelumpuhan saraf fasial. Dalam situasi seperti ini mastoidektomi radikal perlu dilakukan dan kemudian diikuti dengan radioterapi.


Description: http://www.dermaamin.com/site/images/clinical-pic/a/amelanotic_lentigo_maligna_and_melanoma/amelanotic_lentigo_maligna_and_melanoma6.jpg
 

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA

3.1         Pengkajian
3.1.1   Riwayat Kesehatan
a.    Keluhan Utama
Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b.    Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c.    Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
d.   Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

3.1.2   Pemeriksaan Fisik
a.    Inspeksi
1.        Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
2.        Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b.    Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta

3.2         Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b/d respon inflamasi
2.      Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga
3.      Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara
4.      Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh
5.      Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas

3.3         Rencana Intervensi
Nyeri b/d respon inflamasi
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-          Skala nyeri berkurang yaitu 0-1
-          Pasien dapat beristirahat
-          Ekspresi meringis (-)
-          TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C)
-          Kanalis tetap terbuka
INTERVENSI
RASIONAL
BHSP
Meningkatkan kepercayaan pasien
Berikan lingkungan tenang dan nyaman
Membantu pasien untuk dapat beristirahat
Memasang sumbu bila kanalis auditorius mengalami edema
untuk menjaga kanalis tetap terbuka
Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi
Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien
Kaji skala nyeri
Mengetahui skala nyeri pasien
Pantau TTV pasien
Untuk mengetahui status kesehatan pasien

Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi
Kriteria Hasil :
-          Pasien dapat berinteraksi
INTERVENSI
RASIONAL
Berbicara dengan suara yang jelas
Memudahkan pasien untuk berinteraksi
Menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah dimengerti
Memudahkan pasien untuk berinteraksi
Berdiri dihadapan klien saat berbicara
Memudahkan pasien untuk berinteraksi

Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi
Kriteria Hasil :
-          Pasien dapat berinteraksi
INTERVENSI
RASIONAL
Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
1.    Tulisan
2.    Berbicara
3.    Bahasa isyarat.
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
1.    Bicara dengan jelas, menghadap individu.
2.    Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
3.    Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien

Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh
Tujuan : dalam waktu 1 x 24jam setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh pasien normal (36,5-37,5°C)
KH       :
-       Pasien tidak berkeringat lagi
-       Kulit tidak merah
-       Pasien tidak mengeluh panas
-       Pasien tidak dehidrasi
-       Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
INTERVENSI
RASIONAL
Beri kompres hangat pada pasien
mengurangi panas dengan cara konveksi
Anjurkan klien untuk banyak minum
menghindari dehidrasi klien
Buka pakaian pasien
mengurangi panas dengan cara evaporasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : antrain
mengurangi panas yang dirasakan klien
Observasi suhu tubuh pasien
mengevaluasi/mengetahui suhu tubuh klien


Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi
Kriteria hasil :
-            Tidak terjadi kontaminasi silang
-            Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)
INTERVENSI
RASIONAL
Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu
mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
Tekankan tentang pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien
mencegah kontaminasi silang : menurunkan risiko infeksi
Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
tergantung tipe pustula ; untuk menurunkan risiko kontaminasi silang/terpajannya pada flora bakteri multiple
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi (antipseudomonas)
Mengurangi risiko infeksi
Observasi suhu tubuh pasien
Untuk mengetahui status suhu tubuh pasien




BAB 4
PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)
Massa di telinga luar terdiri dari benigna dan maligna pada daun telinga begitu pula pada liang telinga.

4.2         Saran
Berhati-hati dalam membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara pembersihan yang salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.



DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi. 2011. Apa itu Radang Telinga Luar (OTITIS EKSTERNA) dan Apa Penyebabnya? http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/06/apa-itu-radang-telinga-luar-otitis.html diakses pukul 20 : 56
Anonymus. 2012. Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar  http://kamar-koas.com/?p=30 diakses tanggal 10 April 2012 pukul 20 : 54
Anonymus. 2011. Cara Pengobatan Tumor Telinga Luar. http://www.spesialis.info/?cara-pengobatan-tumor-telinga-luar,1202 diakses tanggal 20 Juni 2012pukul 21 : 17
Herniawati. 2008. Otitis Eksterna. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/otitis-eksterna/ diakses tanggal 10 April 2012 pukul 20 : 59
Kahar, Abdul. 2010. Penyakit-penyakit Telinga Luar. http://chaharkudo.blogspot.com/2010/12/penyakit-akut-celah-telinga-tengah.html diakses tanggal 15 Juni 2012 pukul 22 : 27
Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorok. Gramedia : Jakarta
Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3.  Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)