BAB
1
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK ENDOKRIN
1.1
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar
Hipofise
1.1.1
Definisi
Pemeriksaan
diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di
rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan.
Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan
pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab
perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya.
Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem
endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur
diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan. (Wahyu, 2010)
1.1.2
Persiapan dan pemeriksaan yang
dilakukan oleh perawat
a.
Anamnesa
1.
Data Demografi
a.)
Identitas klien
b.)
Identitas
penanggung
c.)
Usia klien
d.)
Jenis kelamin
e.)
Tempat tinggal
klien (alamat)
f.)
Tanggal masuk
rumah sakit.
2.
Riwayat
kesehatan keluarga.
Kaji
kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klien/pasien atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal :
a.) Obesitas : dicurigai karena hipotiroid
b.) Gangguan Tumbang : dicurigai adanya gangguan GH, Kel.
Tiroid, dan kelenjar gonad
3.
Riwayat
Kesehatan dahulu :
Kaji
kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak
mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti :
a.)
Tanda-tanda seks
sekunder yang tidak berkembang : amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak
berkembang bagi perempuan.
b.)
BB yang tidak
sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
c.)
Gangguan
psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah berkonsentrasi
d.)
penggunaan
obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal : hidrokortison,
levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
4.
Riwayat Diet :
Perubahan
status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat mencerminkan
gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji :
a.)
Adanya nausea,
muntah dan nyeri abdomen.
b.)
Penurunan atau
penambahan BB yg drastis.
c.)
Selera makan yg
menurun atau bahkan berlebihan.
d.)
Pola makan dan
minum sehari-hari.
e.)
Kebiasaan
mengkonsumsi makanan yg dapat menggangu fungsi endokrin seperti makanan yg bersift
goitrogenik thd tiroid.
5.
Masalah
kesehatan sekarang
Pengembangan
dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan keluarga/pasien meminta
bantuan pelayanan, seperti :
a.) Apa yg dirasakan pasien saat ini
b.) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan-lahan dan sejak kapan dirasakan
c.) Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas
hidup sehari-hari
d.) Bagaimana pola eliminasi : urine
e.) Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
f.) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat
menggangu pasien
g.) Hal-hal lain yang perlu dikaji karena berhubungan
dengan fungsi hormonal secara umum :
6.
Tingkat Energi :
Perubahan
kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan hormonal khusunya disfungsi
kelenjar tiroid dan adrenal. Kaji kemampuan klien/pasien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
7.
Pola Eliminasi
dan keseimbangan cairan
Pola
eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh
ADH, aldosteron, dan kortisol.
8.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
a.) Secara langsung tumbang dibawah pengaruh GH,
Kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan tumbang dapat terjadi semenjak
dalam kandungan, itu terjadi pada ibu hamil hipertiroid. Kaji gangguan tumbang
yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama proses pertumbuhan.
b.) Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan
fungsinya: Tingkat intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung
jawab. Kaji juga perubahan fisik dan dampaknya terhadap kejiwaan.
9.
Seks dan
reproduksi
Pada
wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan perubahan fisik
terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji :
a.) Apakah pernah hamil
b.) Abortus
c.) Melahirkan
d.) Pada Pria kaji apakah mampu ereksi dan orgasme dan
kaji juga apakah terjadi perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.
b.
Pemeriksaan
Fisik
Ada
2 aspek utama yang dapat digambarkan, yaitu :
1.
Kondisi kelenjar
endokrin : testis dan tiroid
2.
Kondisi jaringan
atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin
a.)
Inspeksi :
1.)
Disfungsi sistem
endokrin : Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap tumbang,
keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi, metabolisme dan
energi.
2.)
Penampilan umum
: Apakah pasien tampak kelemahannya :berat, sedang dan ringan
3.)
Amati bentuk dan
proporsi tubuh : Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa
4.)
Pemeriksaan
Wajah : Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti
dahi, rahang dan bibir
5.)
Pada Mata : Amati
adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah tampak datar
atau tumpul.
6.)
Pada Daerah
Leher : Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, warna kulit
sekitar leher apakah terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
7.)
Apakah terjadi
hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut : Biasanya dijumpai pada orang yang
mengalami gangguan kelenjar. Adrenal
8.)
Apakah terjadi
Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit : Biasanya tampak pada orang yang
mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit
oleh proses autoimun.
9.)
Amati adanya
penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian belakang atau disebut
bufflow neck atau leher/punuk kerbau : Terjadi pada K hiperfungsi
adrenokortikal.
10.)
Amati keadaan
rambut axilla dan dada : Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah
wanita disebut hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada atau
abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
b.)
Palpasi
Hanya
kelenjar tiroid dan testis yg dapat diperiksa secara palpasi
c.)
Auskultasi :
Auskultasi
pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit".
Bunyi yg dihasilkan karena turbulensi pada Pembuluh darah tiroidea.
d.)
Pengkajian
Psikososial
Mengkaji
kemampuan koping klien/pasien, dukungan Keluarga serta keyakinan klien/pasien
tentang sehat dan sakit. Perubahan-perubahan fisik, fungsi seksual dan
reproduksi serta perubahan-perubahan lainnya yang disebabkan oleh gangguan
sistem endokrin akan berpengaruh terhadap konsep diri klien.
1.1.3
Foto
tengkorak (kranium)
Dilakukan
untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang
tujuan dan prosedur sangatlah penting. (Pranata, 2012)
1.1.4
Foto
tulang osteo
Dilakukan
untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran
tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan
dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping. Persiapan
fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan. (Wahyu,
2010)
1.1.5
CT
Scan otak
Dilakukan
untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi.
Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien
dapat diam tidak bergerak selama prosedur. (Wahyu, 2010)
1.1.6
Pemeriksaan Darah dan Urin
a. Kadar Growth Hormon
Nilai normal 10 p.g ml
baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran
nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.
Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
b. Kadar
Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Nilai normal 6-10
1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer
atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan secara
khusus.
c. Kadar
Adrenokartiko Tropik (ACTH)
Pengukuran dilakukan
dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena
lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.
Persiapan
1. Tidak
ada pembatasan makan dan minum
2. Bila
klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan
lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
3. Bila
obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran
pengiriman spesimen
4. Cegah
stres fisik dan psikologis
Pelaksanaan
1. Klien
diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari
2. Besok
paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
3. Urine
ditampung selama 24 jam
4. Kirim
spesimen (darah dan urine) ke laboratorium.
Hasil Normal bila :
1. ACTH
menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
2. 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid
(17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Cara
sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon 1 mg per oral
tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan
urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal
bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS
dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg. (Wahyu, 2010)
1.2
Pemerinsaan Diagnostik pada Kelenjar
Tiroid
1.2.1
Up
take radioaktif
Tujuan
Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodida.
a. Persiapan
:
1. Klien
puasa 6-8 jam
2. Jelaskan
tujuan danm prosedur
b. Pelaksanaan
1. Klien
diberi Radioaktoif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
2. Dengan
alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang
tertahan.
3. Juga
dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24
jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya.
Banyaknya
I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai
berikut:
1.
Normal: 10-35%
2.
Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat
terjadi pada hipotiriodisme.
3. Lebih
dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
(Wahyu,
2010)
1.2.2
T3
dan T4 serum
1.
Persiapan khusus tidak ada, specimen darah 5 cc
2.
Normal Dewasa : Jodium bebas : 0,1-0,6 mg/dl
3.
T3 : 0,2 - 0,3 mg/dl
4.
T4 : 6 – 12 mg/dl
5.
Normal bayi : T3 : 180 – 240 mg/dl(Wahyu, 2010)
1.2.3
Up
Take T3 Resin
Tujuan
mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak
jenuh. TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme
1.
Spesimen darah vena 5cc
2.
Persiapan: puasa 6-8 jam
3.
Nilai normal :
a. Dewasa
: 25-35% uptake oleh resin
b. Anak
: umumnya tidak ada(Wahyu, 2010)
1.2.4
Protein
Bound Iodine (PBI)
Bertujuan
mengukur Iodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam
100 ml darah. Specimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien
dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam. (Wahyu, 2010)
1.2.5
Laju
metabolisme basal
Tujuan:
pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah
kondisi basal selama beberapa waktu
a. Persiapan
:
1. Klien
puasa 12jam
2. Hindari
kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
3. Klien
harus tidur sedikit nya 8 jam
4. Tidak
mengkonsumsi analgetik & sedative
5. Jelaskan
pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya
6. Tidak
boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukan
b. Penatalaksanaan
1. Pengukuran
kalorimetri dengan menggunakan metabolator
c. Nilai
normal :
1. pria
53 kalori perjam
2. wanita
60 kalori perjam
d. Metode
Harris Benedict Untuk Mengukur BMR
1. Pria:BMR
= 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn) )
2. Wanita
BMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )
(Nurnarlitasari, 2011)
1.2.6
Scaning tiroid
a.
Radio
loding scanning
Digunakan untuk
menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau
dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi
jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas
b.
Uptake
iodine
1. Untuk
menentukan pengambilan yodium dari plasma
2. Nilai
normal 10-30% dalam 24jam
1.3
Pemerinsaan Diagnostik pada Kelenjar
Paratiroid
1.3.1
Percobaan
Sulkowitch
Dilakukan
untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui
aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens
Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium
plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit one white cloud)
menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1). Bila endapan banyak, kadar
kalsium tinggi.
a.
Persiapan
1. Urine
24 jam ditampung
2. Makanan
rendah kalsium 2 hari herturut-turut
b.
Pelaksanaan
1. Masukkan
urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)
2. Kedalam
tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai
kontrol
c.
Pembacaan hasil secara kwantitatif :
1. Negatif
(-): Tidak terjadi kekeruhan
2. Positif
(+): Terjadi kekeruhan yang halus
3. Positif
(+ +): Kekeruhan sedang
4. Positif
(+ + +): Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
5. Positif
(+ + + +): Kekeruhan hebat, terjadi seketika
1.3.2
Percobaan
Ellworth-Howard
Percobaan didasarkan
pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
a.
Cara Pemeriksaan
1. Klien
disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine di-tampung dan
diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6
x nilai normal.
2. Urin
ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
b.
Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya
tidak banyak berubah
1.3.3
Percobaan
kalium intra vena
Percobaan
ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan
menekan pembentukan paratharmon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor
diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis
tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami
perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
1.3.4
Pemeriksaan
radiologi
Persiapan
khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai
kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau
meningkat. Pada hipertiroid, tulang meni-pis, terbentuk kista dalam tulang
serta tuberculae pada tulang.
1.3.5
ECG
Persiapan
khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan
gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada
hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang sedangkan pada
hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
1.3.6
EMG
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan
kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
1.4
Pemerinsaan Diagnostik pada Kelenjar
Pankreas
1.4.1
Definisi
a.
Pemeriksaan
Glukosa
Jenis pemeriksaannya
adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa
selama 8-10 jam
Nilai normal :
Nilai normal :
1. Dewasa:
70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d
2. Anak-anak:
60-100 mg/dl
1.4.2
Persiapan dan pelaksanaan yang
dilakukan perawat
a. Persiapan
1. Klien
dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
2. Jelaskan
tujuan prosedur pemeriksaan
b. Pelaksanaan
1. Spesimen
adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc
2. Gunakan
anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera
3. Bila
klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak
diberikan
4. Setelah
pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obatobatan sesuai
program.
Gula
darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post
prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan.
Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya
setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan
porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula
darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien.
Prinsip
persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang tepat untuk
pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi
klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan
spesimen dilakukan.
1.5
Pemerinsaan Diagnostik pada Kelenjar
Adrenal
1.5.1
Pemeriksaan
Hemokonsentrasi darah
a. Nilai
normal pada:
1. Dewasa
wanita: 37-47% Pria: 45-54%
2. Anak-anak:
31-43%
3. Bayi:
30-40%
4. Neonatal:
44-62%
b. Tidak
ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer
seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam
darah untuk mencegah pembekuan.
1.5.2
Pemeriksaan
Elektrolit Serum (Na, K , CI), dengan nilai normal:
a. Natrium:
310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter) Chlorida:
350-375 mg% (100-106 meq/liter)
b. Pada
hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya
terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak
diperlukan persiapan fisik secara khusus.
1.5.3
Percobaan
Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk
mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg.
Tidak ada persiapan khusus.
1.5.4
Stimulasi
Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
menedeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan
pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)