BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu
penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang
yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan
yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu
yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan
yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara
individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap
negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting
untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih
dahulu baru bisa memahami klien.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana definisi
konsep diri ?
1.2.2
Apa saja komponen
konsep diri ?
1.2.3
Bagaimana klasifikasi
konsep diri ?
1.2.4
Bagaimana pohon
masalah ?
1.2.5
Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri
1.2.6
Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan tentang konsep diri
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Menambah
pengetahuan seputar penyakit Konsep Diri serta asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat pada pasien Konsep Diri
1.3.2
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan ” Konsep Diri”
b.
Untuk
mengetahui komponen- komponen dari ”Konsep Diri”
c.
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien ” Konsep Diri ”
1.4
Manfaat
1.4.1 Bagi
penulis
Setelah
menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan
dan komponen tentang konsep diri.
1.4.2
Bagi pembaca
Diharapkan bagi
pembaca dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan konsep diri lebih dalam.
1.4.3
Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dalam
menambah wawasan dan informasi dalam penanganan asuhan keperawatan konsep diri sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.
1.4.4
Bagi pendidikan
Dapat menambah
informasi tentang asuhan keperawatan konsep
diri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Definisi dari Konsep Diri
2.1.1 Menurut para ahli :
a.
Seifert dan Hoffnung
(1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai
diri atau ide tentang konsep diri.“.
b.
Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari
konsep diri.
c.
Atwater (1987)
menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya.
d. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara
sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater,
1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
e. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup
seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan
sebagainya.
f.
Stuart dan Sudeen
(1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep
diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman
yang unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan
realitas dunia.
2.2
Komponen
Konsep Diri terdiri dari 5 menurut (Stuart dan Sundeen, 1991):
2.2.1
Citra tubuh :sikap,
persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar
terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa,
pakaian, kursi roda) dengan tubuh. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman
dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan
meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
a.
Gangguan citra
tubuh adalah perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
b.
Tanda Dan Gejala.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stressor pada tiap
perubahan adalah :
1.
Perubahan
ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2.
Perubahan
bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infus
3.
Perubahan
struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh
4.
Perubahan
fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
5.
Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6.
Makna
dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital,
dll)
2.2.2
Ideal diri : persepsi individual tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi
tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,
harapan tentang diri sendiri. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu
pada tingkat yang lebih tinggi.
a.
Gangguan ideal
diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realistis. Ideal diri yang
samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat dirumah
sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri
klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
b.
Tanda
Dan Gejala
1.
Mengungkapkan
keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena
sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya,
kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
2.
Mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal
prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal
penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
2.2.3
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri
yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu
yang berarti dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan
orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah perasaan
diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.
a.
Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
b.
Tanda dan gejala
1.
Perasaan malu
terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker.
2.
Rasa bersalah
terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
3.
Merendahkan
martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.
4.
Gangguan
hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
5.
Percaya
diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan
6.
Mencederai
diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.
2.2.4
Performa peran: serangkaian
pola yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungna dengan fungsi individu
diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani
dan seorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang
terpilih oleh induvidu.
a.
Gangguan
penampilan peran adalah berubah atau
terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus
sekolah, putus hubungan kerja. Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit
otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang
berubah adalah :
1. Peran
dalam keluarga
2. Peran
dalam pekerjaan/sekolah
3. Peran
dalam berbagai kelompok
b. Tanda Dan Gejala
1. Mengingkari
ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan
peran
3.
Kegagalan
menjalankan peran yang baru
4.
Ketegangan
menjalankan peran yang baru
5.
Kurang tanggung jawab
6.
Apatis/bosan/jenuh
dan putus asa
2.2.5
Identitas pribadi: prinsip pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu. Prinsip tersebut
sama artinya dengan otonomi dan mencangkup persepsi seksualitas seseorang.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
a.
Gangguan
identitas adalah kekaburan /
ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda Dan Gejala
1. Tidak
ada percaya diri
2. Sukar
mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah
dalam hubungan interpersonal
5. Ragu
/ tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi
( menyalahkan orang lain )
2.3
Kepribadian yang sehat:
2.3.1 Individu dengan kepribadian yang sehat akan
mengalami hal – hal berikut ini :
a.
Citra tubuh yang
positif dan sesuai
b.
Ideal diri yang
realistic
c.
Konsep diri yang
positif
d.
Harga diri yang
tinggi
e.
Penampilan peran
yang memuaskan
f.
Rasa identitas yang
jelas
2.4
Klasifikasi Konsep Diri
3
Aktualisasi diri
adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
3.1
Konsep diri positif
apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
3.2
Harga diri rendah
adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain
3.3
Identitas kacau
adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak –
kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis
3.4
Depersonalisasi adalah
; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
3.5
Pohon Masalah
BIKIN SENDIRI YHA ^_^
3.6
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Konsep Diri
2.6.1 Burns (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor
yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu :
a.
citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik,
b.
bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi,
c.
umpan balik dari lingkungan,
d.
identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat,
e.
pola asuh orang tua.
2.6.2 Hurlock (1973) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah ;
a.
fisik,
b.
pakaian,
c.
nama dan nama panggilan,
d.
intelegensi,
e.
tingkat aspirasi,
f.
emosi,
g.
budaya,
h.
sekolah dan perguruan tinggi,
i.
status sosial ekonomi, dan keluarga.
2.6.3 Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993), perkembangan
seseorang selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan
kehidupan kelompok dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap
perkembangan yang dilaluinya.
2.6.4 Garbarino (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya dalam proses
perkembangan manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam perspektif ini individu
berintraksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut mebuat kedua elemen saling
memperngaruhi satu sama lain dan membentuk sistem dalam beberapa tingkatan,
yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystems, dan macrosystems.
2.7 Hambatan
Dalam Membangun Konsep Diri
2.7.1 Potensi yang dimiliki seseorang bisa
berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan
lingkungan dia berada. Beberapa
hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai
berikut:
a.
Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan
merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan potensi diri.
Hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan
kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan
atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
b.
Hambatan yang berasal dari individu sendiri;
Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya sikap
berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri
sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang
tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah,
kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan
membina tim yang rendah.
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengumpulan
data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia
dalam diri pasien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah,
kerancuan identitas, dan depersonalisasi
3.1.1 Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri
yang Rendah
|
1. Mengeritik diri sendiri dan / atau
orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada
orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5.
Rasa diri penting yang berlebihan
6.
Perasaan tidak mampu
7.
Rasa bersalah
8.
Mudah tersinggung atau marah
berlebihan
9.
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan
personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara social
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir
|
|
3.1.2
Perilaku yang berhubungan dengan Kerancuan Identitas
|
1. Tidak ada kode moral
2. Sifat kepribadian yang
bertentangan
3. Hubungan interpersonal
eksploitatif
4. Perasaan hampa
5.
Perasaan mengambang tentang diri
sendiri
6.
Kerancuan
gender
7.
Tingkat ansietas yang tinggi
8.
Ketidakmampuan untuk empati
terhadap orang lain
9.
Kehilangan keautentikan
10. Masalah intimasi
|
3.1.3 Perilaku
yang berhubungan dengan Depersonalisasi
|
a. Afektif :
1. Mengalami kehilangan identitas
2.
Perasaan terpisah dari diri sendiri
3.
Perasaan tidak aman, rendah, takut,
malu
4.
Perasaan tak realistis
5.
Rasa terisolasi yang kuat
6.
Kurang rasa kesinambungan dalam diri
7.
Ketidakmampuan untuk mencari
kesenangan atau perasaan untuk mencapai sesuatu.
b. Perseptual
1. Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
2. Kebingungan tentang seksualitas
diri
3.
Kesulitan membedakan diri sendiri
dari orang lain
4.
Gangguan citra tubuh
5.
Mengalami dunia seperti dalam mimpi.
c.
Kognitif
1. Bingung
2. Disorientasi waktu
3. Gangguan berfikir
4. Gangguan daya ingat
5. Gangguan penilaian
6. Adanya kepribadian yang terpisah
dalam diri orang yang sama
d.
Perilaku
1. Afek yang tumpul
2. Keadaan emosi yang pasif dan tidak
berespons
3. Komunikasi yang tidak serasi atau
idiosinkratik
4. Kurang spontanitas dan animasi
5. Kehilangan kendali terhadap impuls
6.
Kehilangan kemampuan untuk memulai
dan membuat keputusan
7.
Menarik diri secara social
|
|
3.1.4
Faktor predisposisi
a. Faktor yang
mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang
mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan harapan peran
budaya.
c. Faktor yang
mempengaruhi identitas pribadi, yaitu orang tua
yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang
berubah.
3.1.5
Faktor Presipitasi
( Pencetus) : Faktor presipitasi
dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal
or eksternal sources ) yaitu:
a.
Trauma
seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan
dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi . Ada
3 jenis transisi peran :
1. Transisi
peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan dalam
menyesuaikan diri.
2. Transisi
peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
3.
Transisi
peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a)
Kehilangan
bagian tubuh
b)
Perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
c)
Perubahan
fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal,
d)
Prosedur
medis dan keperawatan.
3.1.6
Penilaian Stresor. Apa pun masalah
dalam konsep diri dicetuskan oleh
stresor psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting dalam
persepsi pasien tentang ancaman.
3.1.7
Sumber Koping. Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
a.
Aktivitas olah raga dan aktivitas lain
di luar rumah
b.
Hobi dan kerajinan tangan
c.
Seni yang ekspresif
d.
Kesehatan dan perawatan diri
e.
Pekerjaan, vokasi atau posisi
f.
Bakat tertentu
g.
Kecerdasan
h.
Imaginasi dan kreativitas
i.
Hubungan interpersonal
3.1.8
Mekanisme Koping. Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego ubtuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Meliputi:
a.
Pertahanan
Jangka Pendek:
1.
Aktivitas yang memberikan pelarian
sementara dari krisis identitas diri ( misalnya konser musik, bekerja keras,
menonton televisi secara obsesif )
2.
Aktivitas yang memberikan identitas
pengganti sementara ( misalnya ikut serta dalam klub sosial , agama, politik,
kelompok, gerakan atau geng)
3.
Aktivitas
yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu(
misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas)
4.
Aktivitas
yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup
yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat)
- Pertahanan Jangka Panjang
1.
Penutupan identitas : adopsi
identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, potensi diri individu.
2.
Identitas negatif: Asumsi identitas
yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat
3.1.9
Pertahanan Ego. Termasuk
penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan
(splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.
a.
Fantasi adalah kemampuan menggunakan
tanggapan – tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan
baru.
b.
Disosiasi adalah respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
c.
Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan
lingkungan luar.
d.
Proyeksi adalah kelemahan dan
kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
e.
Displacement adalah mengeluarkan perasaan – perasaan yang
tertekan pada orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
isolasi sosial: menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan
konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
3.3
Intervensi Keperawatan
3.6.1.1 Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
||
TUJUAN
|
KRITERIA EVALUASI
|
INTERVENSI
|
|
Isolasi sosial: menarik diri b. d. harga diri rendah
|
TUM:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
TUK1:
Klien dapat membina hubungan daling
percaya
TUK 2:
Klien dapat meng identifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
TUK 3:
Klien dapat menilai kemampuan yang
digunakan
TUK 4:
Klien dapat merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
TUK 5:
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuannya
TUK 6:
Klien dapat memanfaatkan system
pendukung yang ada
|
1.
Ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2.
Klien mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki:
·
kemampuan yang dimiliki
·
Aspek positif keluarga
·
Aspek positif lingkungan yang
dimiliki klien
3. klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Klien membuat rencana kegiatan
harian
5. Klien melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi sakitnya
6.
Klien memanfaatkan system pendukung
yang ada di keluarga
|
1.Bina hubungan saling percaya:
a.Sapa klien
b.Beri salam/panggil
nama klien
c.Tanyakan nama panggilan
kesukaan klien
d.Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan
e.Jelaskan maksud hubungan interaksi
f.Jelaskan kontrak yang akan dibuat
g.Beri rasa aman dan sikap empati
h.Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien:
a.Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
b.Utamakan memberi pujian yang realistic
3.Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
dilakukan
a.diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
4.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dialakukan setiap hari sesuai kemampuan:
a.Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi
kondisi klien
b.Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
5.Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
a.Beri pujian atas keberhasilan klien
b.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.Beri pend kes pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan HDR:
a.Bantu keluarga dalam memberi dukungan pada klien
b.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
|
3.6.1.2 Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
||
TUJUAN
|
KRITERIA EVALUASI
|
INTERVENSI
|
|
Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
|
TUM:
Klien menunjukkan peningkatan harga diri
TUK1:
Klien dapat membina hubungan daling
percaya
TUK 2:
Klien dapat meng identifikasi perubahan
citra tubuhnya.
TUK 3:
Klien dapat menilai kemampuan yang
dimilikinya.
TUK 4:
Klien dapat merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
TUK 5:
Klien dapat melakukan kegiatan pengembalian
integritas tubuhnya.
|
1.1.Klien menerima perubahan yang terjadi
2.2.Klien memilih beberapa
cara m engatasi perubahan yang
terjadi
3. 3. Klien adaptasi dengan
cara-cara yang dipilih dan digunakan
4.Klien dapat mengatasi masalahnya sendiri
5.Klien dapat melakukan pengembalian integritas
tubuhnya
|
1.Klien
dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya:
a.Bina hubungan perawat - klien yang terapeutik
b.Salam terapeutik
c.Komunikasi terbuka, jujur dan empati
d.Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri
kesempatan mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
e.Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan
(pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan)
2.Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh:
a.struktur, bentuk atau fungsi tubuh
b.Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
3.Klien
dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki:
a. a. a.Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien diluar perubahan yang
terjadi
b. b.Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki klien.
3. 3.Klien dapat menerima
realita perubahan struktur,
bentuk atau fungsi tubuh.
a. a. Dorong klien untuk merawat diri dan
berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
b. Libatkan klien dalam kelompok klien
dengan masalah gangguan citra tubuh
c. Tingkat
dukungan keluarga pada klien terutama pasangannya
4.Klien
dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.: a.Diskusikan
cara-cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
b.Dorong
klien memilih cara yang sesuai
5.Klien dapat melakukan tindakan
pengembalian integritas tubuh:
a.Membantu klien mengurangi perubahan citra
tubuh
b.Rehabilitasi bertahap bagi
klien
|
3.4
Implementasi
Keperawatan
Pengobatan yang
divalidasi secara empiris untuk salah satu gangguan medis yang berhubungan dengan respon konsep
diri
Ringkasan bukti
pengobatan untuk respon konsep diri:
Gangguan
:Gangguan Disosiatif
Pengobatan;
·
Psikoterapi psikodinamik, hipnosis, dan
narkosintesis amital adalah pengobatan untuk kondisi tersebut .
3.5
Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat
dinilai dari kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri, melakukan peran
yang sesuai, dan mampu menunjukkan identitas diri.
BAB 3
KESIMPULAN / SARAN
3.1
Kesimpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak
secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda)
dengan tubuh. Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi
tertentu. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Peran adalah
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan
fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Identitas diri pengorganisasian
prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
3.2
Saran
Kita harus
mengerti, tahu dan memahami apa itu ”Gangguan Konsep Diri”. Agar tindakan serta
penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail
Wiscarz, Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC, 1998
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Perry &
Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1,Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Robbins,
SP.(2001).Organizational Behavior. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Swanburg, R.(1990).Management And
Leadership For Nursing Managers. Boston:
Jones and barlet publisher
Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental
Keperawatan “. EGC : Jakarta.
Wong L. Donna,
Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar Keperawatan Pediartik
Vol.1”. EGC : Jakarta
Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC
: Jakarta
Wahyudi (online http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanisme-koping-dalam-proses-keperawatan/ diakses tanggal 14 Maret 2013, pukul 19.00 WIB)
Indri ( online http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-kdm-i/askep-pasien-gangguan-konsep-diri/ diakses tanggal 15
Maret 2013, pukul 16.00 WIB)
Ainur ( online http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-gangguan-konsep.html diakses tanggal 16 Maret, pukul 10.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)