BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Insiden
kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta
orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di
Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria.
Insiden batu
kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada
penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan
secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat
operasi untuk tujuan yang lain.
Dengan
perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG maka banyak penderita
batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya komplikasi.Semakin canggihnya peralatan dan semakin
kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan
moralitas.
Batu kandung
empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu
kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau
samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
1.2
Rumusan Masalah
1.1.1
Apa pengertian dari kolelitiasis?
1.1.2
Etiologi darikolelitiasis?
1.1.3
Apa tanda dan gejala dari kolelitiasis?
1.1.4
Patofisiologi darikolelitiasis?
1.1.5
Bagaimana Klasifikasi darikolelitiasis?
1.1.6
Bagaimana insiden terjadinya kolelitiasis?
1.1.7
Bagaimana penatalaksanaan yang tepat
penderitakolelitiasis?
1.1.8
Bagaimana pemeriksaan
diagnostik pada kolelitiasis ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk
memenuhi tugas Sistem Pencernaan yang berupa makalah tentang kolelitiasis.
1.3.2 Tujuan
khusus
a.
Untuk mengetahui pengertian darikolelitiasis.
b.
Untuk mengetahui penyebab darikolelitiasis.
c.
Untuk mengetahui tanda dan gejala
dari kolelitiasis.
d.
Untuk mengetahui Patofisiologi darikolelitiasis.
e.
Untuk mengetahui Klasifikasi dari
kolelitiasis.
f.
Untuk mengetahui Insiden terjadinya kolelitiasis.
g.
Untuk mengetahui tatalaksana yang
tepat padakolelitiasis.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi institusi :
Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan
1.4.2
Bagi pembaca :
Untuk menambah wawasan kita mengenai
pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari kolelitiasis tersebut.
1.4.3 Bagi penulis :
Terpenuhinya tugas sistem pencernan
yang berupa makalah kolelitiasis.
BAB 2
ISI
2.1.
Anatomi dan Fisiologi
Kandung
empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum.Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan
arahnya keatas, belakang dan kiri.Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus
yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus
hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.Peritoneum mengelilingi fundus
vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan
visceral hati.
Pembuluh
arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica kanan.V. cystica
mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta.Sejumlah arteri yang sangat kecil
dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh
limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum
vesica fellea.Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus
2.2.
Definisi
Batu Empedu(kolelitiasis) adalah adanya batu yang
terdapat pada kandung empedu.
Kolelitiasis adalah batu empedu
yang terletak pada saluran empedu yang disebabkan oleh faktor metabolik antara
lain terdapat garam-garam empedu, pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya
peradangan pada kandung empedu ( Barbara C. Long, 1996 )
Kolelitiatis
(kalkulus/kalkuli,batu empedu) biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari
unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memilki ukuran,
bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai
pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu
berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat
hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari 3
orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).
2.3. Etiologi
2.3.1.
Etiologi batu
empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi
terpenting, yaitu: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.
2.3.2.
Perubahan
komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu
empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang
sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk
batu empedu.
2.3.3.
Statis empedu
dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan
komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingteroddi,
atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal
(hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
2.3.4.
Infeksi bakteri
dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan
viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu,
dibanding panyebab terbentuknya batu.
2.4. Klasifikasi
Pada umumnya batu empedu dapat
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
2.4.1 Batu
empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan
produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam
pembentukan batu:
a. Infeksi
kandung empedu
b. Usia
yang bertambah
c. Obesitas
d. Kurang
makan sayur
e. Obat-obat
untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2.4.2 Batu pigmen empedu , ada dua macam;
a. Batu
pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis
kronik/sirosis hati tanpa infeksi
b. Batu
pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
2.4.3. Batu saluran empedu
Sering
dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa
kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan
obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya
infeksi dan pembentukan batu.
2.5
Manifestasi Klinik
a)
Batu empedudapat
mengalami2 jenis gejala :
1. Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri.
2. Gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batuempedu.
1. Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri.
2. Gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batuempedu.
b) Gejalanya
bisa bersifat akut atau kronis
GEJALA
AKUT
|
GEJALA
KRONIS
|
TANDA
:
1. Epigastrium
kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha
inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3. Kandung
empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus
ringan
|
TANDA:
1. Biasanya
tak tampak gambaran pada abdomen
2. Kadang
terdapat nyeri di kwadran kanan atas
|
GEJALA:
1. Rasa
nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
2. Mual
dan muntah
3. Febris
(38,5°°C)
|
GEJALA:
1. Rasa
nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat :
terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2. Nausea
dan muntah
3. Intoleransi
dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi
(bersendawa)
|
1. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi & akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung/bahu kanan ; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu
ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang
tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning.
3. Perubahan Warna Urin & Feses
3. Perubahan Warna Urin & Feses
Ekskresi pigmen
empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak
lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat
(clay-colored).
4. Defisiensi Vitamin
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu
juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E & K yang larut dalam lemak.
Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
2.6 Pathofisiologi
Pembentukan batu
empedu dibagi menjadi tiga tahap:
(1)
pembentukan empedu yang supersaturasi,
(2)
nukleasi atau pembentukan inti batu, dan
(3)berkembang
karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang
terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi
empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid
(terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara
normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu
dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu
rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakankeadaan yanglitogenik.Pembentukan
batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol. Pada
tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi
yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas,
atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1
Rontgen abdomen
/ pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen
Dapat dilakukan pada klien yang
dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %.
Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.
2.8.2 Kolangiogram /
kolangiografi transhepatik perkutan
Melalui penyuntikan bahan kontras
langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang
disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus,
D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka
komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier,
resiko sepsis dan syok septik.
2.8.3 ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio
Pancreatographi)
Sebuah kanul yang dimasukan ke
dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras
disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi
langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian
distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan
ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki
gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi
2.8.4 Kolangiografi Transhepatik
Perkutan.
Pemeriksaan kolangiografi
ini meliputi penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier.
Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan itu relatif besar, maka semua
komponen pada sistem bilier tersebut, yang mencakup duktus hepatikus
dalam hati, keseluruhan pajang duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung
empedu, dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas.
2.8.5Pemeriksaan Pencitraan Radionuklida atau kolesentografi.
Dalam prosedur ini, peraparat
radioktif disuntikan secara intravena. Kemudian diambil oleh hepatosit dan
dengan cepat ekskeresikan kedalam sinar bilier. Memerlukan waktu panjang lebih
lama untuk mengerjakannya membuat pasien terpajan sinar radiasi.
2.8.6 Cholecystogram
(untuk Cholesistitis kronik)
menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Therapi Konservatif
a.
Pendukung diit
: Cairan rendah lemak
b.
Cairan Infus :
menjaga kestabilan asupan cairan
c.
Analgetik : meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejala Penyakit
d.
Antibiotik :
mencegah adanya infeksi pada saluran kemih
e.
Istirahat
2.9.2 Farmako Therapi
Pemberian asam ursodeoksikolat
dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran
kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya
digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak
bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang
tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan
batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya
berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu
berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3
bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam
hal ini pengobatan perlu dilanjutkan.
2.9.3. Penatalaksanaan Pendukung dan Diet
Suplemen bubuk tinggi protein dan
karbohidrat dapat diaduk kedalam susu skim. Makanan berikut ini ditambahkan
jika pasien dapat menerimanya: buah yang dimasak, nasi atau ketela, daging
tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,
kopi atau teh. Makanan seperti telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan
bumbu-bumbu yang berlemak, sayuran yang membentuk gasserta alkohol harus
dihindari. Penatalaksanaan diet merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang
hanya mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluarkan gejala
gastrointestinal ringan.
2.9.4.Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Prosedur
nononvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock wafes) yang
diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau doktus koledokus
dengan maksud untuk mencegah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen.Gelombang
kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik, yaitu
piezoelelektrik, atau oleh muatan elektromagnetik.Energy ini di salurkan ke
dalam tubuh lewat redaman air atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut
yang dikonvergensikan tersebut diarahkan kepada batu empedu yang akan
dipecah.Setelah batu dipecah secara bertahap, pecahannya akan bergeraj spontan
dikandung empedu atau doktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau
dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu yang diberikan peroral.
2.9.5. Litotripsi Intrakorporeal.
Pada
litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau doktus
koledokus dapat dipecah dengan menggunakan grlombang ultrasound, laser berpulsa
atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan diarahkan langsung
pada batu. Kemudian fragmen batu atau derbis dikeluarkan dengan cara irigasi
dan aspirasi. Prosedur tersebut dapat diikuti dengan pengangkatan kandung
empedu melalui luka insisi atau laparoskopi.Jika kandung empedu tidak di
angkat, sebuah drain dapat dipasang selama 7 hari.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan .
Data yang dikumpulkan meliputi :
a.
Identitas
1)
Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat,
semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2)
Identitas penanggung jawab
identitas
penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab
klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b.
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
merupakan keluhan yang paling
utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya
keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
2) Riwayat kesehatan
sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3)
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
sama atau pernah di riwayat sebelumnya.
4)
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit kolelitiasis
c. Pemeriksaan
fisik
1. Aktivitas
dan istirahat:
a. subyektif
: kelemahan
b. Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi
:
a. Obyektif
: Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi
:
a. Subyektif : Perubahan pada
warna urine dan feces
b. Obyektif
: Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine
pekat .
4. Makan
/ minum (cairan)
a. Subyektif
: Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan
mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik
(heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
b. Obyektif
:
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/
Kenyamanan :
a. Subyektif
:
Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
Nyeri apigastrium setelah makan.
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak
setelah 30 menit.
b. Obyektif
:
Cenderung
teraba lembut pada kolelitiasis,
teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan
menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi
:
a. Obyektif
: Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
7. Keamanan
:
a. Obyektif
: demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan (
defisiensi Vit K ).
8. Belajar
mengajar :
a. Obyektif
: Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu.
Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
3.2.Diagnosa
Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis: obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
2. Kekurangan
volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan muntah, distensi,
dan hipermortilitas gaster.
3.
Nutrisi, perubahan: kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan memaksa diri atau
pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah
4.
Kurang pengetahuan
tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah sakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
5.
Ansietas berhubungan
dengan perencanaan tindakan pembedahan.
3.3.Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis: obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam pasien mengatakan nyeri hilang/terkontrol
KH : 1. Meningkatkan
istirahat
2.
Menghilangkan nyeri
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan napas dalam.
|
Meningkatkan istirahat,
memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping.
|
2
|
Tingkatkan
tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
|
Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen.
|
3
|
Berikan obat sesuai indikasi;
antikolinergik.
|
Menghilangkanreflexspasme atau kontraksiotot halus dan
membantu dalam manajemen nyeri
|
4
|
Observasi dan catat lokasi, beratnya
(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).
|
Membantu
membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuanatau
perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.
|
2.
Kekurangan volume cairan, risiko
tinggi terhadap berhubungan dengan muntah, distensi, dan hipermortilitas
gaster.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam keseimbangan cairan adekuat
KH : 1. Muntah
(-)
2.Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Awasitanda/gejala
peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang
ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya
bising usus, depresi pernapasan.
|
Muntah
berkepanjangan,
aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit
natrium, kalium dan klorida.
|
2
|
Pertahankan masukan dan
haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat
jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan
pengisian kapiler.
|
Memberikan informasi tentang
status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
|
3
|
Berikan antimetik.
|
Menurunkan
mual dan mencegah muntah.
|
4
|
Berikan cairan IV, elektrolit, dan
vitamin K.
|
Mempertahankan volume sirkulasi
danmemperbaiki ketidakseimbangan
|
3.
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap
berhubungan dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan;
mual/muntah
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24jam nutrisi
terpenuhi
KH : 1. nafsu makan (+)
2.
mual (-)
3.
Rangsangan pada gangguan empedu (-)
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji
distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak.
|
Tanda non-verbal ketidaknyamanan
berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.
|
2
|
Berikan
suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.
|
Untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual.
|
3
|
Perkirakan/hitung pemasukan kalori juga komentar tentang napsu makan
sampai minimal.
|
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan nutrisi. Berfokus pada masalah membuat suasana negative
dan mempengaruhi masukan.
|
4
|
Konsul dengan ahli diet/tim
pendukung nutrisi sesuai indikasi.
|
Berguna
dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.
|
5
|
Tambahkan
diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi makanan
penghasil gas dan makanan/makanan tinggi lemak.
|
Memenuhi
kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rangsangan pada kandungan empedu.
|
4.
Kurang pengetahuan
tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah sakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa
health education selama 1x24jam pasien bisa mengerti tentang merawat diri sendiri.
KH : 1. Pasien bisa
mengerti tentang penyakit, pengobatan dan prognosis.
2.
Pasien menunjukkan perubahan pola hidup.
NO
|
Itervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji ulang proses
penyakit/ prognosis. Diskusikan perawatan dan pengobatan.
|
Memberikan dasar pengetahuan
dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
|
2.
|
Kaji ulang program
obat, kemunkinan efek samping.
|
Batu empedu sering
berulang, perlu terapi jangka pnjang. Terjadinya diare/kram selama terapi
senodiol dapat dihubungkan dengan dosis/dapat diperbaiki.
|
3.
|
Anjurkan istirahat
pada posisi semi fowler setelah makan.
|
Meningkatkan aliran
empedu dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal.
|
5.
Ansietas berhubungan
dengan perencanaan tindakan pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan berupa health education selama 1x24jam rasa cemas
pasien berkurang.
KH : 1. Pasien
merasa tenang dan rileks.
2.
Pasien melaporkan tidak merasa cemas lagi.
No
|
Intervensi
|
rasional
|
1.
|
Evaluasi tingkat
ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien, dorong ekspresi bebas
akan emosi.
|
Ketakutan dapat
terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting pada
prosedur diagnostic, dan kemungkinan pembedahan.
|
2.
|
Berikan informasi
tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
|
Mengetahui apa yang
diharapkan dapat menurunkan ansietas.
|
3.
|
Jadwalkan istirahat
adekuat dan periode menghentikan tidur.
|
Membatasi kelemahan,
membatasi energi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
|
3.4.Evaluasi
3.4.1
Nyeri berkurang /terkontrol.
3.4.2
Keseimbangan cairan adekuat.
3.4.3
Nutrisi terpenuhi.
3.4.4
Pengetahuan pasien akan
penyakit bertambah.
3.4.5
Rasa cemas pasien akan
penyakit berkurang.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Batu Empedu(kolelitiasis) adalah adanya batu yang
terdapat pada kandung empedu.
Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang
disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu,
pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu (
Barbara C. Long, 1996 )
Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli,batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kantung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu
memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak
lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering
pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis
semakin meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75
tahun satu dari 3 orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).
4.2 Saran
Peran
perawat dalam penanganan kolelitiasis mencegah terjadinya kolelitiasis adalah dengan memberikan asuhan
keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien kolelitiasis harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian kolelitiasis.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana
L. Batu empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. 380-384.
I
J Beckingham. 2001. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System
Gallstone Disease. Dalam: British Medical Journal Vol 13, Januari 2001:.Avaliablefrom
:http://www.pubmedcentral.articlerender.artiddiakses
pada tanggal 10 Juni 2008
Sjamsuhidajat
R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. 570-579.
Webmaster.
2002. Genetics of gallstone disease. Dalam: JPGM. Available from http://www.jpgmonline.com/article.asp?issn=00223859;year=2002;volume=48;issue=2;spage=149;epage=52;aulast=Mittal
diakses pada tanggal 20 Juni 2008.
Dorlan
WA Newman. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi 29.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2002. Maryan Lee F, Chiang W. Cholelithiasis. Avaliable from : http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal.htm.diakses
pada tanggal 22 Januari 2008.
mantap. slam kunjungan
BalasHapushehehe
Hapusmakasih...
salam kunjungan jg
(^_^)