Rabu, 14 Desember 2011

alergi makanan


ALERGI MAKANAN
1.1     Devinisi dari alergi
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.

1.2         Klasifikasi reaksi merugikan terhadap makanan (RMM)
1.2.1   Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )
Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai dalam tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.
1.2.2   Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )
Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konsituen tubuh yang normal sebagai benda asing.
1.2.3   Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )
kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik.
1.2.4   Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4 )
Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak dencgan allergen.
a.      Reaksi toksik
Zat toksik dalam makanan dibedakan menjadi 4 golongan :
1.                       timbul secara alamiah baik eksogen timbul secara alamiah baik eksogen maupun endogen maupun endogen
2.                       terjadi waktu makanan dibuat terjadi waktu makanan dibuat
3.                       kontaminasikontaminasi
4.                       bahan makanan zat disuplemntasi padabahan makanan zat disuplemntasi padamakananmakanan Reaksi non toksik Terantung pada kepekaan individu.Terantung pada kepekaan individu. Dibagi menjadi :
a.       Alergi makanan: dilandasi IgE danAlergi makanan: dilandasi IgE dantnapa dilandasi IgE.tnapa dilandasi IgE.makanan yang sering merupakanmakanan yang sering merupakanfaktor penyebab alergen adalah, telur,faktor penyebab alergen adalah, telur,susu, kacang, kan dan kerang.susu, kacang, kan dan kerang.
b.      Intleransi makanan: reaksi ini sering. Intleransi makanan: reaksi ini seringdihubungkan dengan enzimatik ataudihubungkan dengan enzimatik atauadanya zat berkhasiat farmakologisadanya zat berkhasiat farmakologispada makanan.pada makanan
1.3         Alergi Makanan
Istilah alergi makanan (food allergy) adalah bagian dari terminologi yang lebih luas, yaitu hipersensitivitas makanan (food hypersensitivity), diterjemahkan sebagai semua reaksi tak terduga yang timbul berkaitan dengan makanan, dan dapat dibedakan atas:
1.3.1   Alergi makanan (food allergy), yang reaksinya berhubungan dengan mekanisme imunologis, dan diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), ataupun non IgE.
1.3.2   Intoleransi makanan (food intolerance), yang tidak diperantarai oleh mekanisme imunologis. Intoleransi terjadi akibat bahan-bahan yang terkandung dalam makanan seperti toksin/racun (misalnya histamin pada keracunan makanan laut/ikan), atau penggunaannya secara farmakologis (misalnya tiramin dalam keju atau anggur merah). Reaksi ini terjadi pada orang yang sangat sehat sekalipun, jika mengkonsumsi bahan makanan tadi dalam dosis besar. Berbeda dengan alergi makanan yang terjadi meskipun dosis makanan cukup kecil. Kemungkinan lain penyebab intoleransi makanan adalah adanya penyakit metabolisme .
Faktor yang berperan dalam alergi makanan kami bagi menjadi 2 yaitu :
a.       Faktor Internal
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen bertambah.
b.      Fakor Eksternal
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya
1.        ikan 15,4 %
Gejala alergi akibat ikan bisa dilihat dari timbulnya ruam kemerahan, bengkak di wajah atau tangan, perut kembung, mual hingga asma. Adalah protein yang terdapat di dalam ikan atau parvalbumin yang menjadi penyebab timbulnya alergi
2.        Telur 12,7 %
Gejala alergi telur yang paling umum masalah usus yang bisa mengakibatkan muntah dan kram. Gejala alergi telur lain termasuk gatal-gatal, rinitis dan asma alergi. Extreme kasus alergi telur dapat menyebabkan anafilaksis dan pengobatan akan mencakup injeksi epinefrin. Anaphylactic shock ditandai dengan kejutan dan penyempitan saluran napas yang dapat mengakibatkan benjolan di tenggorokan. Penurunan parah dalam tekanan darah melihat dan kadang-kadang bahkan kehilangan kesadaran. Jenis telur gejala alergi parah akan memerlukan rawat inap dan perawatan darurat.
3.        Susu 12,2 %
Dr Zakiudin menuturkan paling sering mengalami masalah di saluran cerna serta kulit. Gejala klinis lain yang muncul seperti bengkak dan gatal di bibir sampai lidah, nyeri dan kejang perut, muntah sampai diare berat yang disertai berdarah. Bisa juga mengenai saluran pernapasan seperti batuk pilek berulang, sesak napas dan asma.
Alergi susu sapi pada anak sebenarnya bisa terjadi karena ia sensitif terhadap komponen protein susu (paling sering akibat beta-lactoglobulin) atau pada proses pembuatan susu, sehingga komponen protein ini akan bereaksi dengan antibodi tubuh yang memicu terbentuknya immunoglobulin E (IgE).

4.        Kacang 5,3 %
Tanda dan gejala alergi kacang tanah dapat mencakup:
·         Reaksi kulit seperti gatal-gatal, kemerahan atau pembengkakan
·         Gatal-gatal atau kesemutan di dalam atau di sekitar mulut dan            tenggorokan
·         Masalah pencernaan seperti diare, kram perut, mual atau munta
·          Sesak napas atau mengi
·         Berair atau tersumbat
5.        Gandum 4,7 %
Alergi gandum dapat mengakibatkan berbagai gejala, termasuk gatal-gatal, sesak napas dan mual. Alergi gandum juga dapat menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis.
6.        Apel 4,7 %
Alergi terhadap apel biasanya disebut birch apple syndrome, karena alergen pada keduanya sama.reaksi alergi muncul biasanya setelah 5-15 menit penderita memakan apel segar. Dianjurkan para penderita alergi apel ini untuk mengkonsumsi buah apel dalam bentuk yang sudah olahan saja, misalnya keripik, pie apel, cake apel dsb.
7.        Kentang 2,6 %
Anak dengan alergi kentang, akan berkembang menjadi atopk dermatitis yang menyebabkan inflamasi kulit dan mengganggu kemampuan kulit untuk menjaga kelembabannya.
8.        Coklat 2,1 %
Hazelnut bayak terkandung dalam berbagai jenis makanan, seperti coklat, wafer, selai dan lain-lain. Hazelnut merupakan salah satu penyebab alergi yang fatal, reaksi yang ditimbulkan berupa gatal, disekitar mulut dan tenggorokan, namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.awaan (misalnya defisiensi enzim laktase yang menyebabkan intoleransi laktosa).





1.4     Gejala Klinik/Symptom
Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa : urtikaria, angionerotik udem, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
1.4         Pencegahan :
1.4.1   Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi dengan pencegahan yang efektif akan mengendalikan frekuensi dan intensitas serangan, penggunaan obat, jumlah hari absen sekolah, serta membantu memperbaiki kualitas hidup.
1.4.2   Pemberian ASI sangat dianjurkan. Pada bayi yang melakukan eliminasi makanan dan mendapat ASI, maka ibu juga harus pantang makanan penyebab alergi. Dengan eliminasi sebelumnya, alergi susu sapi menghilang pada kebanyakan kasus pada umur 2 tahun. Untuk pengganti susu sapi dapat dipakai susu hidrolisat whey atau hidrolisat casein. Pilihan lain adalah susu formula kedelai, dengan harus tetap waspada terhadap kemungkinan alergi terhadap kedelai. Pada bayi yang menderita alergi makanan derajat berat yang telah menggunakan formula susu hipoalergenik, bila ingin melakukan diet provokasi dengan susu formula sapi, harus dilakukan dirumah sakit, karena jika gagal ada kemungkinan terjadi renjatan anafilaksis.
1.4.3   Sayur mayur bisa dianjurkan sebagai pengganti buah, daging sapi atau kambing sebagai pengganti telur ayam dan ikan.
1.4.4   Makan di restoran kurang aman dan dianjurkan selalu membaca label bahan-bahan makanan jika membeli makanan jadi.
1.4.5   Desensitisasi pada alergi makanan tidak dilakukan sebab reaksinya hebat dan sedikit sekali bukti-bukti kerberhasilannya. Andaikata berhasil, selama desensitisasi penderita juga tetap harus menyingkirkan makanan penyebab serangan alergi itu.

1.5         Gangguan Enzim
Gangguan kekurangan enzim yang kronis dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi.

Apakah Anda sering menderita nyeri perut, merasa kembung di sekitar pusat atau perut bawah, perut terasa membesar atau frekuensi buang angin berlebihan di atas 20 kali dalam sehari? Jika iya, sebaiknya Anda mulai waspada. Menurut dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, mungkin saja Anda mengalami gangguan sindrom malabsorpsi.
Dokter spesialis gastroenterologi ini memaparkan sindrom malabsorpsi adalah gangguan penyerapan makanan dalam saluran cerna bagian bawah. Hal ini berhubungan dengan kurangnya enzim pencernaan. Enzim merupakan protein berbentuk bundar yang diperlukan untuk semua reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh. Sebagian kecil enzim diproduksi di kelenjar liur di bagian mulut. Namun, kebanyakan enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pankreas. Adapun enzim pencernaan adalah lipase (berfungsi merombak lemak), protease (merombak protein), amilase (memecah amilum/karbohidrat), dan laktase (mengurai laktosa).
Ari menyebutkan enzim merupakan komponen penting yang diperlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan. Tanpa enzim yang cukup di dalam pencernaan manusia, makanan yang masuk tidak dapat diserap oleh usus. Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia jadinya sekadar numpang lewat.
Menurut dia, jika seseorang mengalami kekurangan enzim pencernaan, dia dapat mengalami gangguan pencernaan (maldigesti) yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya gangguan penyerapan atau malabsorpsi. "Jika seseorang kekurangan enzim pencernaan, perutnya akan langsung memberontak saat mengkonsumsi makanan-makanan jenis tertentu, tergantung jenis enzim yang kurang," ia mengungkapkan dalam media edukasi di Jakarta, Selasa lalu. Misalnya, apabila seseorang kekurangan enzim amilase, setiap dia mengkonsumsi makanan, seperti roti atau mi, akan langsung menderita diare. Penelitian yang dilakukan di RSCM pada 2002 itu memperlihatkan penyebab tertinggi kasus diare kronis noninfeksi yang terjadi di rumah sakit tersebut adalah maldigestasi karbohidrat, yaitu sebanyak 62,6 persen. Menurut Ari, kasus gangguan malabsorpsi karbohidrat lebih tinggi dibanding malabsorpsi protein atau lemak. Dokter yang juga menjabat Wakil Sekjen Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Gastroenterologi Indonesia ini menambahkan, dalam tingkat kronis, gangguan kekurangan enzim dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi atau kekurangan gizi yang mengakibatkan berat badan berkurang dan daya tahan tubuh menurun.

Brand Manager Enzyplex dr Maria Margaretha mengatakan gangguan enzim ini juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, gangguan pankreas dalam memproduksi enzim, dan usia. Usia yang semakin bertambah menyebabkan enzim yang diproduksi tubuh menurun. Selain itu, salah satu faktor pemicu munculnya gangguan enzim adalah kecenderungan pola makan masyarakat yang buruk. "Seperti makan berlebihan atau dalam jumlah yang banyak, terutama makanan berlemak, setelah sebelumnya tidak makan sama sekali, makan terburu-buru, dan jenis makanan yang kurang bervariasi," ujarnya. Ia menambahkan, pola makan seperti itu membuat enzim yang dihasilkan pankreas tidak mampu mencerna semua makanan yang kita makan. MARLINA MARIANNA SIAHAAN
Gejala Sindrom Malabsorpsi
1. Kembung di sekitar pusat atau perut bawah.
2. Nafsu makan menurun.
3. Diare.
4. Perut terasa tidak nyaman atau terasa membesar (sebah).
5. Suara usus yang meningkat.
6. Timbul gas yang berlebihan di dalam sistem pencernaan, baik di lambung, usus halus, maupun usus besar.
7. Sering bersendawa atau buang angin (di atas 20 kali dalam sehari).
8. Menderita nyeri pada perut.
Pola Pemulihan
1. Lakukan diet yang tepat dengan mengurangi makanan yang berlemak, seperti cokelat dan keju.
2. Hindari makanan yang terlalu merangsang, seperti makanan yang terlalu asam, pedas, dan asin, serta minuman yang terlalu banyak mengandung soda.
3. Mengkonsumsi suplemen enzim pencernaan.
4. Hindari asupan makanan berlebihan atau dalam jumlah besar.
5. Perbanyak makanan yang mengandung serat, seperti pisang, pepaya, melon, alpukat, dan sayuran.
1.6         Intoleransi Karena Efek Farmakologi
Menurut Prof. dr. Frans Suyatna farmakolog dari FKUI, alergi terjadi jika obat dianggap benda asing oleh tubuh, lalu tubuh melakukan perlawanan dengan membentuk antibody berupa histamine, serotonin, prostaglandin, kinin dan brandikinin.
Zat-zat itu menimbulkan timbunan cairan dibawah jaringan kulit sehingga menyebabkan reaksi seperti gatal, bentol atau pembengkakan sampai pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan syok. Penolakan obat itu sifatnya genetic, artinya pada lain reaksinya bisa berbeda (tak menimbulkan alergi).
1.7         Intoleransi Terhadap Zat Adiktif

Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif :
Zat aditif
Contoh
Keterangan
Pewarna
Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
Pengawet
Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
Penyedap
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar
Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
Penyedap sintesis
Antioksidan
Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
Pemutih
Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis bukan gula
Sakarin, Dulsin, Siklamat
Baik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti Gumpal
Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk



1.8         Alergi Makan Dilandasi Alergi Tipe I,Ii,Iii,IV
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
1.8.1   Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah:
– shok anafilaktis – urtikaria, edema Quincke – kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale – rinitis vasomotorica
1.8.2   Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
1.8.3   Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
1.8.4   Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa dll.).

1.9         Manifestasi Klinis RMM Pada Berbagai Organ Tubuh
1.10     Asuhan Keperawatan
1.10.1    Pengkajian
a.    Data dasar, meliputi :
1.    Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi)
2.    Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
Riwayat Keperawatan, meliputi :
a.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
1.    Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
2.    Keluhan utama
a.)  Pasien mengeluh sesak nafas
b.) Pasien mengeluh bibirnya bengkak
c.)  Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
d.) Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
e.)  Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.
f.)  Pasien mengeluh diare
g.) Pasien mengeluh demam
3.    Kronologis keluhan. Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
4.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu. Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu.
5.    Riwayat Kesehatan Keluarga. Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
6.    Riwayat Psikososial dan Spiritual. Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan. Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
a.)      Bernafas. Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
b.)      Makan. Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
c.)      Minum. Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
d.)     Eliminasi (BAB / BAK). Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
e.)      Gerak dan aktifitas. Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
f.)       Kebersihan Diri. Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS :
1.)      Rasa Aman. Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
2.)      Sosial dan komunikasi. Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
3.)      Pengetahuan. Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
4.)      Rekreasi. Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
5.)      Spiritual. Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.

b.      Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum : Tingkat kesadaran CCS
2.      Tanda-tanda vital
3.      Keadaan fisik
a.)    Kepala dan leher :
b.)    Dada
c.)    Payudara dan ketiak
d.)   Abdomen
e.)    Genitalia
f.)     Integument :
g.)    Ekstremitas
4.      Pemeriksaan neurologist
5.      Pemeriksaan Penunjang
a.)    Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
b.)    Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
c.)    Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
d.)   Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti Analisa Data
c.       Data Subjektif
1.      Sesak nafas
2.      Mual, muntah
3.      Meringis, gelisah
4.      Terdapat nyeri pada bagian perut
5.      Gatal – gatal
6.      Batuk
d.      Data objektif
1.      Penggunaan O2
2.      Adanya kemerahan pada kulit
3.      Terlihat pucat
4.      Pembengkakan pada bibir
5.      Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)

1.10.2  Diagnosa Keperawatan
 Adapun diagnose keperawatan yang dapat kami ambil:
a.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen
b.        Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
c.         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
d.        Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
5.
e.         Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)

1.10.3    Rencana Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x15 menit. diharapkan pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang normal.
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)
b. Pasien tidak merasa sesak lagi
c. Pasien tidak tampak memakai alat bantu pernapasan
d. Tidak terdapat tanda-tanda sianosis Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya pernapasan, termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.




Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi, gesekan pleura.




Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan ambulansi sesegera mungkin.



Observasi pola batuk dan karakter secret.



Berikan oksigen tambahan


Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi peningakatan kerja napas. Kedalaman pernapasan berpariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.

bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.

duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau antikoagulan berlebihan.

memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.



Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x.24 jam diharapkan suhu tubuh pasien menurun
Kriteria hasil :
a.       Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5ºC -37,5ºC)
b.      Bibir pasien tidak bengkak lagi
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )

Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal

Dapat membantu mengurangi demam


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan pasien tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah
Kriteria hasil :
a.       Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
b.      Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma
c.       Kerusakan integritas kulit berkurang
INTERVENSI
RASIONAL
Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi

Hindari obat intramaskular
Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer

Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit


Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan pada pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a.       Pasien tidak mengalami diare lagi
b.      Pasien tidak mengalami mual dan muntah
c.       Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
d.      Turgor kulit kembali normal
INTERVENSI
RASIONAL
Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.



Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).



Monitor intake dan output cairan

Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.

indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen.

mengetahui keseimbangan cairan

berguna menurunkan kehilangan cairan

pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan.


Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( alergen,ex: makanan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan nyeri pasien teratasi
kriteria hasil :
a.       Pasien menyatakan dan menunjukkan nyerinya hilang
b.      Wajah tidak meringis
c.       Skala nyeri 0
d.      Hasil pengukuran TTV dalam batas normal, TTV normal yaitu :
1.      Tekanan darah : 140-90/90-60 mmHg
2.      Nadi : 60-100 kali/menit
3.      Pernapasan : 16-20 kali/menit
4.      Suhu : Oral (36,1-37,50C)
5.      Rektal (36,7-38,10C)
6.      Axilla (35,5-36,40C)
INTERVENSI
RASIONAL
Ukur TTV

Kaji tingkat nyeri (PQRST)

Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan

Ciptakan suasana yang tenang

Bantu pasien melakukan teknik relaksasi



Observasi gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea, mual muntah, palpitasi, keinginan berkemih

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
Ubtuk mengetahui kondisi umum pasien
Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
memberikan rasa nyaman kepada pasien

membantu pasien lebih relaks

membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.

tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri yang dialami pasien.


Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh pasien.

1.10.4    Evaluasi
a.       S : pasien mengeluh tidak sesak lagi
O : pasien bernafas normal (16-24 x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,pasien tidak mengalami gangguan pola nafas,pasien tidak tampak menggunakan alat bantu pernapasan.
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
b.      S:Pasien mengatakan tidak demam lagi
O: Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC),bibir pasien tidak tampak bengkak lagi.
A:Tujuan tercapai
P:Pertahankan kondisi pasien
c.       S : Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah lagi
O : kerusakan integritas kulit pada pasien berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus dan urtikaria sudah mulai berkurang,kulit pasien tidak terdapat kemerahan.
A: tujuan tercapai sebagian
P: lanjutkan intervensi ( no 1 dan 2)
d.      S : pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi.
O: intake & output pasien seimbang,TTV dalam batas normal(TD : 120/80-140/90,Suhu aksila: 36,5 oC -37,5 oC,Frekuensi pernapasan : 16-24 x / menit,Nadi: 60-100x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,turgor kulit kembali normal.
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
e.       S : pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O: wajah pasien tampak tenang dan tidak meringis
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien































DAFTAR PUSTAKA
http://ALERGI MAKANAN/antropoda-penyebab-alergi-dan-reaksi.html dienkes   tanggal 08 oktober 2011 pukul 10:15 WIB
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, Jakarta:EGC..
http://medicastore.com/artikel/273/Alergi_makanan_Tahanlah_Keinginan.html dienkes pada tanggal 09  oktober 2011 pukul 09:45
http://www.anneahira.com/alergi-makanan.htm dienkes pada tanggal 09 oktober 2011 pukul 21:41
http://www.wartamedika.com/2007/06/alergi-makanan-obat-terbaik-hindari.html dienkes pada tanggal 09 oktober 2011 pukul 19:00
http://puterakembara.org/rm/Alergi1.shtml dienkes pada tanggal 09 oktober 2011 pukul 20:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)