Kamis, 23 Mei 2013

Gangguan Kognitif



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Kognitif memberikan peran penting dalam intilegensi seseorang, yang paling utama adalah mengingat, dimana proses tersebut melibatkan fungsi kerja otak untuk merekam dan memanggil ulang semua atau beberapa kejadian yang pernahh dialami.
Gangguan kognitif yang paling sering ditemui meliputi Demensia dan Delirium. Banyak orang mensalah artikan antara Demensia, Delirium dan Depresi. Juga tentang respon kognitif yang maladaptive pada seseorang. Hal ini merupaka tugas perawat sebagai tenaga professional yang mencakup bio-psiko-sosial yang memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengaan gangguan kognitif yang akan dibahas oleh kelompok kali ini.

1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari gangguan kognitif?
1.2.2        Apa saja macam-macam dari gangguan kognitif?
1.2.3        Apa perbedaan dari delirium, depresi dan demensia?
1.2.4        Apa yang dimaksud dengan classical conditioning dan operant conditioning?
1.2.5        Bagaimana peran perawat dalam pemberian terapi kognitif?

1.3    Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Diharapkan untuk dapat memahami tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan gangguan kognitif.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Pengertian dari gangguan kognitif
2.      Macam-macam dari gangguan kognitif
3.      Perbedaan dari delirium, depresi dan demensia.
4.      Pengertian classical conditioning dan operant conditioning Stressor
5.      Peran perawat dalam pemberian terapi kognitif


BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1         Pengertian
 Kognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. (Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612). Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak.
Respon kognitif maladaptif meliputi ketidakmampuan untuk membuat keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respon tersebut dapat terjadi secara episodik atau terjadi terus-menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai dengan penurunan fungsi secara progresif tergantung stressor.
2.1.1 Fungsi Otak
a.       Lobus Frontalis. Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : Proses belajar : Abstraksi, Alasan.
b.      Lobus Temporal. Berfungsi untuk : Diskriminasi bunyi, perilaku verbal, dan berbicara.
c.       Lobus Parietal. Berfungsi untuk : Diskriminasi waktu, fungsi somatic, dan fungsi motorik.
d.      Lobus Oksipitalis. Berfungsi untuk : Diskriminasi visual, dan diskriminasi beberapa aspek memori.
e.       Sisitim Limbik. Berfungsi untuk : Perhatian, flight of idea, memori, dan daya ingat.
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
a.       Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala:
1)      Kemampuan memecahkan masalah berkurang.
2)      Hilang rasa sosial dan moral.
3)      Impilsif.
4)      Regresi.
b.      Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala :
1)      Amnesia.
2)      Dimentia.
c.       Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
d.      Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara lain :
1)      Gangguan daya ingat.
2)      Memori.
3)      Disorientasi.
2.2         Jenis Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia. Depresi pada lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah dapat digunakan sebagai acuan.


 
2.4         Adaptasi Psikososial

2.3        Perbandingan Delirium, Depresi dan Demensia
Perbedaan
Delirium
Depresi
Demensia
Awitan
Cepat (beberapa jam sampai beberapa hari)
Cepat (beberapa minggu sampai beberapa bulan)
Bertahap (bertahun-tahun)
Proses gangguan
Fluktuasi luas; dapat berlangsung terus selama beberapa minggu jika penyebab tidak diketahui
Mungkin ada pembatasan diri atau menjadi kronik tanpa pengobatan
Kronik; lambat namun terus menurun
Tingkat kesadaran
Berfluktuasi dari waspadfa hingga sulit untuk dibangunkan
Normal
Normal
Orientasi
Pasien disorientasi, bingung
Pasien mungkin tampak disorientasi
Pasien disorientasi, bingung
Afek
Berfluktuasi
Sedih, depresi, cemas, rasa bersalah
Labil, apatis pada tahap lanjut
Perhatian
Selalu terganggu
Kesulitan berkonsentrasi; menelaah kembali semua tindakannya
Mungkin utuh; pasien dapat memusatkan perhatian pada satu hal untuk waktu yang lama
Tidur
Selalu terganggu
Terganggu
Biasanya normal
Perilaku
Pasien agitasi, gelisah
Pasien mungkin lelah, apatis, mungkin agitasi
Pasien mungkin agitas, apatis, keluyuran
Pembicaraan
Jarang atau cepat; pasien mungkin inkoheren
Datar, jarang, mungkin meledak-ledak; dapat dimengerti
Jarang atau cepat; berulang-ulang, mungkin inkoheren
Memori
Terganggu, terutama untuk peristiwa yang baru saja terjadi
Bervariasi dari hari ke hari; lamban dalam mengingat; sering defisit memori jangka pendek
Terganggu, terutama untuk peristiwa yang sudah lama terjadi
Kognisi
Gangguan berfikir
Mungkin tampak terganggu
Gangguan berfikir dan menghitung
Isi pikir
Inkoheren, bingung; waham; stereotip
Negatif; hipokondriasis, pikiran tentang kematian; paranoid
Tidak teratur, kaya isi pikir, waham, paranoid
Persepsi
Salah penafsiran, ilusi, halusinasi
Terganggu; pasien mungkin mengalami halusinasi pendengaran; penafsiran terhadap orang lain dan kejadian
Tidak berubah
Penilaian
Buruk
Buruk
Buruk; perilaku tidak tepat secara sosial
Daya tilik
Mungkin ada saat-saat berfikir jernih
Mungkin terganggu
Tidak ada
Penampilan pada penilaian status mental
Buruk tetapi bervariasi; meningkat saat berfikir jernih dan saat penyembuhan
Kerusakan memori; menghitung, menggambar, mengikuti perintah biasanya tidak terganggu; sering menjawab ”Saya tidak tahu”
Secara konsisten buruk; makin memburuk; pasien berupaya menjawab semua pertanyaan

2.4        Diagnosis

2.5        Penanganan Klien Dengan Gangguan Kognitif
Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan dengan tepat dan tepat serta terencana terutama keluarga. Menurut Prof. Sasanto dalam Bali Post (2005), salah satu titik penting untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk menerima kenyataan. Mereka juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang macam-macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.
2.6.1 Classical Conditioning
Classical conditioning merupakan pengkondisian klasik yang melibatkan stimulus tak terkondisi (UCS) yang secara otomatis dapat membangkitkan respon berkondisi (CR), yang sama dengan respon tak berkondisi (UCR) bila diasosiasikan dengan stimulus tak berkondisi (UCS). Hal inilah yang dinamakan proses pembelajaran yang dikarenakan asosiasi.
2.6.2 Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan salah satu dari dua jenis pengondisian dalam pembelajaran asosiasi (associative learning). Pembelajaran asosiatif adalah pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Dalam operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini, setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian  ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356).
a.      Prinsip Operant Conditioning
1)      Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
a)      Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat  karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Dua hal penting dalam menggunakan penguatan positif  adalah timing (pengaturan waktu) dan konsistensi dalam pemberian penguatan. Timing (pengaturan waktu) -> stimulus positif harus diberikan dalam jangka waktu yang singkat mengikuti respon dari objek. Consistency -> merupakan sifat dasar dari awal proses blajar berdasarkan jadwal pemberian penguatan positif dimana penguat positif harus diberikan setelah ada respon dari objek.
b)      Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang  merugikan (tidak menyenangkan). Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yang baik. Dua tipe kondisi penguatan negatif yaitu :
1)    Escape Conditioning adalah bentuk penguatan negatif karena sesuatu yang negatif dihilangkan. Escape conditioning merupakan penguatan perilaku karena adanya suatu kejadian menghasilkan efek negatif. Beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan atau dihilangkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon.
2)    Penghindaran (Avoidance conditioning)  yaitu respon untuk mencegah sesuatu yang tidak menyenangkan atau melakukan pencegahan.
2)      Hukuman (Punishment)
Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul.
a.       Hukuman positif dan hukuman negatif
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil.
b.      Permasalahan yang timbul dalam stimulus yang tidak menyenangkan (Hukuman)
Ada lima  permasalahan yang timbul berhubungan dengan penggunaan stimulus yang tidak menyenangkan berupa hukuman (punishment), yaitu :
1)      Jika seseorang terbiasa menggunakan hukuman yang berat seperti membentak dengan suara keras, maka seseorang tersebut menjadi contoh orang yang pemarah dan galak saat menghadapi situasi yang menekan.
2)      Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan penghindaran. Hukuman pada dasarnya mengajarkan orang-orang untuk menghindari sesuatu. Sebagai contoh, pada umumnya murid tidak akan menyukai guru yang suka menghukum bahkan kemungkinan mereka tidak mau bersekolah lagi.
3)      Seseorang akan mengalami kecemasan dan marah  saat mendapat hukuman sehingga tidak akan berkonsentrasi terhadap tugas mereka selama beberapa waktu.
4)      Hukuman lebih mengajarkan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan dibandingkan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan.
5)      Terkadang hukuman yang dimaksud untuk mengurangi perilaku buruk dapat berubah menjadi penguat perilaku buruk tersebut. Seseorang berpikir saat  mendapat hukuman dia merasa dirinya lebih diperhatikan atau bahkan membuatnya menjadi lebih disegani oleh orang-orang disekitarnya.
2.6        Peran Perawat Dalam Terapi Kognitif
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yaitu :
a.       Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social sehingga dapat membentu penyembuhan pasien.
b.      Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
c.       Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
d.      Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting. dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
e.       Memberi pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
f.       Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
g.      Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
h.      Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang menjadi bawahannya.
i.        Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.



BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KOGNITIF
3.1     Pengkajian
a.       Identitas Klien : Meliputi nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal masuk Rumah Sakit, Tanggal Pengkajian, dan Sumber Data.
b.      Keluhan Utama
c.       Faktor Predisposisi, antara lain :
1)      Gangguan fungsi susunan saraf pusat.
2)      Gangguan pengiriman nutrisi.
3)      Gangguan peredaran darah.
d.      Aspek Fisik / Biologis
e.       Aspek Psikososial
f.       Status Mental
g.      Kebutuhan Persiapan Pulang
h.      Mekanisme Koping
1)      Dipengaruhi pengalaman masa lalu.
2)      Regresi.
3)      Rasionalisasi.
4)      Denial.
5)      Intelektualisasi.
i.        Masalah Psikososial dan Lingkungan
3.2     Diagnosa
1.      Resiko perilaku mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan proses pikir.
2.      Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak.
3.       
3.3     Intervensi



Aa
Tgl
No.
Diagnosis
PERENCANAAN

INTERVENSI

Diagnosis
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi

1
2
3
4
5
6


Resiko perilaku mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan proses pikir.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, dan orang lain.
TUK : 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya




1.1  Klien mau membalas salam
1.2  Klien meu menjabat tangan

1.3  Klien mau menyebutkan nama

1.4  Klien mau tersenyum

1.5  Klien mau kontak mata
1.6  Klien mau mengetahui nama perawat



1.1.1        Beri salam/panggil nama
1.1.2        Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.1.3        Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.1.4        Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.1.5        Beri rasa aman dan empati
1.1.6        Lakukan kontak singkat tapi sering



TUK : 2





Gangguan proses pikir bd gangguan otak
TUM : Klien dapat melakukan aktifitas dengan benar dan tidak terjadi gangguan proses pikir
TUK : 1
Pasien akan memenuhi kebutuhan biologis dasar







TUK : 2
Pasien akan aman dari cedera






1.1






1.1.1        Pertahankan nutrisi yang adekuat; pantau asupan dan keluaran cairan.
1.1.2        Berikan kesempatan untuk istirahat dan stimulasi.
1.1.3        Bantu ambulasi jika diperlukan.
1.1.4        Bantu aktivitas hygiene sesuai kebutuhan.

2.1.1           Kaji fungsi sensiori dan persepsi.
2.1.2           Berikan kemudahan untuk memperoleh kacamata, alat bantu pendengaran, tongkat, alat bantu berjalan, dll, jika diperlukan.
2.1.3           Amati dan jauhkan dari keadaan yang membahayakan.
















BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan kognitif melitputi Delirium dan Demensia. Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium, Demensia, dan Depresi, terutama pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien dengan delirium dapat mengalami penurunan tingkat kesadaran. Delirum adalah suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi. Sedangkan demensia adalah suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan klien yang mengalami gangguan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA

Pilliteri, Adele. 2002. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: ECG
Simkin, Penny. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan Dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta: ECG
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Simkin, Penny. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta: Arcan.
DEPKES RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Jakarta. Bhakti husada
Bobak.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta:ECG
               , 2011. Kehamilan Trimester III. (online) http://ilmu-ilmu keperawatan. blogspot. com/2011/01/kehamilan-trimester-3.html, diakses tanggal 23 September 2012 pukul 10.00
               , 2011. Asuhan Keperawatan Kehamilan Trimester III (online)  http:/ /rirhychayank. blogspot. com/2011/01/asuhan-keperawatan-kehamilan-trimester. html diakses tanggal 23 September 2012 pukul 10.00
               , 2011. Asuhan Keperawatan Mandiri. (online) http:// asuhan-keperawatan- mandiri. blogspot. com/2011/12/ masa -kehamilan- trimester 3. html diakses tanggal 23 September 2012 pukul 10.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)