BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifilis
adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat
cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat
menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput
lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin. ( Soedarto, 1990 )
Sifilis
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan
Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron
dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan
nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini
bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh
Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum
akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi
mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )
Penatalaksanaan sifilis ada dua
pada sifilis primer dan sekunder, sifilis laten dan sifilis stactom III
A. Sifilis Primer dan Sekunder
- Penisilin benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4
juta unit / kali) dan
diberikan satu kali seminggu, atau.
- Penisilin prokain dalam
aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari
selama 10 hari, atau
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
B. Sifilis
Laten
- Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit
- Penisilin 6
prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari)
- Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta
unit (diberikan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
C. Sifilis
Stactom III
- Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit
- Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000
unit sehari)
- Penisilin prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta
unit (dibeirkan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
apa definisi dari sifilis?
1.2.2
apa etiologi dari sifilis?
1.2.3
bagaimana patofisiologi dari sifilis?
1.2.4
bagaimana WOC darisifilis?
1.2.5
bagaimana manifestasi klinis dari sifilis?
1.2.6
apa saja penatalaksanaan dari sifilis?
1.2.7
apa saja komplikasi dari sifilis?
1.2.8
bagaimana pemeriksaan diagnostic dari sifilis?
1.2.9
bagaimana diagnosis pada sifilis?
1.3
Tujuan
1.3.1
untuk mengetahui definisi dari sifilis
1.3.2
untuk mengetahui etiologi dari sifilis
1.3.3
untuk mengetahui patofisiologi dari sifilis
1.3.4
untuk mengetahui WOC dari sifilis
1.3.5
untuk mengetahui manifestasi klinis dari sifilis
1.3.6
untuk mengetahui penatalaksanaan dari sifilis
1.3.7
untuk mengetahui komplikasi dari sifilis
1.3.8
untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari sifilis
1.3.9
untuk mengetahui diagnosis pada sifilis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Sifilis
adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat
cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat
menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput
lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin. ( Soedarto, 1990 )
II.2 ETIOLOGI
Sifilis
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan
Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron
dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan
nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini
bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh
Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum
akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi
mengunakan darah segar. ( Soedarto, 1990 )
II.2.1Bakteriologi
Treponema pallidum tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium
atau di medium
biokimia lain. Namun Treponema pallidum dapat ditumbuhkan pada makhluk hidup
(hewan coba) yaitu digunakan testis kelinci.
Treponema
pallidum dapat dilihat di mikroskop lapangan
gelap. Warnanya pucat, bentuknya halus dan memiliki koil (gulungan) sehingga
terlihat spiral. Panjangnya bervariasi mulai dari 6 sampai 15 μm dan panjang
koilnya mulai dari 0.09 sampai 0.18 μm. Setiap bakteri memiliki sekitar 8
sampai 20 koil.
Adanya enzim hialuronidase pada permukaan bakteri memungkinkannya
untuk menimbulkan respons inflamasi dan menyebar selama infeksi primer.
II.
3 PATOFISIOLOGI
- Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang. - Stadium Lanjut
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
II.4
WOC
II.5
PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS
Sifat-sifat
yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak
ada tanda- tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding
selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi
primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang
cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh
fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam
sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan
fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup
dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama ,yaitu selama masa asimtomatik
merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema sangat
membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia.
Sifilis
merupakan penyakit kronik Granulomatosa dimana perjalanan penyakitnya
berlangsung lama. Lesi pada stadium akhir mungkin baru muncul 30 tahun setelah
infeksi pertama. Pada penyakit sifilis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium
primer, sekunder dan tersier.ketiga stadium ini dipisahkan oleh periode
asimtomatik, yang masa tunasnya 3-4 minggu muncul lesi primer yang
terlokalisasi yang akan sembuh setelah 2-6 minggu. Stadium ini disusul dengan
stadium sekunder, dijumpai lesi diseluruh tubuh atau generalisata luka ini
sembuh dalam waktu 2- 6-minggu. Stadium ini disertai dengan periode laten
selama beberapa tahun. Selama periode tersebut tidak dijumpai manifestasi
klinik tetapi dalam tubuh sejumlah kecil penderita berlangsung proses yang
mengarah kebentuk sifilis yang lebih berat yaitu sifilis tersier. ( Parvin
azini ,1996 )
II. 6 EPIDEMOLOGI
Penularan
utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat
mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai
dipakai oleh penderita sifilis dan penularan perenteral melalui jarum suntik
dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6
minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit
tersebut ( coitus suspectus ).
Secara garis
besar penularan sifilis dibagi atas :
1.
Sifilis kongenital atau bawaan
Sifilis
kongenital akibat dari penularan spirokaeta tranplasenta; bayi jarang berkontak
langsung dengan Chancre ibu yang menimbulkan infeksi pasca lahir. Resiko
penularan transplasenta bervariasi menurut stadium penyakit yang diderita oleh
ibu. Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia
yang tidak diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum
dilahirkan daripada wanita dengan infeksi laten. Penularan dapat terjadi selama
kehamilan. Insiden dari infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4
tahun pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan penyakit laten
awal.
2.
Sifilis Akuisita ( dapatan )
Sifilis
dapatan penularanya hampir selalu akbat dari kontak seksual walupun
penangananya secara kuratif telah tersedia untuk sifilis selama lebih dari
empat dekade, sifilis tetap penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang
lazim di Indonesia. Pembagian sifilis dapatan berdasarkan epidemiologi ,
tergantung sifat penyakit tersebut menular atau tidak. Stadium menular bila
perjalanan penyakit kurang dari 2 tahun dan stadium tidak menular perjalanan
penyakit lebih dari 2 tahun.
Pembagian secara klinis :
Stadium I
Stadium II Stadium
menular
Stadium Laten Dini
Stadium Rekurens
Stadium Laten Lanjut
Stadium III Stadium
tidak menular
Kardiovaskuler Dan Neuosifilis
II. 7 MANIFESTASI KLINIS
II. 7. 1 Sifilis primer
Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh
Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampakpada tempat sesudah masuknya Treponema
pallidum. Papula segra berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi
menonjol yang disebut chancre.
Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi ( chancre ) yang soliter,
tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai
dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada
genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup yang hidup dan sangat menular,
chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis
primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan
setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati
infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
II. 7. 2 Sifilis
Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2 – 10 minggu setelah chancre
sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi
ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang
meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang
pada daerah yang lembab disekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata
lata ( plak seperti veruka, abu – abu
putih sampai eritematosa ). Dan plak putih
disebut ( Mukous patkes )
dapat ditemukan padfa membrana mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah
penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat
ditemukan juga, meningitis terjadi 30 % penderita. Sifilis sekunder
dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS ), tetapi penderita tidak
dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
II.7. 3 Relapsing
sifilis
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang
tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala
klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan
serologinya yaitu dari reaksi STS ( Serologis Test for Syfilis ) yang negatif
menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada
stadium sifilis sekunder.
Relapsing sifilis yang ada terdiri dari :
a.
Sifilis laten
Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik
sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten
( laten awal ). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin
bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama
sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut.
Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS
positif.
b.
Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak
sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai
menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis,
kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul,
noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua
bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta,
aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat ( neurosifilis ).
c.
Sifilis kongenital
Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu
hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan
sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan
sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis
mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis
timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil
kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan
tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika
sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul
pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes,
atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang
dan gigi, saddel – nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang )
dan kadang – kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis
kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi
akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan ( Soedarto, 1990 ).
II.8 PENATALAKSANAAN
II.8.1 Medikamentosa
A. Sifilis Primer dan Sekunder
- Penisilin benzalin 6
dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan
satu kali seminggu, atau.
- Penisilin prokain dalam
aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari selama 10 hari,
atau
- Penisilin prokain + 2 %
aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali
sebanyak 2 kali seminggu.
B. Sifilis Laten
- Penisilin Benzatin 6
dosis total 7,2 juta unit, atau
- Penisilin 6 prokain
dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau
- Penisilin prokain + 2 %
aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit /
kali, 2 kali seminggu).
C. Sifilis Stactom III
- Penisilin benzatin 6 dosis total
9,6 juta unit, atau
- Penisilin 6 prokain dalam aqua
denga dosis total 18 juta unit (600.000
unit sehari) atau
- Penisilin prokain ± 2 % aluminium
monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali
seminggu).
Untuk pasien
sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan :
- Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali
sehari selama 15 hari, atau.
- Eritromisin 500 mg per oral 4 kali
sehari selama 15 hari, atau.
Untuk pasien
sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap
penisilin,
dapat dierikan :
- Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali
sehari selama 30 hari, atau
- Eritrmisin 500 mg per oral 4 kali
sehari selama 30 hari
“Obat ini tidak
boleh dibeirkan kepada wanita hamil, menyusui,
dan anak- anak.
1. Pemantauan Serologik
dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun
pertama \, dan setiap 6 bulan per
tahun kedua.
2. Non medikamentosa
Memberikan
pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal
sebagai beriut:
- Bahaya PKTS dan
Komplikasinya
- Pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan.
- Cara penularan PKTS dan perlunya
pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- Hindari hubungan seksual
sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi.
- Cara-cara menghindari
infeksi PKTS di masa datang.
II. 9 Komplikasi
a.
Benjolan kecil atau tumor
b.
Masalah Neurologi
c.
Masalah kardiovaskular
d.
Infeksi HIV
e.
Komplikasi kehamilan dan
bayi baru lahir
II. 10 Diagnosis Test
Untuk menegakkan diagnosis sifilis,
diagnosis klinis harus di konfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa
:
1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field).
2. Mikroskop fluoresensi.
3. Penentuan antibodi di dalam serum.
Beberapa tes yang dikenal sehari-hari
yang mendeteksi antibodi non spesifik,akan tetapi dapat menunjukkan reaksi ddengan
IgM da juga IgG, ialah:
a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik.
- Tes Wasserman.
- Tes Khan
- Tes VDRL ( Venereal Diseases Research
Laboratory).
- Tes RPR (Rapid Plasma Reagin).
- Tes Automated Reagin.
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter
Protein Complement Fixation)
d. Yang menentukan antibodi
yaitu :
·
Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization)
·
Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed).
·
Tes TPHA ( Treponema Pallidum
Haemagglutination Assay)
·
Tes Elisa (Enzyme
Linked Immuno Sorbent Assay).
II. 11
DIAGNOSIS
Untuk
menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap ( darkfield microscope
). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema
dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research
Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya
Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan
aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila
penyakit aktif ( gagal pengobatan atau reinfeksi ) dan turun bila pengobatan
cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai
penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma
inguinale, limfogranuloma venerium,
verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
III.1
Pemgkajian
III.1.1 Identitas
Sifilis
bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
III.1.2 Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh
demam, anoreksia dan terdapat lesi
pada kulit.
III.1.3 Riwayat Penyakit
Sekarang
Biasanya klien mengeluh
demam, anoreksia dan terdapat lesi
pada kulit.
III.1.4 Riwayat Penyakit
Dahulu
III.1.5 Riwayat Penyakit
Keluarga
Riwayat adanya penyakit
sifilis pada anggota keluarga
lainnya sangat menentukan.
III.1.6 Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula,
postula.
b. Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital
terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
Hidung : Pada stadium III dapat merusak
tulang rawan pada hidung dan palatum.
Telinga : Pada sifilis kengenital dapat
menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi
hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
Leher : Pada stadium II biasanya terdapat
nyeri leher.
c. Sistem Pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis
dan penyakit
jantung reumatik sebelumnya.
e. Sistem penceranaan
Biasanya terjadi anorexia pada stadium
II.
f. Sistem muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia.
g. Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia.
h. Sistem perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem
perkemihan.
III.1
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
1. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan proses perjalanan penyakit.
2. Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
3. Ansietas berhubungan dengan kematian.
4. Gangguan gambaran diri
sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.
5. Kematian pada bayi
berhubungan dengan perdarahan hidung saat lahir
III.3
Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan proses perjalanan
penyakit.
Kriteria hasil : Kembalinya kulit
normal.
Intervensi dan rasional :
- Berikan pejelasan tentang penyakit yang di derita
R/ : mengerti perjalanan dan penyebab
penyakit
- Berikan penyuluhan tentang proses penyakit
R/ : mengurangi angka
penderita.
3. Kolaborasi dengan tim
medis lain.
R/ : Untuk mencegah proses
penyakit.
Dx 2 :
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
peradangan.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut
dan ketidaknyamanan.
2. Ajarkan tekhnik
distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan
relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Berikan posisi yang
nyaman
R/ : posisi yang nyaman
dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat golongan penisilin.
R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.
Dx 3 :
Ansietas berhubungan
dengan kematian.
Kriteria hasil : cemas berkurang
Intervensi dan Rasional
1. berikan dukungan
psikologi.
R/ : Agar pasien merasa
lebih tenang.
2. Pertahankan hubungan
yang sering dengan pasien
R/ : menciptakan interaksi
yang lebih baik dan menurunkan rasa takut.
3. Libatkan orang terdekat
R/ : menjamin adanya
sistem pendukung bagi pasien
Dx 4 :
Gangguan konsep diri berhubungan dengan
anatomi kulit dan
bentuk
tubuh.
Kriteria hasil :
- dapat mengungkapkan
penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
- Mengenali penggabungan
peruaban dalam konsep diri dalam
cara yang akurat tanpa
menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi dan Rasional :
- Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.
R/ : Membantu pasien untuk mengenal
dan mulai memahami perasaan.
2. Bantu dan dorong
kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan
perasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
3. Dorong orang terdekat
agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri.
R/ : membangun kembali
rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses
rehabilitasi.
Dx 5 :
Kematian pada bayi
berhubungan dengan perdarahan hidung saat
Lahir.
Kriteria hasil : mengurangi angka kematian pada bayi
III.4
Implementasi
III.5
Evaluasi
1. Apakah integritas kulit
klien sudah kembali normal / baik ?
2. Apakah gangguan rasa
nyaman (nyeri) klien teratasi ?
3. Apakah sudahtidak cemas
?
4. Apakah gangguan
gambaran diri klien sudah teratasi ?
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit
tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau
dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.
Sifilis
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan
Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron
dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan
nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini
bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh
Aquades. ( Soedarto, 1990 )
Pembagian secara klinis :
Stadium I
Stadium II Stadium
menular
Stadium Laten Dini
Stadium Rekurens
Stadium Laten Lanjut
Stadium III Stadium tidak
menular
Kardiovaskuler Dan Neuosifilis
DAFTAR PUSTAKA
- Mansjoer Arif ; 2000 ; Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Media aesculapius ; Jakarta.
- Doenges E. Marillyn ; 1999 ; Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; EGC ; Jakarta.
- Ramali Ahmad. Med. Dr. ; 2000 ; Kamus Kedokteran ; Djambatan ; Jakarta.
- Http://arycomcum.blogspot.com/2009/06/sifilis.html
- http://doktersehat.com/seputar-sifilis-si-raja-singa/#ixzz1oQluw2LH
- http://askepasbid.blogspot.com/2009/12/askep-sifilis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)