BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang
terdapat pada tulang, sehingga semakin lama
akan terjadi perubahan pada struktur tulang. Akibatnya tulang menjadi
kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak atau patah.
Osteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya
mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai
tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang
normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang
berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia .
Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana
terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama
osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk
menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan
osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati
,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal
terjadinya osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat
meningkat tajam baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian University of Otago,
Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia
dan Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of
Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270
miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan
kurang dari 50% rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan
dan kesehatan tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut
bahkan juga terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang
dilakukan Lyengar dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per
harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa
2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa
pengertian dari Osteomalasia ?
1.2.2.
Etiologi
dari Osteomalasia ?
1.2.3.
Apa
manifestasi klinis dari Osteomalasia ?
1.2.4.
Patofisiologi
dari Osteomalasia ?
1.2.5.
Bagaimana penatalaksanaan
yang tepat penderita Osteomalasia ?
1.2.6.
Bagaimana pemeriksaan diagnostik
pada Osteomalasia ?
1.3.
Tujuan
Penulisan
1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk
memenuhi tugas Sistem Musculoskeletal yang berupa makalah tentang osteomalasia.
1.3.2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui pengertian dari Osteomalasia .
b.
Untuk
mengetahui penyebab dari Osteomalasia.
c.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalasia.
d.
Untuk
mengetahui Patofisiologi dari Osteomalasia.
e.
Untuk
mengetahui tatalaksana yang tepat pada Osteomalasia.
1.4.
Manfaat Penulisan
1.4.1.
Bagi Pembaca:
Untuk
menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda
gejala, serta tatalaksana dari Osteomalasia tersebut.
1.4.2.
Bagi Penulis:
Terpenuhinya
tugas sistem musculoskeletal yang berupa makalah Osteomalasia.
BAB 2
ISI
2.1.
Anatomi
Fisiologi Tulang
Anatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh
manusia ,yang terbagi dalam kategori tulang panjang ,tulang pendek ,tulang
pipih dan tulang tak teratur .Bentuk dan kontriksi tulang tertentu ditentukan
oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanyaTulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang tulang ( diafisis ) yang terdiri darikortikal . ujung tulang panjang yang disebut epifisis dan terutama tersusun oleh tulang canselus .plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak – anak .ujung tulang panjang di tutup oleh kartilago artikular pada sendi – sendinya .tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan .tulang pendek terdiri dari tulang canselus ditutpi selapis tulang kompak ,tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoesis ,dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital .tulang pipih tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak .tulang tak tetratur mempunyai bentuk yang unik ,sesuai dengan fungsinya.secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel ,matriks tulang ,protein dan deposit mineral ,sel – sel nya terdiri atas 3 jenis dasar yaitu Ostoblas ,Osteosit dan Osteosklas .
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang .matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar dan proteiglikan .matrik merupakan kerangka dimana garam – garan mineral anorganik ditimbun.
Osteosit
adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak
dalam osteon . Osteoklas adalah sel multi nuclear yang berperan dalam
penghancuran , resobsi dan remodeling tulang .osteon merupakan unit fungsional
mikroskopis tulang dewasa .di tengah osteon terdapat kapiler .di keliling
kapiler tersebut merupakan matrik tulng yang disebut lamella .di dalam lamella
terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi melaui proses yang berlanjut ke dalam
kanalikuli yang halus .
DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001 )
Osteomalasia
adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya
mineralisasi tulang. Pada orang dewasa,osteomalasia bersifat kronis dan
deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal
telah selesai.pada pasien ini, sejumlah besar osteosid atau remodelling tulang
baru tidak mengalami kalsifikasi. (Suratun,Heriyati,Santa manurung,Een raenah.
2008)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain
dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip
dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada
lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa
sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya
mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai
tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang
normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang
berkurang.
2.1.
Etiologi
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:
2.3.1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin
D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses
mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh
vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua
unsur ini tidak terpenuhi dalam makanan tulang-tulang anak menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah
proses - proses
terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka
otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
Kebutuhan Kalsium Per Hari pada anak:
Umur
|
Kebutuhan
Kalsium
|
Usia 0 - 6 bulan
|
Kalsium 210 Mg/ hari
|
Usia 6 bulan - 1 tahun
|
Kalsium 270 Mg/ hari
|
Usia 1 - 3 tahun
|
Kalsium 500 Mg/ hari
|
Usia 4 -8 tahun
|
Kalsium 800 Mg/ hari
|
2.3.2. Anak menderita gangguan hati seperti
sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga
fase mineralisasi tidak terjadi.
2.3.3. Adanya gangguan fungsi ginjal
sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses
mineralisasi akan terhambat.
2.3.4. Pemakaian obat dalam jangka waktu
panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka
waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
2.3.5. Gangguan malabsorbsi
Penyebab
utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
a.
Menurunnya
penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus
proksimal dan penyakit ileum.
b. Peningkatan katabolisme vitamin D
akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
c. Gangguan tubulus renalis yang
disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis
yang disertai disproteinemia kronik.
2.3.6
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan
tulang
a.
Hormon somatotrof (growth stimulating hormane)
Hormon ini berfungsi dalam menstimulasi pertumbuhan tubuh terutama
pada bagian epifisis tulang panjang. Hormon pertumbuhan ini disekresi terutama
selama masa pertumbuhan, tetapi kemudian berkurang pada waktu pubertas.
Somatotropin berperan dalam
mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ serta memengaruhi kecepatan
pertumbuhan tubuh dengan memberikan stimulasi kepada hati
untuk mensekresi hormon somatomedin,
sebuah hormon perkembangan yang memberikan stimulasi lebih lanjut terhadap sel
untuk berkembangbiak.
Setelah pubertas, sekresi berlangsung
dengan kecepatan hampir sama seperti waktu anak-anak. Selanjutnya kecepatan
sekresi meningkat atau menurun dalam keadaan seseorang stres, gerak badan, gelisah,
dan trauma.
Kekurangan hormon ini pada usia dini menyebabkan berhentinya
pertumbuhan sehingga menjadi kerdil (dwarfisme), sedangkan kelebihan
hormon ini akan menyebabkan pertumbuhan menjadi bertambah secara abnormal
sehingga tubuh menjadi sangat tinggi (gigantisme). Jika kelebihan hormon
ini terjadi setelah dewasa, yaitu ketika pertumbuhan tulang dan cakram epifise
sudah bergabung, maka keadaan ini disebut akromegali. Akromegali ditandai
dengan pertumbuhan tak seimbang pada tulang rahang, jari, tangan, kaki, dan
hidung.
Hormone paratiroid
Kelenjar
paratiroid
adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang memproduksi hormon paratiroid. Manusia
biasanya mempunyai empat kelenjar paratiroid, yang biasanya terdapat di bagian
belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan kelenjar
tiroid sehingga disebebut dengan "paratiroid".
Hormon paratiroid
mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Hormon Paratiroid bisa menurun
sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid karena ikut
terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan kadar kalsium
dalam darah hipokalsemia.
Hormon
Paratiroid
mengakibatkan : peningkatan resorpsi kalsium dari tulang, peningkatan
reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di Saluran cerna
oleh Vitamin D. Namun, Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan
penurunan kadar fosfat dalam darah, karena hormon ini meningkatkan sekresi
fosfat dalam darah.
c. Hormone Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon
yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid. Kalsitonin dapat
mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi perombakan
sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix ekstraseluler.
Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative.
Ketika kalsium dalam darah
tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam darah dengan menghambat
resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh
osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix
ekstraseluler tulang. Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan salmon
sepuluh kali lebih manjur daripada kalsitonin hasil sekresi dari tubuh manusia,
ini dapat menjadi resep untuk mencegah osteoporosis.
Kalsitonin diproduksi oleh
sel C kelenjar tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar kalsium plasma.
Seperti PTH, kalsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini
kedua efek menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek
kalsitonin menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma.
Kedua, dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan resorpsi tulang menurunkan
kadar fosfat serta mengurangi konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan
hipofosfatemik kalsitonin seluruhnya disebabkan oleh efek hormon ini pada
tulang. Hormon ini tidak berefek pada ginjal atau usus.
Ada
berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya menyebabkan gangguan
metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk perkembangan osteomalasia
diantaranya kesalahan diet, malabsorbsi, gastrectomy, gagal ginjal kronik,
terapi anticonvulsan jangka lama (phenyton, phenobarbital) dan insufisiensi
vitamin D (diet, sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering
digolongkan dalam hal kekurangan calsium) terutama gangguan fungsi menuju
kerusakan, tetapi faktor makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang
juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering
dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta
kurangnya sinar matahari.
Osteomalasia
kemungkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi calsium atau
kekurangan calsium dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya
absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia. Kekurangan lain selain vitamin D
(semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling
terakhir terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak (fatty acid).
Sebagai contoh dapat terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi
sistem pencernaan kronik, pankreatitis kronis dan reseksi perut yang kecil.
Lagi pula penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D,
karenanya organ-organ tersebut mengubah vitamin D ke dalam bentuk aktif.
Terakhir, hyperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan pembentukan calsium,
dengan demikian osteomalasia menyebabkan kenaikan ekskresi fosfat dalam urine.
2.6.1.
Umumnya
gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
a.
Nyeri
tulang dan kelemahan.
b.
Sebagai
akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot,
c.
Pasien
kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah..
d.
Nyeri
tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
e.
Kaki
terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
f.
Vertebra
menjadi tertekan,
g.
Pemendekan
batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
h.
Penurunan
berat badan
i.
Anoreksia
2.6.2. Pada anak – anak
a. Munculnya tonjolan tulang pada
sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada.
b. Tulang terasa
lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
c. Sakit pada
seluruh tulang tubuhnya
d. Mengalami
gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
e. Merasakan sakit
saat duduk
& mengalami
kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
f. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti tulang
lengan atau tulang kaki.
2.1.
Penatalaksanaan
2.7.1. Penatalaksanaan
medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin
D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu,
yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap
4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat
(hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin
D.
2.7.2. Penatalaksanan non medik
Jika kekurangan kalsium maka yang
harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas
(pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi
sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi
suplemen kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan
vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan
salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin
D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul
7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 – 17
a.
Makanan
yang kaya akan kalsium dan vitamin D
1.
Yogurt
Kebanyakan
orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari, tapi makanan
tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan vitamin D. Satu cangkir yoghurt
bebas lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian Anda.
2. Susu
Delapan
ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah produk susu tanpa
lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk mendapatkan manfaat ganda.
Seandainya tidak gemar susu murni, bisa juga digantikan produk olahan seperti
smothies atau jus buah yang dicampur dengan susu.
3. Keju
Hanya
karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju berlebihan.
Sebanyak 1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari 30% dari nilai harian
kalsium. Kebanyakan keju mengandung sedikit vitamin D namun tidak akan cukup
memenuhi kebutuhan kalsium.
4. Ikan
sarden
Ikan
sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng. Ia memiliki pemenuhan kalsium dan
Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun gurih bisa ditambahkan di pasta dan
salad.
5. Telur
Meskipun
telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan memilih hanya bagian
putih atau kuning saja karena akan mengurangi kalori. Vitamin D justru terdapat
dalam bagian kuning telurnya.
6. Ikan
salmon
Salmon
dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik untuk jantung.
Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi 100 persen kebutuhan vitamin
D Anda.
7. Bayam
Tidak
suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk mendapatkan kalsium.
Satu cangkir bayam yang dimasak mengandung hampir 25% dari kebutuhan kalsium
harian Anda. Bayam diperkaya serat, besi, dan vitamin A.
8. Sereal
Sereal
mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada memasak ikan salmon
atau mesti berjemur.
9. Ikan
tongkol
Tuna
atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons tuna kaleng
mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian Anda dari vitamin sinar
matahari.
10. Sawi hijau
Sama
seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium. Satu cangkir sawi
yang dimasak mengandung 25% kalsium untuk kebutuhan harian Anda. Sawi ini mudah
diselipkan dalam makanan Anda.
11. Jus jeruk
Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau vitamin D.
Penelitian telah menunjukkan bahwa asam askorbat dalam jus jeruk dapat membantu
dengan penyerapan kalsium, sehingga Anda akan lebih mungkin mendapatkan manfaat
dari minuman ini.
2.2.
Pemeriksaan Penunjang
2.8.1.
Kalsium dan fosfat anorganik rendah atau
di bawah normal
2.8.2.
Fosfatase alkali meninggi
2.8.3.
Rontgen menunjukkan fraktur yang khas
(Looser's zones) pada tulang-tulang pelvis dan tulang panjang dan terutama
metatarsal dan metacarpal
2.8.4.
Kadar vitamin D
2.3.
Diagnosa Banding
2.9.1. Osteoporosis (senilis atau
pasca-menopause)
2.9.2. Demineralisasi
dan tulang yang tidak pernah dipergunakan
2.9.3. Kelainan
tulang akibat hipoparatiroidisme
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
OSTEOMALASIA
3.1.
Pengkajian
3.1.1. Biografi Klien
Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
3.1.2. Riwayat
Kesehatan
a. RKS
1. Pasien mengeluh nyeri tulang
2. Ekstremitas disertai nyeri tekan
3. Kelemahan otot
4. Cara jalan bebek atau pincang
b. RKD
1.
Kemungkinan
klien pernah Malabsorbsi
2.
Kekurangan
calsium dalam diet
3.
Klien pernah mengalami gagal ginjal
kronik
4.
Klien pernah mengalami gangguan hati
c. RKK
1. Orangtua klien pernah mengalami
osteomalasia
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
a.
Ekstermitas
1.
Deformitas
skelet
2.
Deformitas
vertebra
3.
Deformitas
lengkungan tulang panjang
4. Otot Lemah
3.1.4.
Data dasar Pengkajian
a. Aktivitas /
istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena,
nyeri
b. Sirkulasi
Tanda : takikardia ( Respon stress )
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan
Tanda : Deformitas local, kelemahan
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan
3.1.5.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto x –
ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata. Berdasar dari
vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada ujung
vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum
kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi
urine calsium dan creatinin lambat.
3.2.
Diagnosa Keperawatan
3.2.1.
Nyeri
b.d fraktur patologis, kelemahan d.d wajah
meringis
3.2.2.
Suplay nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia d.d kelemahan
3.2.3.
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d cemas
3.2.4.
PK: anemia
3.2.5.
Resiko pola napas tidak efektif b.d
dipsnea, hipoksia d.d penurunan kadar hb dalam darah.
3.2.6.
Gangguan
mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur tulang d.d .
kelemahan.
3.2.7.
Gangguan eliminasi urine b.d. pembentukan batu
ginjal d.d. dari abdomen bagian posterior kuadran bawah.
3.2.8.
Sindrome disuse
b.d kerusakan saraf vertebra d.d gangguan ADL
3.2.9.
Gangguan ADL b.d. defisit pengawasan diri d.d.
kelemahan.
3.2.10.
Gangguan konsep diri : harga diri
rendah b.d tungkai melengkung, jalan
bebek, deformitas vertebra
3.3.
Rencana Keperawatan
Diagnosa
1.
Nyeri b.d
fraktur patologis, kelemahan d.d wajah meringis
Ds:
Px
mengatakan merasa Keletihan dan takut
kembali Terluka
Do:
Atrofi
kelompok obat
yang terlibat
1.
Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas
seterusnya
2.
Anoreksia
3.
Perubahan pola tidur
4.
perubahan berat badan.
|
Tujuan dan NOC
Tujuan: setelah diberi tindakan selama 2 x 60 menit nyeri px berkurang.
NOC:
1.
Tingkat kenyamanan : perasaan
senang secara fisik dan psikologi
2.
Tingkat nyeri : jumlah
nyeri yang ditunjuk kan atau dilaporkan
3.
Tingkat nyeri dibuktikan dengan indikator berikut
(sebutkan nilainya (1-5:extrem,berat,ringan,tidak ada).
P:degenerasi (penuaan),inflamasi
Q:qualitas nyeri
R:sendi(lutut,tulang
belakang)
S:skaka nyeri
0=tidak nyeri
1-3=nyeri ringan
4-6=nyeri sedang
7-10=nyeri meringis
T:tergantung pada etiologi
|
NIC
NIC:
1.
Pemberian analgesik:penggunaan agen agen
farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
2.
Penatalaksanann nyeri :meringankan atau mengurangi
nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh paasien
|
Rasional
1.
nyeri berkurang atau terkontrol
2.
Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
|
Diagnosa
|
Tujuan dan NOC
|
NIC
|
Rasional
|
|||||
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, hilangnya integritas struktur
tulang d.d . kelemahan.
Ds :
Px mengatakan mengalami kesulitan bergerak dan mengalami keterbatasan
kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Do:
1.
Kesulitan
bergerak.
2.
Pergerakan
melambat.
3.
Ketidakstabilan
posisi tubuh saat melakukan rutinitas
|
Tujuan: setelah di lakukan tindakan selama 3 x 24 jam mobilitas fisik pasien mulai membaik.
NOC
1. Menunjukkan
tingkat mobilitas di tandai dengan indikator berikut (sebutkan nilainya 1-5
{ketergantungan tidak berpartisipasi} membutuhkan bantuan orang lain dan
alat, mandiri dengan alat bantu, atau mandiri penuh)
2. Menunjukkan
penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
3. Melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
|
NIC
1.
Kaji kebutuhan akan bantuan
pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan yang
tahan lama
2.
Ajarkan pasien tentang dan pantau
penggunaan alat bantu mobilitas ( misalnya : tongkat, walker, kruk,atau kursi
roda)
3.
Kaji kebutuhan pasien akan
pendidikan kesehatan.
|
1. Membantu meenentukan intervensi
yang akan dilakukan.
2. Membantu perawatan diri dan
memandirikan pasien tehnik pemindahan yang tepat mencegah abrasikulit dan
jatuh.
3. Untuk menentukan tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien.
|
|||||
Diagnosa
|
NIC
|
NOC
|
Rasional
|
|||||
3.
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d cemas
Ds:
Px Mengatakan
keletihan atau kelemahan secara verbal.
Do:
|
Tujuan : setelah di
lakukan tindakan pada pasien selama 2 x 24 jam maka nyeri berkurang.
NIC
1. Mentoleransi
aktivitas yang biasa di lakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan,
penghematan energi, dan perawatan diri: aktifitas kehidupan sehari- hari.
2. Mengidentifikasi
aktifitas dan / atau yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada
intoleransi aktifitas.
3. Menampilkan
aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya: eliminasi
dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi).
|
NOC
1. Kaji
respon emosi , sosial dan spiritual terhadap aktivitas
2. Evaluasi
ke inginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
3. Berikan
pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
4. Kolaborasi
dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan atau
memantau program aktivitas , sesuai dengan kebutuhan.
5.
Hindarkan dari menjadwalkan
aktifitas perawatan selama periode istirahat.
|
1.Tirah baring
lama dapat menurunkan .ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang
mengganggu periode istirahat.
|
|||||
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi
kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga
mengakibatkan terjadinya osteomalasia
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan
kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan
otot, pasien kemudian nampak lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar,
terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemudian kaki terjadi bengkok (karena
tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan
batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan
gejala lainnya.
4.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan
saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu
penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina.
2009. Askep osteomalasia. http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/askep-osteomalasia.html. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 19.30 WIB
Anonimus. 2011. Askep
klien dengan osteomalasia. http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-osteomalasia.html. Diakses tanggal 22 september 2012 pukul 16.20 WIB
Anonimus. 2011. Asuhan
keperawatan osteomalasia.http://www.scribd.com/doc/56775038/Asuhan-Keperawatan-Osteomalasia. Diakses tanggal 25 september 2012 pukul 20.30 WIB
Anonimus. 2011. Osteomalasia.
http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/10/osteomalasia.html. Diakses tanggal
25 september 2012 pukul 20.30 WIB
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Ganong,
W.F. 1999. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suratun,
Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan sistem
musculuskeletal. Jakarta : EGC.
Teguh, Aris.2011. Askep osteomalasia.
http://aries-teguh.blogspot.com/2011/11/askep-osteomalasia.html.
Diakses tanggal 23 september 2012 pukul 08.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)