Rabu, 14 Desember 2011

NEURALGIA TERMINAL


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Neuralgia Trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun. Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak.
Neuralgia Trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Neuralgia Trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.
1.2.       Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa definisi Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.2.       Manifestasi klinik Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.3.       pemeriksaan penunjang pasa Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.4.      Faktor-faktor pencetus apa saja pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.5.       perjalana penyakit pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.6.       penatalaksanaan pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.2.7.       Askep Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis?
1.3.       Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengerti tentang Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis dan memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.3.      Mengetahui definisi Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.3.4.      Mengetahui  Manifestasi klinik Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.3.5.      Mengetahui pemeriksaan penunjang pasa Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.3.6.      Mengetahui Faktor-faktor pencetus apa saja pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.3.7.      Mengetahui perjalana penyakit pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.3.8.       Mengetahui penatalaksanaan pada Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis
1.4.       Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis dan memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani Neuralgia trigeminus dan Arteritis temporalis.



BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.     Neuralgia Trigeminus
2.1.2.      Anatomi Fisiologi
Anatomi
Nervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani arcus branchialis pertama. Nervus ini mengandung serat-serat branchiomotorik dan aferen somatik umum (yang terdiri atas komponen ekteroseptif dan komponen proprioseptif), dengan nuclei sebagai berikut :
a.       Nucleus Motorius Nervi Trigemini
Dari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung ke arah ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius (fibrae pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores melalui rami motori nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m. Mylohyoideus.
b.      Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi Trigemini
Kedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka dan daerah calvaria bagian ventral sampai vertex. Di antara kedua nucleus di atas terdapat perbedaan fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius berakhir serat-serat aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa raba, sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan menerima serat-serat N. V yang halus yang mengantarkan impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu.
Fisiologi
Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan raba pada daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian ventral calvaria), pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-gigi rahang atas, sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan mudah.
Pada kerusakan unilateral neuron motor atas, mm. Masticatores tidak mngelami gangguan fungsi, oleh karena nucleus motorius N. V menerima fibrae corticonucleares dari kedua belah cortex cerebri.
Sebagai tambahan terhadap fungsi cutaneus, cabang maxillaris dan mandibularis penting pada kedokteran gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.
2.1.1.    Definisi
Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata. Neuralgia, berasal dari bahasa Yunani; yaitu awalan "neuro-" yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-algia" yang berarti nyeri. Dengan demikian neuralgia berarti nyeri yang dirasakan di sepanjang saraf tertentu. Sedangkan trigeminal adalah salah satu dari dua belas saraf kranial memiliki tiga cabang utama. Cabang pertama mengatur daerah dahi-mata-hidung, cabang kedua mengatur daerah pipi, dan cabang ketiga mengatur daerah mulut dan rahang.
Dengan demikian neuralgia trigeminal didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan pada minimal salah satu dari ketiga cabang saraf trigeminal. Neuralgia trigeminal ditandai dengan nyeri tajam yang timbul mendadak dan singkat, sering hanya timbul sesisi, namun dirasakan sangat berat dan dapat berulang; pada daerah yang diatur oleh saraf trigeminal.
Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Disebut trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik.
2.1.2.    Etiologi
Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia trigeminal bisa mempunyai penyebab perifer maupun sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf ini, apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi segmental pada nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic action potential pada saraf trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal yang berlebihan dan pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri. Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.
2.1.3.    Gambaran Klinis
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Penderita neuralgia trigeminal yang berat menggambarkan rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. Serangan ini hilang timbul dan bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang minggu kemudian, tidak sakit lagi selama beberapa waktu. Neuralgia trigeminal biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.
2.1.4.    Phatofisiologis
Neuralgia Trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia Trigeminal bisa mempunyai penyebab perifer maupun sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf ini, apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi segmental pada nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic action potential pada saraf Trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal yang berlebihan dan pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri. Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.
Efek terapeutik yang efektif dari obat yang diketahui bekerja secara sentral membuktikan adanya mekanisme sentral dari neuralgi. Tentang bagaimana multipel sklerosis bisa disertai nyeri Trigeminal diingatkan akan adanya demyelinating plaques pada tempat masuknya saraf, atau pada nukleus sensorik utama nervus trigeminus.
Pada nyeri Trigeminal pasca infeksi virus, misalnya pasca herpes, dianggap bahwa lesi pada saraf akan mengaktifkan nociceptors yang berakibat terjadinya nyeri. Tentang mengapa nyeri pasca herpes masih bertahan sampai waktu cukup lama dikatakan karena setelah sembuh dan selama masa regenerasi masih tetap terbentuk zat pembawa nyeri hingga kurun waktu yang berbeda. Pada orang usia muda, waktu ini relatif singkat. Akan tetapi, pada usia lanjut nyeri bisa berlangsung sangat lama. Pemberian antiviral yang cepat dan dalam dosis yang adekuat akan sangat mempersingkat lamanya nyeri ini.
Peter Janetta menggolongkan neuralgia glossopharyngeal dan hemifacial spasm dalam kelompok “Syndromes of Cranial Nerve Hyperactivity“. Menurut Peter Janetta, semua saraf yang digolongkan pada sindroma ini mempunyai satu kesamaan: mereka semuanya terletak pada pons atau medulla oblongata serta dikelilingi oleh banyak arteri dan vena. Pada genesis dari sindroma hiperaktif ini, terdapat dua proses yang sebenarnya merupakan proses penuaan yang wajar:
1.      Memanjang serta melingkarnya arteri pada dasar otak.
2.      Dengan peningkatan usia, karena terjadinya atrofi, maka otak akan bergeser atau jatuh ke arah caudal di dalam fossa posterior dengan akibat makin besarnya kontak neurovaskuler yang tentunya akan memperbesar kemungkinan terjadinya penekanan pada saraf yang terkait.
Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab umum dari sindroma saraf kranial ini. Kompresi pembuluh darah yang berdenyut, baik dari arteri maupun vena, adalah penyebab utamanya. Letak kompresi berhubungan dengan gejala klinis yang timbul. Misalnya, kompresi pada bagian rostral dari nervus trigeminus akan mengakibatkan neuralgia pada cabang oftalmicus dari nervus trigeminus, dan seterusnya. Menurut Calvin, sekitar 90% dari neuralgia Trigeminal penyebabnya adalah adanya arteri “salah tempat” yang melingkari serabut saraf ini pada usia lanjut. Mengapa terjadi perpanjangan dan pembelokan pembuluh darah, dikatakan bahwa mungkin sebabnya terletak pada predisposisi genetik yang ditambah dengan beberapa faktor pola hidup, yaitu merokok, pola diet, dan sebagainya. Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter besar. Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah bisa menimbulkan neuralgia, hemifacial spasm, tinnitus, ataupun vertigo. Bila dilakukan microvascular decompression secara benar, keluhan akan hilang.
2.1.5.    Pemeriksaan Diagnostic atau Penunjang
Pemeriksaan tambahan baru diperlukan kalau ada keluhan neuralgia trigeminal pada orang-orang muda; karena biasanya ada penyebab lain yang tersembunyi. Itu pun perannya terbatas untuk eliminasi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan: Rontgen TMJ (temporomandibular joint) dan MRI otak (untuk menyingkirkan tumor otak dan multiple sclerosis).
2.2.     Arteritis Temporalis
2.2.1.    PENGERTIAN
Arteritis Temporal Inflamasi penyakit arteri besar yang Sering dikaitkan dengan polimialgia reumatika.Penyakit ini berhugungan dengan arteri dari otot, mata dan jaringan. Dan umumnya melibatkan arteri temporal. Jenis kelamin dan usia Pada Umumnya wanita lebih berpeluang memiliki penyakit ini (sekitar 25% wanita) biasanya terkena penyakit ini pada awal usia 50 th.
2.2.2.    ETIOLOGI
Penyakit ini tergolong penyakit autoimun dengan infiltrat inflamasi dari arteri, yang penyebabnya tidak diketahui.
2.2.3.    MANIFESTASI KLINIS
a.       Sedikit demam.
b.      Adanya gangguan otot, terutama di lengan dan kaki :
c.       Kekakuan otot, Dolores, terutama di pagi hari.
d.      Kepala berdenyut .
e.       Kemerahan, pembengkakan dan berdenyutnya nodul sepanjang arteri temporalis pada satu sisi kepala.
f.        Kehilangan nafsu makan.
g.       Kehilangan penglihatan.
h.       Hilangnya kekuatan untuk mengunyah.
i.         Hipersensitivitas di kulit kepala.
2.2.4.    FAKTOR RESIKO
Perempuan.
Usia di atas 60 tahun.
2.2.5.    PENCEGAHAN
Tidak ada.
2.2.6.    DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Diagnosis:
Melihat ada tidaknya faktor keturunan dan pemeriksaan fisik oleh dokter.
Tes darah (tingkat sedimentasi, jumlah sel darah putih dan bukti anemia).
Arteri temporal biopsi.
PENGOBATAN:
langkah-langkah umum
Periksa bagian kepala yang sakit dan panas. Kompreslah dengan air hangat.
Pijat bagian belakang leher dan bagian otot yang nyeri dengan hati-hati.
Obat
Dokter mungkin akan meresepkan:
Steroid dosis tinggi sampai setelah fase akut. Obat ini akan sangat mengurangi efek penyakit dan dapat mengubah gejala peradangan yang menyebabkan penyakit tersebut.
Dalam pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid, akan digunakan dosis terendah untuk mengontrol gejala dan mengurangi komplikasi pengobatan.
Gunakan pengobatan sendiri imunosupresif atau kortison, jika pengobatan lain gagal.
Obat ini akan mengakibatkan resiko tambahan, termasuk infeksi bakteri serius yang umumnya terjadi.
Aktivitas
Tidak ada pembatasan.
Diet
Tidak ada diet khusus.
Periksakan kepada dokter Anda jika Anda memiliki gejala polimialgia reumatika dan arteritis temporalis. Hal ini sangat penting!. Berikut ini yang akan terjadi selama pengobatan:
Demam 38 º C.
Kemudian akan muncul gejala.
Obat yang digunakan pada pengobatan ini dapat menghasilkan efek samping.
2.2.7.    KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
Tanpa pengobatan:
Kehilangan penglihatan. Jika penyakit ini mempengaruhi pembuluh darah mata, adalah keadaan darurat. Keterlibatan pembuluh jantung. Stroke. Sedikitnya sirkulasi darah di lengan dan kaki.
Dengan pengobatan:
Mungkin diperlukan obat steroid untuk berbulan-bulan. Komplikasi jangka panjang kortison yang signifikan, termasuk osteoporosis dan ulkus peptikum.






BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.          Pengkajian
1.    Dapatkan riwayat kesehatan pasien, khususnya mengenai tanda-tanda neuralgia trigeminus dan arteritis temporalis.
2.    Lakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan system saraf.
3.    Observasi adanya tanda-tanda neuralgia trigeminus dan arteritis termporalis.
3.2.          Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d Penekanan saraf trigeminal dan Inflamasi Arteri temporalis.
2.      Koping individu tak efektif b/d Nyeri berat, ancaman berlebih pada diri sendiri.
3.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan  pengobatan b/d Keterbatasan konitif.
3.3.          Rencana Intervensi
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d penekanan saraf trigeminan dan inflamasi arteri temporalis.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam nyeri pasien berkurang.
Mandiri
1.      Pastikan durasi/ episode nyeri

2.      Teliti keluhan nyeri.




3.      Evaluasi Perilaku nyeri.




Kolaboratif
1.      Berikan carbamazepine.
2.      Pemberian gabapeptin

3.      Memudahkan pilihan intervensi yang sesuai.
4.      Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
5.      Dapat diperkuat karengan persepsi pasien tentang nyeri tidak dapat dipercaya.
1.      Penanganan pertama pada nyeri.
2.      Penanganan lanjutan jika carbamazepin tidak berhasil.
2.    Koping individu tak efektif b/d Nyeri berat, ancaman berlebih pada diri sendiri.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Koping pasien baik
Mandiri
1.      Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
2.      Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian.


3.      Bantu pasien dalam memahai perubahan konsep citra tubuh






Kolaboratif
-

1.      Nyeri dapat mengurangi kemampuan koping.
2.      Menemukan kebutuhan psikologis yang akan meningkatkan harga diri.
3.      Pasien mungkin menganggap dirinya sebagai seseorang “yang mengalami nyeri” dan mulai melihat dirinya sebagai seorang yang tidak mengalami nyeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)