ALERGI MAKANAN
1.1 Devinisi dari alergi
Alergi
makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan
oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula Alergi
makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang
ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Dalam beberapa kepustakaan
alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang
dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap
makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
1.2
Klasifikasi reaksi
merugikan terhadap makanan (RMM)
1.2.1 Hipersensitivitas
anafilaktif ( tipe 1 )
Keadaan ini
merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai dalam
tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.
1.2.2 Hipersensitivitas
sitotoksik ( tipe 2 )
Hipersensitivitas
sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konsituen
tubuh yang normal sebagai benda asing.
1.2.3 Hipersensitivitas
kompleks imun ( tipe 3 )
kompleks imun
terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam
sirkulasi darah lewat kerja fagositik.
1.2.4 Hipersensitivitas
Tipe lambat (tipe 4 )
Reaksi ini yang juga
dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah
kontak dencgan allergen.
a. Reaksi toksik
Zat
toksik dalam makanan dibedakan menjadi 4 golongan :
1.
timbul secara alamiah baik
eksogen timbul secara alamiah baik eksogen maupun endogen maupun endogen
2.
terjadi waktu makanan
dibuat terjadi waktu makanan dibuat
3.
kontaminasikontaminasi
4.
bahan makanan zat
disuplemntasi padabahan makanan zat disuplemntasi padamakananmakanan Reaksi non
toksik Terantung pada kepekaan individu.Terantung pada kepekaan individu. Dibagi
menjadi :
a.
Alergi makanan: dilandasi
IgE danAlergi makanan: dilandasi IgE dantnapa dilandasi IgE.tnapa dilandasi
IgE.makanan yang sering merupakanmakanan yang sering merupakanfaktor penyebab
alergen adalah, telur,faktor penyebab alergen adalah, telur,susu, kacang, kan
dan kerang.susu, kacang, kan dan kerang.
b.
Intleransi makanan: reaksi
ini sering. Intleransi makanan: reaksi ini seringdihubungkan dengan enzimatik
ataudihubungkan dengan enzimatik atauadanya zat berkhasiat farmakologisadanya
zat berkhasiat farmakologispada makanan.pada makanan
1.3
Alergi Makanan
Istilah
alergi makanan (food allergy) adalah bagian dari terminologi yang lebih luas,
yaitu hipersensitivitas makanan (food hypersensitivity), diterjemahkan sebagai
semua reaksi tak terduga yang timbul berkaitan dengan makanan, dan dapat
dibedakan atas:
1.3.1 Alergi
makanan (food allergy), yang reaksinya berhubungan dengan mekanisme imunologis,
dan diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), ataupun non IgE.
1.3.2 Intoleransi
makanan (food intolerance), yang tidak diperantarai oleh mekanisme imunologis.
Intoleransi terjadi akibat bahan-bahan yang terkandung dalam makanan seperti
toksin/racun (misalnya histamin pada keracunan makanan laut/ikan), atau
penggunaannya secara farmakologis (misalnya tiramin dalam keju atau anggur
merah). Reaksi ini terjadi pada orang yang sangat sehat sekalipun, jika
mengkonsumsi bahan makanan tadi dalam dosis besar. Berbeda dengan alergi
makanan yang terjadi meskipun dosis makanan cukup kecil. Kemungkinan lain
penyebab intoleransi makanan adalah adanya penyakit metabolisme .
Faktor
yang berperan dalam alergi makanan kami bagi menjadi 2 yaitu :
a. Faktor
Internal
Imaturitas usus
secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym
usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik)
memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus
mentoleransi makanan tertentu.Genetik berperan dalam alergi makanan.
Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini
dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.Mukosa dinding saluran
cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen bertambah.
b. Fakor
Eksternal
Faktor pencetus
: faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban
latihan (lari, olah raga).Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi
menurut prevalensinya
1.
ikan 15,4 %
Gejala
alergi
akibat ikan bisa dilihat dari timbulnya ruam kemerahan, bengkak di wajah atau
tangan, perut kembung, mual hingga asma. Adalah protein yang terdapat di dalam
ikan atau parvalbumin yang menjadi penyebab timbulnya alergi
2.
Telur 12,7 %
Gejala
alergi telur yang
paling umum masalah usus yang bisa mengakibatkan muntah dan kram. Gejala alergi telur
lain termasuk gatal-gatal, rinitis dan asma alergi. Extreme kasus alergi telur
dapat menyebabkan anafilaksis dan pengobatan akan mencakup injeksi epinefrin.
Anaphylactic shock ditandai dengan kejutan dan penyempitan saluran napas yang
dapat mengakibatkan benjolan di tenggorokan. Penurunan parah dalam tekanan
darah melihat dan kadang-kadang bahkan kehilangan kesadaran. Jenis telur
gejala alergi parah akan
memerlukan rawat inap dan perawatan darurat.
3.
Susu 12,2 %
Dr
Zakiudin menuturkan paling sering mengalami masalah di saluran cerna serta
kulit. Gejala klinis lain yang muncul seperti bengkak dan gatal di bibir sampai
lidah, nyeri dan kejang perut, muntah sampai diare berat yang disertai
berdarah. Bisa juga mengenai saluran pernapasan seperti batuk pilek berulang,
sesak napas dan asma.
Alergi
susu sapi pada anak sebenarnya bisa terjadi karena ia sensitif terhadap
komponen protein susu (paling sering akibat beta-lactoglobulin) atau pada
proses pembuatan susu, sehingga komponen protein ini akan bereaksi dengan
antibodi tubuh yang memicu terbentuknya immunoglobulin E (IgE).
4.
Kacang 5,3 %
Tanda
dan gejala alergi kacang tanah dapat mencakup:
·
Reaksi
kulit seperti gatal-gatal, kemerahan atau pembengkakan
·
Gatal-gatal
atau kesemutan di dalam atau di sekitar mulut dan tenggorokan
·
Masalah
pencernaan seperti diare, kram perut, mual atau munta
·
Sesak napas atau mengi
·
Berair
atau tersumbat
5.
Gandum 4,7 %
Alergi
gandum dapat mengakibatkan berbagai gejala, termasuk gatal-gatal, sesak napas
dan mual. Alergi gandum juga dapat menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa yang
disebut anafilaksis.
6.
Apel 4,7 %
Alergi
terhadap apel biasanya disebut birch apple syndrome, karena alergen pada
keduanya sama.reaksi alergi muncul biasanya setelah 5-15 menit penderita
memakan apel segar. Dianjurkan para penderita alergi apel ini untuk
mengkonsumsi buah apel dalam bentuk yang sudah olahan saja, misalnya keripik,
pie apel, cake apel dsb.
7.
Kentang 2,6 %
Anak
dengan alergi kentang, akan berkembang menjadi atopk dermatitis yang
menyebabkan inflamasi kulit dan mengganggu kemampuan kulit untuk menjaga
kelembabannya.
8.
Coklat 2,1 %
Hazelnut
bayak terkandung dalam berbagai jenis makanan, seperti coklat, wafer, selai dan
lain-lain. Hazelnut merupakan salah satu penyebab alergi yang fatal, reaksi
yang ditimbulkan berupa gatal, disekitar mulut dan tenggorokan, namun pada
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Hampir
semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi
alergi.awaan (misalnya defisiensi enzim laktase yang menyebabkan intoleransi
laktosa).
1.4 Gejala
Klinik/Symptom
Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ
sasaran seperti kulit, saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran
vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering kali sudah
dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada
seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada
seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan
makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah
menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran
nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada
penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43%
dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa :
urtikaria, angionerotik udem, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
1.4
Pencegahan :
1.4.1
Alergi tidak bisa disembuhkan,
tapi dengan pencegahan yang efektif akan mengendalikan frekuensi dan intensitas
serangan, penggunaan obat, jumlah hari absen sekolah, serta membantu
memperbaiki kualitas hidup.
1.4.2
Pemberian ASI sangat
dianjurkan. Pada bayi yang melakukan eliminasi makanan dan mendapat ASI, maka
ibu juga harus pantang makanan penyebab alergi. Dengan eliminasi sebelumnya,
alergi susu sapi menghilang pada kebanyakan kasus pada umur 2 tahun. Untuk
pengganti susu sapi dapat dipakai susu hidrolisat whey atau hidrolisat
casein. Pilihan lain adalah susu formula kedelai, dengan harus tetap
waspada terhadap kemungkinan alergi terhadap kedelai. Pada bayi yang menderita
alergi makanan derajat berat yang telah menggunakan formula susu hipoalergenik,
bila ingin melakukan diet provokasi dengan susu formula sapi, harus dilakukan
dirumah sakit, karena jika gagal ada kemungkinan terjadi renjatan anafilaksis.
1.4.3
Sayur mayur bisa dianjurkan
sebagai pengganti buah, daging sapi atau kambing sebagai pengganti telur ayam
dan ikan.
1.4.4
Makan di restoran kurang aman
dan dianjurkan selalu membaca label bahan-bahan makanan jika membeli makanan
jadi.
1.4.5
Desensitisasi pada alergi makanan
tidak dilakukan sebab reaksinya hebat dan sedikit sekali bukti-bukti
kerberhasilannya. Andaikata berhasil, selama desensitisasi penderita juga tetap
harus menyingkirkan makanan penyebab serangan alergi itu.
1.5
Gangguan Enzim
Gangguan
kekurangan enzim yang kronis dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi.
Apakah Anda sering menderita nyeri perut, merasa kembung di sekitar pusat atau perut bawah, perut terasa membesar atau frekuensi buang angin berlebihan di atas 20 kali dalam sehari? Jika iya, sebaiknya Anda mulai waspada. Menurut dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, mungkin saja Anda mengalami gangguan sindrom malabsorpsi.
Apakah Anda sering menderita nyeri perut, merasa kembung di sekitar pusat atau perut bawah, perut terasa membesar atau frekuensi buang angin berlebihan di atas 20 kali dalam sehari? Jika iya, sebaiknya Anda mulai waspada. Menurut dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, mungkin saja Anda mengalami gangguan sindrom malabsorpsi.
Dokter
spesialis gastroenterologi ini memaparkan sindrom malabsorpsi adalah gangguan
penyerapan makanan dalam saluran cerna bagian bawah. Hal ini berhubungan dengan
kurangnya enzim pencernaan. Enzim merupakan protein berbentuk bundar yang
diperlukan untuk semua reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh. Sebagian
kecil enzim diproduksi di kelenjar liur di bagian mulut. Namun, kebanyakan
enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pankreas. Adapun enzim pencernaan
adalah lipase (berfungsi merombak lemak), protease (merombak protein), amilase
(memecah amilum/karbohidrat), dan laktase (mengurai laktosa).
Ari
menyebutkan enzim merupakan komponen penting yang diperlukan untuk proses
pencernaan dan penyerapan makanan. Tanpa enzim yang cukup di dalam pencernaan
manusia, makanan yang masuk tidak dapat diserap oleh usus. Tanpa bantuan enzim,
semua bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia jadinya sekadar numpang
lewat.
Menurut dia, jika seseorang mengalami kekurangan enzim pencernaan, dia dapat mengalami gangguan pencernaan (maldigesti) yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya gangguan penyerapan atau malabsorpsi. "Jika seseorang kekurangan enzim pencernaan, perutnya akan langsung memberontak saat mengkonsumsi makanan-makanan jenis tertentu, tergantung jenis enzim yang kurang," ia mengungkapkan dalam media edukasi di Jakarta, Selasa lalu. Misalnya, apabila seseorang kekurangan enzim amilase, setiap dia mengkonsumsi makanan, seperti roti atau mi, akan langsung menderita diare. Penelitian yang dilakukan di RSCM pada 2002 itu memperlihatkan penyebab tertinggi kasus diare kronis noninfeksi yang terjadi di rumah sakit tersebut adalah maldigestasi karbohidrat, yaitu sebanyak 62,6 persen. Menurut Ari, kasus gangguan malabsorpsi karbohidrat lebih tinggi dibanding malabsorpsi protein atau lemak. Dokter yang juga menjabat Wakil Sekjen Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Gastroenterologi Indonesia ini menambahkan, dalam tingkat kronis, gangguan kekurangan enzim dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi atau kekurangan gizi yang mengakibatkan berat badan berkurang dan daya tahan tubuh menurun.
Brand Manager Enzyplex dr Maria Margaretha mengatakan gangguan enzim ini juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, gangguan pankreas dalam memproduksi enzim, dan usia. Usia yang semakin bertambah menyebabkan enzim yang diproduksi tubuh menurun. Selain itu, salah satu faktor pemicu munculnya gangguan enzim adalah kecenderungan pola makan masyarakat yang buruk. "Seperti makan berlebihan atau dalam jumlah yang banyak, terutama makanan berlemak, setelah sebelumnya tidak makan sama sekali, makan terburu-buru, dan jenis makanan yang kurang bervariasi," ujarnya. Ia menambahkan, pola makan seperti itu membuat enzim yang dihasilkan pankreas tidak mampu mencerna semua makanan yang kita makan. MARLINA MARIANNA SIAHAAN
Menurut dia, jika seseorang mengalami kekurangan enzim pencernaan, dia dapat mengalami gangguan pencernaan (maldigesti) yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya gangguan penyerapan atau malabsorpsi. "Jika seseorang kekurangan enzim pencernaan, perutnya akan langsung memberontak saat mengkonsumsi makanan-makanan jenis tertentu, tergantung jenis enzim yang kurang," ia mengungkapkan dalam media edukasi di Jakarta, Selasa lalu. Misalnya, apabila seseorang kekurangan enzim amilase, setiap dia mengkonsumsi makanan, seperti roti atau mi, akan langsung menderita diare. Penelitian yang dilakukan di RSCM pada 2002 itu memperlihatkan penyebab tertinggi kasus diare kronis noninfeksi yang terjadi di rumah sakit tersebut adalah maldigestasi karbohidrat, yaitu sebanyak 62,6 persen. Menurut Ari, kasus gangguan malabsorpsi karbohidrat lebih tinggi dibanding malabsorpsi protein atau lemak. Dokter yang juga menjabat Wakil Sekjen Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Gastroenterologi Indonesia ini menambahkan, dalam tingkat kronis, gangguan kekurangan enzim dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi atau kekurangan gizi yang mengakibatkan berat badan berkurang dan daya tahan tubuh menurun.
Brand Manager Enzyplex dr Maria Margaretha mengatakan gangguan enzim ini juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, gangguan pankreas dalam memproduksi enzim, dan usia. Usia yang semakin bertambah menyebabkan enzim yang diproduksi tubuh menurun. Selain itu, salah satu faktor pemicu munculnya gangguan enzim adalah kecenderungan pola makan masyarakat yang buruk. "Seperti makan berlebihan atau dalam jumlah yang banyak, terutama makanan berlemak, setelah sebelumnya tidak makan sama sekali, makan terburu-buru, dan jenis makanan yang kurang bervariasi," ujarnya. Ia menambahkan, pola makan seperti itu membuat enzim yang dihasilkan pankreas tidak mampu mencerna semua makanan yang kita makan. MARLINA MARIANNA SIAHAAN
Gejala
Sindrom Malabsorpsi
1.
Kembung di sekitar pusat atau perut bawah.
2.
Nafsu makan menurun.
3.
Diare.
4.
Perut terasa tidak nyaman atau terasa membesar (sebah).
5.
Suara usus yang meningkat.
6.
Timbul gas yang berlebihan di dalam sistem pencernaan, baik di lambung, usus halus,
maupun usus besar.
7.
Sering bersendawa atau buang angin (di atas 20 kali dalam sehari).
8.
Menderita nyeri pada perut.
Pola
Pemulihan
1.
Lakukan diet yang tepat dengan mengurangi makanan yang berlemak, seperti
cokelat dan keju.
2.
Hindari makanan yang terlalu merangsang, seperti makanan yang terlalu asam,
pedas, dan asin, serta minuman yang terlalu banyak mengandung soda.
3.
Mengkonsumsi suplemen enzim pencernaan.
4.
Hindari asupan makanan berlebihan atau dalam jumlah besar.
5. Perbanyak makanan yang mengandung serat, seperti pisang, pepaya, melon,
alpukat, dan sayuran.
1.6
Intoleransi Karena Efek
Farmakologi
Menurut Prof. dr. Frans Suyatna farmakolog dari FKUI, alergi
terjadi jika obat dianggap benda asing oleh tubuh, lalu tubuh melakukan perlawanan
dengan membentuk antibody berupa histamine, serotonin, prostaglandin, kinin
dan brandikinin.
Zat-zat itu menimbulkan timbunan cairan dibawah jaringan kulit sehingga menyebabkan reaksi seperti gatal, bentol atau pembengkakan sampai pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan syok. Penolakan obat itu sifatnya genetic, artinya pada lain reaksinya bisa berbeda (tak menimbulkan alergi).
Zat-zat itu menimbulkan timbunan cairan dibawah jaringan kulit sehingga menyebabkan reaksi seperti gatal, bentol atau pembengkakan sampai pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan syok. Penolakan obat itu sifatnya genetic, artinya pada lain reaksinya bisa berbeda (tak menimbulkan alergi).
1.7
Intoleransi Terhadap
Zat Adiktif
Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses
pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif :
Zat aditif
|
Contoh
|
Keterangan
|
Pewarna
|
Daun
pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
|
Pewarna
alami
|
Sunsetyellow
FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine
(kuning), dll
|
Pewarna
sintesis
|
|
Pengawet
|
Natrium
benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
|
Terlalu
banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap
penyakit
|
Penyedap
|
Pala,
merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar
|
Penyedap
alami
|
Mono-natrium
glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
|
Penyedap
sintesis
|
|
Antioksidan
|
Butil
hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
|
Mencegah
Ketengikan
|
Pemutih
|
Hidrogen
peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
|
-
|
Pemanis
bukan gula
|
Sakarin,
Dulsin, Siklamat
|
Baik
dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
|
Pengatur
keasaman
|
Aluminium
amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
|
Menjadi
lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
|
Anti
Gumpal
|
Aluminium
silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
|
Ditambahkan
ke dalam pangan dalam bentuk bubuk
|
1.8
Alergi Makan Dilandasi
Alergi Tipe I,Ii,Iii,IV
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV
berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi
alergi lambat oleh antibodi seluler.
1.8.1
Macam/Type I
(reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di
tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak
selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat
mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of
anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang
terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau
tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah:
– shok anafilaktis – urtikaria, edema Quincke – kambuhnya/eksaserbasi
asthma bronchiale – rinitis vasomotorica
1.8.2
Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari
kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen,
sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi
setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis,
leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
1.8.3
Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =
precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan
lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke
dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah.
Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan
terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum
sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
1.8.4
Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam
atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari
t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris
atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid
pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit
tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis,
colitis ulcerosa dll.).
1.9
Manifestasi Klinis RMM
Pada Berbagai Organ Tubuh
1.10 Asuhan
Keperawatan
1.10.1 Pengkajian
a. Data
dasar, meliputi :
1. Identitas
Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi)
2. Identitas
Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
Riwayat
Keperawatan, meliputi :
a. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Mengkaji data
subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
1. Alasan masuk rumah
sakit : Pasien mengeluh nyeri perut,sesak
nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa
gatal
2.
Keluhan
utama
a.) Pasien
mengeluh sesak nafas
b.) Pasien
mengeluh bibirnya bengkak
c.) Pasien
mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
d.) Pasien
mengeluh nyeri di bagian perut
e.) Pasien
mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.
f.) Pasien
mengeluh diare
g.) Pasien
mengeluh demam
3. Kronologis keluhan. Pasien
mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada
kulit,mual muntah,dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke
rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Masa
Lalu. Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini
diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri
perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual
muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan
tertentu.
5. Riwayat Kesehatan
Keluarga. Mengkaji apakah dalam keluarga pasien
ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
6. Riwayat Psikososial dan
Spiritual. Mengkaji orang terdekat dengan pasien,
interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah
yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien
terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem
nilai kepercayaan. Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia
Handerson, yaitu :
a.) Bernafas.
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta
ukur respirasi rate.
b.) Makan.
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
c.) Minum.
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
d.)
Eliminasi (BAB / BAK). Dikaji
pola buang air kecil dan buang air besar.
e.) Gerak
dan aktifitas. Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
f.) Kebersihan
Diri. Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS :
1.) Rasa
Aman. Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
2.) Sosial
dan komunikasi. Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS
dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
3.) Pengetahuan.
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
4.) Rekreasi.
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
5.) Spiritual.
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
b. Pemeriksaan
fisik
1. Keadaan
umum : Tingkat kesadaran CCS
2. Tanda-tanda
vital
3. Keadaan
fisik
a.) Kepala
dan leher :
b.) Dada
c.) Payudara
dan ketiak
d.) Abdomen
e.) Genitalia
f.) Integument
:
g.) Ekstremitas
4. Pemeriksaan
neurologist
5. Pemeriksaan
Penunjang
a.) Uji
kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti
tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen
makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).Darah tepi : bila eosinofilia 5%
atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia
3% sering ditemukan pada alergi makanan. IgE total dan spesifik: harga normal
IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada
umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi
parasit atau keadaan depresi imun seluler.
b.) Tes
intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
c.) Tes
hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
d.) Biopsi
usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge didapatkan
inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM.
IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi
dan biopsi usus.Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk
diagnosa pasti Analisa Data
c. Data
Subjektif
1. Sesak
nafas
2. Mual,
muntah
3. Meringis,
gelisah
4. Terdapat
nyeri pada bagian perut
5. Gatal
– gatal
6. Batuk
d. Data
objektif
1. Penggunaan
O2
2. Adanya
kemerahan pada kulit
3. Terlihat
pucat
4. Pembengkakan
pada bibir
5. Demam
( suhu tubuh diatas 37,50C)
1.10.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang dapat kami
ambil:
a.
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan terpajan allergen
b.
Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi
c.
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
d.
Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
5.
5.
e.
Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)
1.10.3 Rencana
Keperawatan
Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen
|
|
Tujuan :
setelah diberikan askep selama ….x15 menit. diharapkan pasien menunjukkan
pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang normal.
|
|
Kriteria hasil :
a. Frekuensi
pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)
b. Pasien tidak
merasa sesak lagi
c. Pasien tidak
tampak memakai alat bantu pernapasan
d. Tidak terdapat
tanda-tanda sianosis Intervensi :
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya pernapasan,
termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.
Auskultasi bunyi
napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi,
gesekan pleura.
Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur
dan ambulansi sesegera mungkin.
Observasi
pola batuk dan karakter secret.
Berikan
oksigen tambahan
Berikan
humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
|
kecepatan
biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi peningakatan kerja napas. Kedalaman
pernapasan berpariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
yang berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
bunyi
napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi
menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.
duduk
tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan
posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas.
kongesti
alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau antikoagulan berlebihan.
memaksimalkan
bernapas dan menurunkan kerja napas
memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk
memudahkan pembersihan.
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
|
|
Tujuan :
setelah diberikan askep selama ….x.24 jam diharapkan suhu tubuh pasien
menurun
|
|
Kriteria
hasil :
a. Suhu
tubuh pasien kembali normal ( 36,5ºC -37,5ºC)
b. Bibir
pasien tidak bengkak lagi
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau
suhu pasien ( derajat dan pola )
Pantau
suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Berikan
kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
|
Suhu
38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal
Dapat
membantu mengurangi demam
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
|
|
Tujuan :
setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan pasien tidak akan
mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah
|
|
Kriteria
hasil :
a. Tidak
terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
b. Tidak
terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma
c. Kerusakan
integritas kulit berkurang
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Lihat
kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi
Hindari
obat intramaskular
|
Kulit
berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
Edema
interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit
|
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
|
|
Tujuan :
setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan
pada pasien dapat teratasi.
|
|
Kriteria
hasil :
a. Pasien
tidak mengalami diare lagi
b. Pasien
tidak mengalami mual dan muntah
c. Tidak
terdapat tanda-tanda dehidrasi
d. Turgor
kulit kembali normal
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ukur
dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang, takikardia,
hipotensi ortostatik.
Kaji
turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
Monitor
intake dan output cairan
Beri
obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.
Berikan
cairan tambahan IV sesuai keperluan
|
peningkatan
suhu atau memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic dan kehilangan
cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
indicator
langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin
kering karena napas mulut dan oksigen.
mengetahui
keseimbangan cairan
berguna
menurunkan kehilangan cairan
pada
adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat
memperbaiki atau mencegah kekurangan.
|
Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( alergen,ex: makanan)
|
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan nyeri
pasien teratasi
|
|
kriteria
hasil :
a. Pasien
menyatakan dan menunjukkan nyerinya hilang
b. Wajah
tidak meringis
c. Skala
nyeri 0
d. Hasil
pengukuran TTV dalam batas normal, TTV normal yaitu :
1. Tekanan
darah : 140-90/90-60 mmHg
2. Nadi
: 60-100 kali/menit
3. Pernapasan
: 16-20 kali/menit
4. Suhu
: Oral (36,1-37,50C)
5. Rektal
(36,7-38,10C)
6. Axilla
(35,5-36,40C)
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ukur
TTV
Kaji
tingkat nyeri (PQRST)
Berikan
posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
Ciptakan
suasana yang tenang
Bantu
pasien melakukan teknik relaksasi
Observasi
gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea, mual muntah, palpitasi,
keinginan berkemih
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgesik
|
Ubtuk
mengetahui kondisi umum pasien
Untuk
mengetahui faktor pencetus nyeri
memberikan
rasa nyaman kepada pasien
membantu
pasien lebih relaks
membantu
dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi
meningkatkan perilaku positif.
tanda-tanda
tersebut menunjukkan gejala nyeri yang dialami pasien.
Analgesik
dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
|
1.10.4 Evaluasi
a. S
: pasien mengeluh tidak sesak lagi
O : pasien
bernafas normal (16-24 x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,pasien
tidak mengalami gangguan pola nafas,pasien tidak tampak menggunakan alat bantu
pernapasan.
A : tujuan
tercapai
P : Pertahankan
kondisi pasien
b. S:Pasien
mengatakan tidak demam lagi
O: Suhu tubuh
pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC),bibir pasien tidak tampak bengkak
lagi.
A:Tujuan
tercapai
P:Pertahankan
kondisi pasien
c. S
: Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah lagi
O : kerusakan
integritas kulit pada pasien berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus dan
urtikaria sudah mulai berkurang,kulit pasien tidak terdapat kemerahan.
A: tujuan
tercapai sebagian
P: lanjutkan
intervensi ( no 1 dan 2)
d. S
: pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi.
O: intake &
output pasien seimbang,TTV dalam batas normal(TD : 120/80-140/90,Suhu aksila:
36,5 oC -37,5 oC,Frekuensi pernapasan : 16-24 x / menit,Nadi:
60-100x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,turgor kulit kembali normal.
A : tujuan
tercapai
P : Pertahankan
kondisi pasien
e. S
: pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O: wajah pasien
tampak tenang dan tidak meringis
A : tujuan
tercapai
P : Pertahankan
kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
http://ALERGI
MAKANAN/antropoda-penyebab-alergi-dan-reaksi.html dienkes tanggal 08 oktober 2011 pukul 10:15 WIB
Brunner &
Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3,
Jakarta:EGC..
http://medicastore.com/artikel/273/Alergi_makanan_Tahanlah_Keinginan.html dienkes pada tanggal 09 oktober 2011 pukul 09:45
http://www.anneahira.com/alergi-makanan.htm dienkes pada tanggal 09 oktober 2011
pukul 21:41
http://www.wartamedika.com/2007/06/alergi-makanan-obat-terbaik-hindari.html dienkes pada tanggal 09 oktober 2011
pukul 19:00
http://puterakembara.org/rm/Alergi1.shtml dienkes pada tanggal 09 oktober 2011
pukul 20:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)