BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Otitis
eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa
sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma
lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, invasi dan
menimbulkan eksudat.
Bakteri
patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas
(41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus
(15%) dan bakteroides (11%). Otitis
eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina,
periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat,
tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokalotitis
eksterna.
Penyakit
ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan
didapati 10746 kunjungan baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis
eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus(5,44 %) otitis
eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang
panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. (Abdul
Gofar, 2006)
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan otitis eksterna benigna ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan otitis
eksterna maligna ?
3. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan massa di luar telinga ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga
serta mendapatkan
gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa
di luar telinga.
1.3.2
Tujuan
Khusus
a.
Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi telinga luar
b.
Untuk
mengetahui definisi otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
c.
Untuk
mengetahui etiologi otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
d.
Untuk
mengetahui patofisiologi otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
e.
Untuk
mengetahui WOC otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
f.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
g.
Untuk
mengetahui komplikasi otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
h.
Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostic otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
i.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
j.
Untuk
mengetahui prinsip etik keperawatan pada otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di
luar telinga
k.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
1.4
Manfaat
1.
Memberikan informasi pada mahasiswa tentang otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan
massa di luar telinga serta berbagai hal lain yang
berhubungan dengan penyakit ini.
2.
Menambah
pengetahuan penulis tentang penyakit otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
3.
Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian
atau hal lain yang ada kaitannya dengan
penyakit otitis eksterna,
otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
BAB 2
ISI
2.1
Anatomi dan
Fisiologi Telinga Luar
Telinga luar
terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ –
3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen.
Telinga adalah
organ sensoris yang berfungsi dalam hal pendengaran dan keseimbangan. Telinga
luar berfungsi untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara. Telinga luar terdiri
dari pinna dan kanalis eksterna. Pinna terbentuk dari kartilago elastis yang
dibalut dengan kulit. Kulit ini melekat baik dengan perikondrium yang ada pada
permukaan luar dari pinna. Kadang terdapat hematom yang dapat melepaskan ikatan
ini dan akan menyebabkan devaskularisasi dari kartilago itu sendiri. Kekurangan
kartilago pada kanalis eksterna dapat membantu penyebaran infeksi dan
malignansi dari parotis dan basis kranii
Fisiologi Telinga
1.
Fungsi Akustik
Telinga luar
berperan sebagai suatu antena akustik. Pinna (bersama dengan kepala)
memfokuskan gelombang suara, konka dan kanalis eksterna sebagai resonator. Baik
level tekanan suara maupun fase dari gelombang akustik berganti saat menjalar
dari sebuah ruang menuju gendang telinga melewati telinga luar. Perubahan ini
bervariasi dalam hal frekuensi suara maupun setiap arah dari gelombang suara
yang datang tersebut.
Telinga luar
berfungsi sebagai amplifier langsung dari suara. Dinyatakan bahwa struktur yang
kompleks dari pinna dan kanalis eksterna merupakan komponen signifikan bagi
seseorang untuk dapat mengenali dan melokalisasi sumber suara pada suatu
ruangan
2.
Fungsi Non-akustik
Fungsi proteksi
dari telinga luar ini sangat tergantung dari struktur anatomisnya. Kedalaman
dari kanalis akustikus eksterna serta bentuk dan dindingnya memberikan proteksi
dari membrana timpani serta telinga tengah di belakangnya dari trauma secara
langsung. Kanalisnya sendiri memiliki fungsi ‘self-cleaning’ yang akan
selalu melindungi jalan suara bersih dari debris.
2.2
Otitis
Eksterna Benigna
2.2.1
Pengertian
Otitis Eksterna Benigna
Otitis adalah
peradangan pada telinga dan eksterna artinya luar. Radang telinga dapat
dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya
peradangan. Apabila infeksi terjadi di liang
telinga bagian luar maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna. (Wikipedia, 2011)
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga
yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis eksterna
adalah radang liang telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri
dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. (Alfarisi, 2011)
2.2.2
Etiologi
Otitis Eksterna Benigna
a. Kuman penyebab terbanyak ialah Streptococcus aureus dan psedomonas aeruginosa.
b.
Predisposisi
1.
Faktor
endogen
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis,
diabetes mellitus, atau alergi
2.
Faktor
eksogen
a)
Trauma karena tindakan mengorek
telinga.
b)
Suasana lembab, panas, atau
alkalis didalam MAE (Meatus Akustikus Eksternus).
c)
Udara yang lembab dan panas
menyebabkan oedema pada stratum korneum kulit MAE, sehingga
menurunkan resistensi kulit terhadap infeksi.
d) Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan
maserasi.
e)
Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan
penguapan dan mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
f)
Keadaan-keadaan tersebut
menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita mengorek telinga, sehingga
trauma yang timbul akan memperhebat perjalanan infeksi. (Subianto, 2010)
2.2.3
Klasifikasi
a.
Otitis
eksterna akut
Otitis eksterna akut dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Otitis eksterna sirkumskripta
Terdapat pada 1/3 luar Meatus Acusticus
Eksternus (MAE) mengandung adneksa kulit : folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar
serumen. Pada tempat itu dapat terjadi
furunkel
2. Otitis eksterna difus
Biasanya mengenai 2/3 dalam Meatus Acusticus Eksternus (MAE)
b.
Otomitosis
infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur
aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi
sering pula tanpa keluhan. (Sosialisman dan Helmi, 2001).
2.2.4
Patofisiologi
Otitis eksterna adalah penyakit yang
sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna seringkali ditunjukkan adanya
infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat disebabkan
adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban
dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk
pertumbuhan bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis
eksterna ini sering terjadi jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan
otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga yang diikuti invasi
bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat dari
pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke
dalam telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau
cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003).
Sebagai akibatnya terjadi respon
inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang akan menyebabkan visualisasi
membran
timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat terproduksi di liang telinga. Pada
keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan leher. Kuman pathogen
yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram
negatif lainnya. Meskipun demikian, jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp
dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).
Hal ini terjadi karena adanya
penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang menumpuk didaerah dekat
gendang telinga menyebabkan penimbunan air yang masuk ke liang telinga ketika
mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan lembut (Anonim,
2003)
Otitis eksterna maligna merupakan
komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien yang mengalami
imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang kepala. Pada
kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan
oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).
2.2.5
WOC
2.2.6
Manifestasi
Klinis
a.
gatal-gatal
b.
keluarnya cairan berbau busuk.
c.
Jika saluran telinga membengkak
atau terisi oleh nanah dan sel-sel kulit yang mati, maka bisa terjadi gangguan
pendengaran.
d.
Biasanya jika daun telinga
ditarik atau kulit didepan saluran telinga ditekan, akan timbul nyeri.
e.
Dengan menggunakan otoskop,
kulit pada saluran telinga tampak merah, membengkak dan penuh dengan nanah dan
sel-sel kulit yang mati. (Anonymus,
2011)
f.
Nyeri spontan timbul saat
membuka mulut (sendi temporomandibularis) (Suparyanto, 2012)
Menurut MM. Carr secara klinik otitis
eksterna terbagi menjadi 4:
a.
Otitis
Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
b.
Otitis
Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
positif
c.
titis
Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d.
Otitis
Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
2.2.7
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan
sensitifitas antibiotik.
b. Tes audiometrik, memperlihatkan dan
mendokumentasikan jumlah kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.
c. CT-Scan tulang tengkorak. Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur
dan ada kerusakan tulang.
d. Scan Galium-67 . Dengan
kriteria hasil : terlihat focus infeksi akut yang akan kembali normal dengan resolusi infeksi
2.2.8
Penatalaksanaan
Tindakan
pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung penyebab otitisnya. Obat
tetes telinga yang mengandung antibiotik dan anti radang bisa diberikan bila terjadi infeksi bakteri dan pembengkakan. Obat tetes telinga
yang mengandung anti ektoparasit
atau injeksi obat golongan ivermectin dan selemectin bisa diberikan bila otitis
disebabkan oleh tungau telinga atau ekto parasit lain. Pemberian obat-obatan
ini harus mengikuti siklus hidup parasit tersebut. Untuk
kasus tumor atau polip, diperlukan tindakan operasi/bedah untuk mengangkat jaringan yang abnormal. Otitis yang disebabkan
oleh alergi dan gangguan hormon memerlukan tindakan pengobatan secara menyeluruh dan
sistematis. Seringkali pengobatan hanya bersifat mengurangi efek saja, karena
penyebab utamanya (alergi atau gangguan hormon) memang relatif sulit
disembuhkan.
Pengobatan otitis
eksterna dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. membersihkan telinga, pengobatan topikal menggunakan topikal
insektisida, biasanya terdiri dari obat telinga yang dioleskan ke dalam telinga
satu atau dua kali sehari.
3. terapi antibiotik untuk menghindari infeksi bakterial akut atau ulcerasi
4. terapi antifungal untuk menghindari infeksi
jamur
5. terapi anti alergi serta ivermectin untuk
parasit telinga eksternal (infestasi Otodectes) (Wikipedia, 2010)
2.3
Otitis
Eksterna Maligna
2.3.1
Pengertian
Otitis Ekterna Maligna
Otitis Eksterna
Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan
granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga
hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut
yang difus di liang telinga luar.
(Irga, 2008)
2.3.2 Etiologi Otitis Eksterna Maligna
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen
penyebab yang lazim pada otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S.
aureus, Proteus dan Aspergillus. (Ghofar, 2006)
a. Faktor Risiko
1. Diabetik (90 % ), diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya
otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun
yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.
Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya
konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak perbedaan
antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya
immunosupresi karena penggunaan obat
3. AIDS
4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna
karena trauma irigasi telinga pada pasien diabetik. (Irgi, 2008)
2.3.3
Patofisiologi
Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan meluas ke tulang temporal hingga ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut dan menderita penyakit diabetes serta pasien dengan disfungsi imun selular. OEM juga dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang melibatkan populasi yang lebih muda.
Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago dan tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang berat, meningitis dan kematian.
Nadol menjelaskan urutan progresifitas penyakit ini seperti berikut : liang telinga luar dengan invasi melalui fisura Santorini atau sutura timpanomastoid ke fossa retromandibular, keterlibatan foramen stilomastoid dan jugularis, trombosis sepsis dari sinus venosus lateral dan menyebar ke apeks petrosa melalui pembuluh darah dan lempeng fasial (Ghofar, 2006)
2.3.4
WOC
2.3.5
Manifestasi
Klinis
Gejalanya dapat dimulai dengan
rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang hebat
dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut
semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan
granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan
paresis dan paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah
osteomielitis yang progresif, yang disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa. Penebalan
endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula
darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.
Tanda khas yang dijumpai dari
otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bonycartilaginous junction)
disertai lower cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada
daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membran timpani
intak.
2.3.6
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan
Laboratorium
1. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal
atau sedikit meninggi
2. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat
bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju endap darah dapat
digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis eksternal akut atau
keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes ini.
3. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan
diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk menentukan intoleransi glukosa
basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya
4. Kultur dan tes sensivitas dari liang
telinga
Kultur dari drainase telinga
perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic. Organisme penyebab utama
otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik,
gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis.
Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat menyebabkan
nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang
menyebabkan neuropati kranial.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk
menentukan adanya osteomielitis, perluasan penyakit, dan respon terapi,
antara lain :
antara lain :
1.
Technetium
Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
2.
Gallium
citrate Ga 67 scan
3.
Indium
In 111-labelled leucocyte scan
4.
CT
scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap
anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial
2.3.7
Penatalaksanaan
Pengobatan otitis eksterna maligna
termasuk memperbaiki imunosupresi (jika bisa), pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik
antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan pembedahan.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda
sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di sekitarnya.
Pasien otitis eksterna maligna harus dirumahsakitkan minimum 4-6 minggu. Pasang
cairan IV untuk pemberian obat. Gentamisin sulfat IM atau tobramisin IM, 3-5
perkilogram berat badan harus diberikan dalam dosisi terbagi setiap 8 jam.
Karbenisilin harus diberikan IV dengan dosis 4-5 mg setiap 4 jam. Terapi
antibiotik parenteral harus diteruskan selama 2 minggu sampai infeksi terlihat
telah teratasi. Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan
ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran
diperiksa secara periodik.
Telinga harus dibersihkan dengan
teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara waktu membersihkan,
harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi diberikan
dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi manapun yang
menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal,
akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman
meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak dperlukan pembedahan dan ia
dihindarkan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah
diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.
Meskipun mastoidektomi yang diperluas
merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik
spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan
bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan
antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah
mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada
pengangkatan sekuestra, drainase abses, debridemant lokal jaringan granulasi.
2.4
Massa di
Telinga Luar
Tumor pada telinga bisa bersifat
bukan kanker (benign) atau bersifat kanker (malignant). Banyak tumor telinga
ditemukan pada saat seseorang memperhatikan tumor tersebut, atau ketika seorang
dokter memeriksa ke dalam telinga karena seseorang merasa sepertinya
pendengarannya berkurang.
Tumor yang tidak bersifat kanker
kemungkinan terjadi di saluran telinga, menutup saluran telinga dan menyebabkan
hilangnya pendengaran dan membentuk kotoran telinga. Beberapa tumor mengandung
kantung kecil yang berisi kulit yang menonjol (kista sebaceous), osteomas
(tumor tulang), dan berkembangnya jaringan parut sehabis luka (keloid).
Kebanyakan pengobatan yang berhasil adalah operasi pengangkatan tumor. Setelah
pengobatan, pendengaran biasanya kembali menjadi normal.
Kista
sebaceous ditemukan di daerah crus helic. Terjadi karena incomplete
fusi tubercle. Kista dapat
berkembang dapat dalam trunkus & mengalami infeksi. Kista dermoid terdiri
dari jaringan fibrous dengan epitel
skuamus berlapis mengandung folikel
rambut kelenjar sebasea.
Neoplasma jinak
terdiri dari keloid, kista aterom dan hemangioma.
1. Keloid
merupakan
hipertrofi jaringan ikat padat bentuk bulat, keras, warna seperti
kulit bentuk bulat, keras, warna seperti kulit. Isi
jaringannya
merupakan kolagen. Etiologi meliputi : trauma,irisan luka. Therapy yang bisa dilakukan adalah : extirpasi dan injeksi kortikosteroid.
2. Kista aterom
Merupakan retensi kista sebasea. Isi berupa :
produk kelenjar Sebasea. Lokasi terdapat pada : aurikula,
post aurikula, lobules. Therapy dapat menggunakan : extirpasi.
3. Hemangioma
Merupakan pelebaran
pembuluh darah kapiler, sering terjadi di daerah muka bisa di daun telinga serta warna merah kebiruan. Tumbuh pada waktu tahun pertama usia bayi. dapat mengalami regresi
setelah dewasa. Ada 3 jenis :
a. Hemangioma kapilare : bentuk spider nevi1.
b. Hemagioma cavernosa : berlobuler tidak teratur.
c. Hemangioma compacta : bercapsul
2.4.1
Daun
telinga
a.
Benigna
(jinak)
Sering timbul
papiloma pada orifisium liang telinga. Ini merupakan kutil biasa dan ekstirpasi
dapat dilakukan dengan anestesia lokal.
Papiloma
orifisium liang telinga
b.
Maligna
(ganas)
1. Karsinoma dapat timbul setelah adanya ulkus roden atau pada daerah
yang mengalami keratosis. Jenis karinoma yang sering dijumpai pada daun telinga
adalah karsinoma sel basal lebih sering tumbuh pada bagian lain permukaan.
Biasanya berbentuk papiliferus dengan ulserasi ditengahnya yang mudah berdarah
apabila tersentuh. Pada stadium dini tidak dirasakan adanya nyeri. Tetapi
setelah karsinoma menyerang tulang rawan penderita menjadi sangat menderita
akibat rasa nyeri yang hebat.
2. Ulkus roden terjadi pada orang yang bertahun-tahun bekerja dibawah
terik matahari. Bentuk ulkus khas, dengan tepi yang rata disertai terbentuknya
krusta di tengah ulkus.
c. Penatalaksanaan
Radioterapi diberikan kepada karsinoma dini yang
dangkal. Karsinoma yang telah meluas dan mengadakan invasi ke dalam tulang
rawan memerlukan ekstirpasi sebagian atau seluruh daun telinga
2.4.2
Liang
telinga
a.
Benigna
(jinak)
Osteomata tumbuh didalam liang telinga bagian tulang.
Tumor ini biasanya tidak bertangkai dan berbentuk dari tulang yang padat.
Sering terjadi pada orang yang gemar berenang dan biasanya didapati dua atau
lebih tumor pada tiap telinga.
1. Gambaran klinis
Biasanya penderita tidak merasakan apa-apa jika tumornya
masih kecil. Osteomata dapat tumbuh dan menyebabkan tertahannya serumen pada
permukaan gendang telinga. Otitis eksterna dapat terjadi akibat osteomata
tersebut dan pada keadaan ini sebaiknya tumor diangkat.
b.
Maligna
(ganas)
Karsinoma dapat tumbuh dalam liang telinga luar atau
akibat invasi tumor yang berasal dari telinga tengah. Penderita akan merasakan
nyeri yang hebat pada telinga. Cairan yang keluar dari liang telinga adalah
nanah yang bercampur darah. Kadang-kadang dapat mengakibatkan kelumpuhan saraf
fasial. Dalam situasi seperti ini mastoidektomi radikal perlu dilakukan dan
kemudian diikuti dengan radioterapi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA
3.1
Pengkajian
3.1.1
Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasakan nyeri pada
telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika
membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan
keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan
dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang
telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ;
apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya
pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien
sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga
terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga
klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah
menderita penyakit DM.
3.1.2
Pemeriksaan
Fisik
a. Inspeksi
1.
Inspeksi
liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna
kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
2.
Inspeksi
dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany).
Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan
ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat
dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta
3.2
Diagnosa
Keperawatan
1.
Nyeri b/d
respon inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d
sumbatan liang telinga
3. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman
suara
4. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh
5. Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas
3.3
Rencana
Intervensi
Nyeri b/d respon inflamasi
|
|
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
|
|
Kriteria hasil :
-
Skala nyeri berkurang yaitu 0-1
-
Pasien dapat beristirahat
-
Ekspresi meringis (-)
-
TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N
: 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C)
-
Kanalis tetap terbuka
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
BHSP
|
Meningkatkan kepercayaan pasien
|
Berikan lingkungan tenang dan nyaman
|
Membantu pasien untuk dapat beristirahat
|
Memasang sumbu bila kanalis
auditorius mengalami edema
|
untuk menjaga kanalis tetap terbuka
|
Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi
|
Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
|
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai
indikasi
|
Mengurangi rasa sakit yang dirasakan
pasien
|
Kaji skala nyeri
|
Mengetahui skala nyeri pasien
|
Pantau TTV pasien
|
Untuk mengetahui status kesehatan
pasien
|
Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga
|
|
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah
dilakukan tindakan keperawatan gagguan
persepsi sensoridapat teratasi
|
|
Kriteria Hasil :
-
Pasien
dapat berinteraksi
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berbicara dengan suara yang jelas
|
Memudahkan pasien untuk berinteraksi
|
Menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah dimengerti
|
Memudahkan pasien untuk berinteraksi
|
Berdiri dihadapan klien saat berbicara
|
Memudahkan pasien untuk berinteraksi
|
Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara
|
|
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah
dilakukan tindakan keperawatan gagguan
persepsi sensoridapat teratasi
|
|
Kriteria Hasil :
-
Pasien
dapat berinteraksi
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Dapatkan apa metode komunikasi
yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh
staf dan klien, seperti :
1. Tulisan
2. Berbicara
3. Bahasa isyarat.
|
Dengan mengetahui
metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan
dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
|
Gunakan faktor-faktor yang
meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
1. Bicara dengan jelas, menghadap individu.
2. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
3. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
|
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien
dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara
tepat.
|
Kaji kemampuan
untuk menerima pesan secara verbal.
|
Pesan yang ingin
disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien
|
Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh
|
|
Tujuan : dalam waktu 1 x 24jam setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu
tubuh pasien normal (36,5-37,5°C)
|
|
KH :
-
Pasien
tidak berkeringat lagi
-
Kulit
tidak merah
-
Pasien
tidak mengeluh panas
-
Pasien
tidak dehidrasi
-
Suhu
tubuh normal (36,5-37,5°C)
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Beri kompres hangat pada pasien
|
mengurangi panas dengan cara
konveksi
|
Anjurkan klien untuk banyak minum
|
menghindari dehidrasi klien
|
Buka pakaian pasien
|
mengurangi panas dengan cara
evaporasi
|
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : antrain
|
mengurangi panas yang dirasakan
klien
|
Observasi suhu tubuh pasien
|
mengevaluasi/mengetahui suhu tubuh
klien
|
Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas
|
|
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien tidak mengalami infeksi
|
|
Kriteria hasil :
-
Tidak
terjadi kontaminasi silang
-
Suhu tubuh
normal (36,5-37,5°C)
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap
pengunjung bila perlu
|
mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
|
Tekankan tentang pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua
individu yang datang kontak dengan pasien
|
mencegah kontaminasi silang : menurunkan risiko infeksi
|
Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
|
tergantung tipe pustula ; untuk menurunkan risiko kontaminasi
silang/terpajannya pada flora bakteri multiple
|
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi (antipseudomonas)
|
Mengurangi risiko infeksi
|
Observasi suhu tubuh pasien
|
Untuk mengetahui status suhu tubuh pasien
|
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Otitis eksterna
adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga.
Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat
dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai
dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan
tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006)
Massa di telinga
luar terdiri dari benigna dan maligna pada daun telinga begitu pula pada liang
telinga.
4.2
Saran
Berhati-hati dalam
membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara pembersihan yang
salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi. 2011. Apa itu Radang Telinga Luar (OTITIS EKSTERNA) dan
Apa Penyebabnya? http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/06/apa-itu-radang-telinga-luar-otitis.html diakses pukul 20 : 56
Anonymus. 2012. Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar http://kamar-koas.com/?p=30 diakses tanggal 10 April 2012 pukul 20 : 54
Anonymus. 2011. Cara
Pengobatan Tumor Telinga Luar. http://www.spesialis.info/?cara-pengobatan-tumor-telinga-luar,1202
diakses tanggal 20 Juni 2012pukul 21 : 17
Herniawati. 2008.
Otitis Eksterna. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/otitis-eksterna/
diakses tanggal 10 April 2012 pukul
20 : 59
Kahar, Abdul.
2010. Penyakit-penyakit Telinga Luar. http://chaharkudo.blogspot.com/2010/12/penyakit-akut-celah-telinga-tengah.html
diakses tanggal 15 Juni 2012 pukul 22 : 27
Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan
Tenggorok. Gramedia : Jakarta
Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna
Maligna. Suplemen Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 39 No 3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam
Malik, Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya..
semoga bermanfaat.. :)